Badai Cedera Liverpool Salah Klopp?

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Badai Cedera Liverpool Salah Klopp?

Liverpool menduduki peringkat pertama. Berdasar jumlah pemain cedera, sayangnya.

Philippe Coutinho dan Dejan Lovren, yang sama-sama terpaksa ditarik keluar dari pertandingan melawan Stoke City pada ajang Capital One Cup (5/1), membuat jumlah pemain cedera Liverpool kini menjadi sebelas. Itu artinya satu pemain lebih banyak dari pimpinan daftar jumlah pemain cedera sebelumnya, Newcastle United.

Coutinho dan Lovren menyusul sembilan pemain yang sudah lebih dulu menepi: Jon Flanagan, Joe Gomez, Danny Ings, Jordan Henderson, Daniel Sturridge, Jordan Rossiter, Martin Škrtel, Divock Origi, dan Mamadou Sakho. Kebanyakan dari sebelas pemain ini menderita cedera setelah 8 Oktober 2015. Dengan kata lain: setelah kedatangan manajer baru, Jürgen Klopp. Jenis cedera yang menimpa para pemain Liverpool juga mendukung teori Klopp sebagai penyebab cedera pemain.

Enam dari sebelas pemain yang cedera – Lovren, Coutinho, Origi, Škrtel, Rossiter, Sturridge – menderita cedera hamstring, yang penyebab utamanya adalah kelebihan beban kerja otot. Gaya main Klopp, Gegenpressing, memaksa para pemain bekerja lebih keras dari biasanya.

Statistik dari Sky Sports mendukung teori ini. Secara kolektif, di bawah arahan Klopp, Liverpool menempuh jarak lari yang lebih jauh ketimbang ketika masih dimanajeri Brendan Rodgers. Rataan jarak tempuh Liverpool dalam delapan pertandingan di bawah arahan Rodgers musim ini adalah 107,8 km. Sedangkan dalam 12 pertandingan di bawah arahan Klopp, Liverpool rata-rata menempuh jarak sejauh 113,4 km per pertandingan.

Klopp juga, jika dibandingkan dengan Rodgers, membuat para pemain Liverpool lebih banyak melakukan sprint. Rataan jumlah sprint per pertandingan Liverpool bersama Rodgers musim ini: 474. Bersama Klopp, jumlahnya bisa mencapai 548 sprint per pertandingan. Itu artinya para pemain Liverpool, per pertandingan, melakukan 74 sprint lebih banyak sepeninggal Rodgers.

Klopp yang tahu benar media akan menyalahkannya untuk jumlah kasus cedera Liverpool, setelah pertandingan melawan Stoke berujar: “Saya bertanggung jawab untuk semua ini. Anda semua mau menyalahkan saya untuk masalah hamstring kami – itu langkah berikutnya, saya tahu. Saya tahu.”

Sewajarnya media beranggapan demikian karena praktis hanya lima pemain yang tidak menderita cedera karena beban kerja yang Klopp berikan. Jordan Henderson menderita cedera terbarunya pada 30 Desember, namun itu merupakan cedera kambuhan dari cedera kaki yang menimpanya pada pertandingan kandang melawan AFC Bournemouth pada pekan kedua Premier League musim ini, 17 Agustus 2015. Cedera yang dialami Jon Flanagan juga terjadi sebelum Klopp datang.

Sementara itu Joe Gomez, pemain pertama yang terpaksa menepi di era Klopp, menderita cedera ACL yang memaksanya absen selama sembilan bulan ketika bermain untuk Tim Nasional Inggris U-21. Danny Ings menderita cedera serupa dalam sesi latihan pertama bersama Klopp, namun rasanya berlebihan menyalahkan Klopp untuk pemain yang belum banyak ia sentuh.

Jordan Rossiter, sementara itu, lain cerita. Ia menderita cedera hamstring setelah Klopp menjadi manajer Liverpool, namun menyalahkan Klopp untuk cedera Rossiter juga rasanya tidak tepat.

“Saya tidak ingin memulai pekan pertama saya di Melwood dengan keluhan,” ujar Klopp kepada media setelah Rossiter pulang dari tugasnya bersama Tim Nasional Inggris U-19 dalam keadaan cedera. "Namun tidak wajar bertanding sebanyak tiga kali dalam lima hari, bahkan di Inggris. Saya bisa bilang apa? Para pemain muda adalah masa depan kita. Jika kita memperlakukan mereka seperti kuda, kita akan mendapat kuda. Kami (Liverpool) lebih suka mereka memiliki waktu untuk berkembang dan tidak merasakan tekanan yang terlalu besar. Tiga pertandingan dalam lima hari untuk seorang pemain berusia 18 tahun itu sangat keterlaluan.”

Dejan Lovren dan Philippe Coutinho, sementara itu, jelas sekali menderita cedera karena beban kerja yang diberikan Klopp terlalu berat untuk hamstring mereka. Begitu juga dengan Divock Origi yang ditarik keluar pada menit ke-36 di pertandingan melawan Leicester City (26 Desember 2015), Martin Å krtel (20 Desember 2015), dan Daniel Sturridge (6 Desember 2015). Jenis cedera yang Mamadou Sakho derita pada pertandingan melawan Crystal Palace (cedera lutut, 8 November 2015) berbeda, namun bisa jadi beban kerja di bawah arahan manajer baru juga memainkan peran besar dalam hal ini.

Marcelo Bielsa, yang permainan menekannya lebih ekstrem dari Klopp, tidak menghadapi masalah cedera sebanyak ini ketika menangani Olympique de Marseille musim lalu. Itu artinya memang Klopp saja yang tidak bisa menangani kebugaran pemainnya dengan baik bersama ketatnya jadwal Liga Inggris. Mau tidak mau harus bertanggung jawab untuk semua ini.

Namun memandangnya sebagai satu-satunya biang keladi di balik semua cedera yang Liverpool alami rasanya berlebihan. Lagipula hal ini memang tidak bisa dihindari. Dewan direksi Liverpool seharusnya sudah tahu bahwa cepat atau lambat, badai cedera hamstring memang pasti menimpa kesebelasan mereka.

Klopp datang sebagai pengganti Rodgers ketika musim telah berjalan. Klopp tidak memiliki waktu untuk membuat para pemainnya terbiasa dengan gaya main yang ia terapkan karena ia tidak melatih mereka sepanjang musim panas, dalam latihan persiapan menyambut musim baru. Jika saja ini Bundesliga, Klopp pasti bisa mengatasinya dengan latihan musim dingin. Namun Premier League tidak mengenal jeda tengah musim.

Satu-satunya pemecahan masalah yang bisa dilakukan sekarang adalah membeli sebanyak mungkin pemain baru selama bursa transfer bulan Januari agar Klopp bebas melakukan rotasi. Hingga ia menangani sendiri persiapan pramusim Liverpool, cedera hamstring masih akan menjadi masalah mereka bersama.

Komentar