Mereka-mereka yang 'Ngambek' di Konferensi Pers Seperti Van Gaal

Berita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mereka-mereka yang 'Ngambek' di Konferensi Pers Seperti Van Gaal

Media sepakbola Inggris terkenal kejam dalam memberitakan sesuatu. Dan konferensi pers seringnya menjadi ‘arena pembantaian’. Para jurnalis biasanya akan mencecar pertanyaan demi pertanyaan yang bisa membuat seseorang terpancing emosinya. Korban utama dari pembantaian ini biasanya adalah seorang manajer.

Termutakhir, manajer Manchester United Louis Van Gaal menjadi korban. Juru taktik asal Belanda tersebut ‘ngambek’ kepada awak media terkait pemberitaan mengenai pemecatannya. Dalam permulaan konferensi pers yang berlangsung kurang lebih selama 4 menit 58 detik tersebut bahkan Van Gaal langsung menuntut permintaan maaf dari para wartawan, yang dianggapnya telah memberitakan sesuatu yang salah

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Van Gaal bereaksi emosional dalam konferensi pers saat melatih Manchester United, terutama pada tahun 2015 ini. saat bermain imbang dengan West Ham pada 8 Febuari 2015, mantan pelatih Barcelona tersebut bereaksi atas kritikan mengenai gaya permainan yang diusungnya.

Dan Van Gaal tidak sendirian, sepanjang tahun 2015 ini ada beberapa manajer Liga Inggris lain yang berseteru dengan media saat konferensi pers berlangsung. Berikut diantaranya :

Nigel Pearson

Sebelum Leicester City ditangani oleh Claudio Ranieri dan tampil gemilang musim ini, mereka berada dibawah arahan Nigel Pearson. Pelatih yang juga berjasa membawa Leicester City kembali ke Premier League ini sempat bereaksi keras kepada media pasca kekalahan timnya atas Chelsea pada 30 April 2015.

Pearson beranggapan bahwa publik khususnya media tidak memberikan kredit kepada dirinya dan tim, karena berhasil lolos dari zona degradasi, dan lebih sibuk mengkritik permainan anak asuhnya. Bahkan dalam kesempatan tersebut Pearson menyebut wartawan sebagai ‘burung unta’ yang di Inggris sana merupakan kata lain untuk menyebut seseorang ‘bodoh’.

Arsene Wenger

Wenger hampir saja melakukan hal yang sama dengan Van Gaal, dimana dirinya akan melakukan storm-out dalam konferensi pers. Penyebabnya adalah pertanyaan dari awak media mengenai pernyataan Jose Mourinho yang kala itu masih menukangi Chelsea, dimana The Special One menyebut bahwa hanya ada satu manajer yang tidak pernah berada dalam tekanan, dan komentar ini merujuk kepada manajer asal Prancis tersebut.

Penyebab lain adalah kritik media atas keputusanya memasang David Ospina di laga Liga Champions melawan Olympiakos. Dimana dalam pertandingan tersebut Ospina bermain buruk dan Arsenal Menelan kekalahan.

Jose Mourinho

Sebelum diberhentikan oleh Chelsea pada bulan Desember ini, Mourinho beberapa kali berseteru dengan media. Terutama pada acara konferensi pers baik sebelum maupun sesudah pertandingan. Bahkan pada 24 Oktober 2015, Mourinho lebih memilih terkena sanksi dari FA dibandingkan harus berbicara di konferensi pers pasca pertandingan.

Dan yang paling panas jelas terjadi pada September 2015, ketika wartawan menanyakan mengenai sindrom musim ketiga yang dialami oleh manajer asal Portugal tersebut. Berikut rangkuman pernyataan Mourinho ketika diberikan pertanyaan mengenai musim ketiga yang biasanya berakhir tidak baik bagi dirinya seperti yang dilansir oleh mirror.uk

“Di Porto dan Inter Milan, saya tidak sampai ke musim ketiga”

“Musim ketiga saya di Chelsea saat pertama kali menjabat (2004-2007), saya memenangkan Piala FA dan Piala Carling, dan menembus babak semifinal Liga Champions”

“Musim ketiga saya di Real Madrid, saya memenangkan Super Cup, kalah di final Copa Del Rey, dan juga bermain di semifinal Liga Champions”

“Itulah yang terjadi dalam musim ketiga saya. Coba terlebih dahulu cari di google dibanding saat ini anda memberikan saya pertanyaan bodoh!”

***

Menangani jurnalis terutama dalam konferensi pers menjadi keahlian tersendiri bagi seorang manajer. Bahkan Sir Alex Ferguson menyebutkan dalam otobiografinya kalau salah satu kunci suksesnya membawa Manchester United menjadi kekuatan dominan di Sepakbola Inggris adalah dengan menangani media dengan baik. Sir Alex sendiri mengakui apabila ‘kalah’ oleh kritikan media, maka lebih baik cari kompetisi di negara lain, yang memiliki media lebih ramah.

Komentar