Politik Qatar untuk Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Berita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Politik Qatar untuk Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Kontroversi FIFA untuk menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 tidak kunjung surut. Piala Dunia yang masih akan dijadwalkan tujuh tahun lagi itu memang menimbulkan banyak opini miring, mulai dari isu politis, iklim, lingkungan, sampai penjadwalan kompetisi yang mungkin akan bergeser ke musim dingin (akhir tahun).

Penunjukkan ini sudah berlangsung sejak 2010, atau lima tahun yang lalu, atau juga 12 tahun sebelum Piala Dunia itu sendiri digelar.

Sebuah riset baru dari Mail on Sunday yang kami kutip dari Daily Mail menunjukkan bahwa negara kaya akan minyak di Timur Tengah tersebut menghabiskan lebih dari 17 milyar poundsterling (atau 27 milyar dolar AS, atau sekitar 350 triliun rupiah) pada saat melakukan lobi menjadi tuan rumah turnamen olahraga terbesar di dunia tersebut.

Menurut Mail, angka itu termasuk "transaksi perdagangan yang sah." Tapi apa yang sebenarnya memenuhi syarat sebagai "sah" mungkin bisa diperdebatkan.

Misalnya, Presiden UEFA (konfederasi sepakbola Eropa), Michel Platini (Prancis), memilih Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Menurut Mail, 14,72 milyar poundsterling, atau lebih dari 80 persen anggaran belanja negara, telah disalurkan kepada Platini, yang merupakan warga negara Prancis, selama pemilihan suara.

Angka itu termasuk "harga maskapai pesawat asal Prancis, Airbus; membeli Paris Saint-Germain; menyiapkan beIN Sports; dan membeli hak siar Ligue 1 Prancis." Seperti yang kita tahu dan sama seperti di Indonesia, beIN memiliki hak siar Liga Prancis.

Di dunia ini memang selalu ada harga untuk segala sesuatu, tak terkecuali hak memilih suara untuk Piala Dunia. Masalahnya, Mail melaporkan angka-angka yang sangat meyakinkan antara tokoh (yang disuap) dan jumlah uang yang keluar. Sangat mencurigakan.

Selain Platini, ada Nicolás Leoz (Paraguay) yang juga memilih Qatar. Menurut Mail, Leoz menerima 1,3 milyar poundsterling dan kesepakatan infrastruktur energi yang dinegosiasikan antara Sheik Hamad dari Qatar dan presiden Paraguay, Fernando Lugo, pada 18 Agustus 2010.

Sebagai perbandingan saja, pemungutan suara untuk tuan rumah Piala Dunia 2022 terjadi pada 2 Desember 2010.

The Mail juga mencocokkan angka 1,2 milyar poundsterling untuk pemilih asal Thailand yang juga merupakan Presiden Asosiasi Sepakbola Thailand, Worawi Makudi (Thailand), untuk kesepakatan gas yang dinegosiasikan pada 16 Agustus 2010 di Doha, Qatar.

Daftar ini semakin panjang, misalnya saja Angel Maria Villar Llona (Spanyol) yang menerima bantuan 150 juta poundsterling pada kesepakatan sponsor Qatar Airways untuk kesebelasan FC Barcelona.

Julio Grondona (Argentina) juga dikabarkan menerima 59 juta poundsterling yang dihabiskan untuk membayar hutang Asosiasi Sepakbola Argentina yang lunas pada November 2010.

Masih banyak lagi daftar tokoh dan uang yang terlibat yang Anda bisa baca pada laporan dari Daily Mail berikut ini, termasuk tambahannya dari Marios Lefkaritis (Siprus), Ricardo Teixeira (Brasil), Issa Hayatou (Kamerun), Jacques Anouma (Pantai Gading), Jack Warner (Trinidad & Tobago), dan lain-lain.

Jumlah dan detail yang dikemukakan oleh Mail memang mengesankan. Tapi kita juga harus melihat dari perspektif lainnya, FIFA melaporkan bahwa biaya operasional seluruh Piala Dunia adalah 1,3 milyar poundsterling.

FIFA bisa menghabiskan 9,8 milyar poundsterling untuk menyelenggarakan Piala Dunia. Brazilian Economic Research Foundation memproyeksikan bahwa Piala Dunia akan menghasilkan 18,12 milyar poundsterling bagi perekonomian bangsa, kira-kira jumlah yang sama (tepatnya 17,17 milyar poundserling) yang dilaporkan telah dibayar oleh Qatar hanya untuk melobi agar mendapatkan status tuan rumah Piala Dunia.

Jika angka-angka yang Qatar habiskan untuk mempengaruhi pemilih (secara tidak langsung) di atas adalah benar, maka cerita ini akan jauh lebih besar daripada apakah Qatar benar-benar berhak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Jika kita menambahkan sekitar 130-an milyar poundsterling yang Qatar akhirnya akan keluarkan untuk infrastruktur, menjadi jelas bahwa "siasat" Qatar tidak ada hubungannya dengan mencari uang atau membuat berita besar, karena bagi Qatar, 17 milyar poundsterling tidak ada apa-apanya dibandingkan nantinya bahwa mereka harus menghabiskan 130 milyar poundsterling untuk infrastruktur.

Bisa dibilang Qatar sudah membuat permainan kekuasaan berjangka panjang untuk menjadi pusat dunia, dan Piala Dunia hanya sebagai salah satu langkah, dan mungkin adalah langkah terbesar, dalam membuat mimpi ini menjadi kenyataan.

Tidak ada yang ilegal dari uang-uang yang dihabiskan di atas, itu semua hanyalah bagian dari politik, dan uang berperan penting di sini. Beruntung (atau justru "sayangnya"?), uang 17 milyar poundsterling untuk melobi tidak ada apa-apanya bagi negara yang kaya akan minyak seperti Qatar.





Sumber: Daily Mail, Soccer Gods, The Guardian

Komentar