Saat Wasit Mengakui Kesalahan

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Saat Wasit Mengakui Kesalahan

Wasit juga manusia. Ia tak bisa memimpin pertandingan dengan sepenuhnya sempurna. Kesalahan menjadi hal yang mungkin saja dilakukan. Selain karena pandangannya terbatas, wasit juga dipusingkan karena mayoritas keputusan, seperti halnya pelanggaran, membutuhkan interpretasinya sendiri.

Rasa bersalah biasanya bergumul dalam kepala. Ada yang dipendam, ada pula yang tak kuat hingga akhirnya depresi. Rasa bersalah itu pula yang dirasakan Deniz Coban, wasit yang memipin sebuah laga di Liga Turki. Ia menyadari kalau dirinya salah menunjuk titik putih.

Salah tak bisa ditebus, dosa tetaplah dosa. Coban pun mencoba meminta maaf dan mengakui kesalahannya meski dengan cara yang tak biasa. Ia mendatangi manajer kesebelasan Kasimpasa, Riza Calimbay, yang tengah diwawancarai kru televisi.

“Saya meminta maaf kepada Anda (Calimbay), kepada tim Kasimpasa, kepada tim Rizespor, dan Federasi Sepakbola Turki utamanya pada komite wasit dan saya mesti mempertimbangkan masa depan saya setelah ini,” ucap Coban.

Dalam pertandingan antara Kasimpa dan Rizespor tersebut, Coban memutuskan untuk memberi tendangan penalti pada menit ke tujuh masa perpanjangan waktu babak kedua. Coban pun melihat insiden tersebut lewat tayangan ulang dan melihat kalau striker tim tandang, Leonard Kweuke, terjatuh di luar kotak penalti.

Tekanan pada Coban memang tidak main-main. Saat masuk ke ruang ganti dan menyaksikan tayangan ulang, ia mendapati dirinya tengah dibanjiri rasa bersalah. “Aku melihatnya setelah aku masuk ruang ganti. Aku tak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu. Terlepas dari itu, Anda memberikan ucapan selamat pada kami. Mungkin aku telah mendekati akhir karirku, tapi aku minta maaf untuk Anda sekalian,” ucap Coban dikutip dari Today Szaman.

Usai berkata seperti itu, Calimbay justru merespons positif, “Kami semua membuat kesalahan tapi faktanya Anda mesti punya keberanian untuk datang ke sini dan mengakuinya. Ia pantas menerima rasa penghormatan yang besar. Jangan bicara tentang meninggalkan profesi Anda, sepakbola membutuhkan banyak orang seperti Anda.”

Calimbay pun merasa kalau apa yang dilakukan Coban adalah hal yang lumrah. “Wasit membuat kesalahan tapi kami membutuhkan bantuan agar para pemain bisa menyesuaikan,” tutur Calimbay.

Tekanan pada wasit memang teramat besar. Dalam film dokumenter Kill The Referee, wasit tegas sekalipun meminta maaf kepada para pemain usai pertandingan. “Saya minta maaf,” ujar Massimo Busacca yang memimpin pertandingan Swedia menghadapi Yunani, “Saya manusia, bukan Tuhan.”

Dalam Piala Eropa 2008, wasit asal Inggris, Howard Webb, sempat melakukan kesalahan karena mengesahkan gol padahal mestinya offside. Di ruang ganti, pada babak pertama, Webb dan asistennya terlihat gusar memikirkan apa yang terjadi. Sang Asisten sebenarnya sudah mengutarakan kalau ia tak yakin dengan gol tersebut.

Pada babak kedua, pelatih Polandia, Leo Beenhakker, marah dan mengucapkan kata-kata kasar pada Webb dan asistennya. Ia merasa kalau keputusan Webb salah dengan memberi Austria penalti pada menit-menit terakhir babak kedua. Sang Asisten pun mencoba menenangkan Webb, “Kalau Anda melihatnya di televisi, itu sudah jelas penalti.”

Meski lega atas keputusan tersebut, Webb dan asistennya masih tak dapat melupakan kesalahannya dengan mengesahkan gol Polandia yang harusnya offside. Usai pertandingan, Webb pun mendapat sejumlah ancaman hingga ancaman pembunuhan. Untuk menanggulangi hal tersebut, Komite Wasit UEFA akhirnya merumahkan Webb sebagai antisipasi terjadi hal-hal buruk. Namun, di balik itu UEFA memulangkan Webb sebagai bagian dari hukuman, “Anda memimpin dengan baik. Namun, hal yang paling penting dari laga tadi adalah gol pertama. Itu buruk buat turnamen ini.” Di Piala Eropa 2008, Webb hanya memimpin dua laga di fase grup.

Tekanan pasti dirasakan wasit manapun, apalagi saat mereka sadar telah melakukan kesalahan. Dengan karir yang juga pendek, dengan usia maksimum 40 tahun, wajar rasanya jika wasit enggan melakukan kesalahan sama sekali, karena kesalahan bisa mengantarkan mereka pada akhir yang tak menyenangkan.

Baca juga

Wasit: Pengadil yang Tak Adil


Boleh Protes Wasit Usai Pertandingan, Tapi Itu Percuma


Dasar Pemain Bola, Hobi Betul Merubungi Wasit!





Komentar