Akankah Tim ISL Bermasalah Tak Bisa Ikut Kompetisi Musim Depan?

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Akankah Tim ISL Bermasalah Tak Bisa Ikut Kompetisi Musim Depan?

Kurang dari dua pekan lagi, tahun 2014 akan segera berakhir. Dan pada tanggal 1 Februari 2015, Indonesia Super League (ISL) musim yang baru akan mulai kembali digelar. Ini artinya, hanya sekitar enam minggu lagi ISL 2015 akan digelar.

Enam minggu bukan lah waktu yang teramat panjang. Tapi enam minggu pula waktu yang disediakan PT Liga Indonesia bagi para klub peserta ISL untuk menyiapkan timnya mengarungi musim baru. Dan waktu enam minggu pula menjadi waktu yang kita nantikan untuk membuktikan apakah PT Liga bisa memegang perkataannya?

Setiap menjelang ISL bergulir, PT Liga dengan ketentuan FIFA ataupun AFC, selalu mewajibkan setiap peserta ISL memenuhi lima aspek untuk dinyatakan lolos verifikasi sehingga bisa berlaga di ISL. Kelima aspek tersebut adalah finansial, pembinaan, stadion, legalitas atau hukum, dan administrasi.

Aspek finansial dan stadion menjadi aspek terpenting dalam verifikasi yang dilakukan PT Liga. Karena kedua aspek ini dinilai merupakan aspek terpenting bagi sebuah tim untuk mengarungi kompetisi ISL ini. Kewajiban untuk memenuhi persyaratan ini akan memungkinkan tim tersebut akan menjalani kompetisi tanpa masalah.

Pada ISL 2015, dengan berkaca pada musim lalu seperti adanya beberapa klub yang menunggak gaji pemain, PT Liga lebih serius dalam menyikapi persyaratan lolos verifikasi ini. Bagi tim yang tak bisa memenuhi persyaratan yang diwajibkan PT Liga, hukuman sudah menanti mereka. Dimulai dari pembatasan jumlah pemain, hingga larangan untuk berkompetisi di ISL musim depan.

“Yang paling mendasar, tidak bisa ikut berkompetisi,” ujar Joko Driyono CEO PT Liga Indonesia melalui situs ligaindonesia.co.id. “Kedua, jumlah pemain dibatasi. Kemudian, boleh tetap bermain namun tunggakan yang mereka miliki tidak melebihi limit proyeksi revenue dari kompetisi.”

Bersamaan dengan perkataan Joko Driyono tersebut, sejumlah tim pun diburu waktu untuk menyelesaikan masalahnya agar bisa lolos verifikasi. Beberapa tim masih menunggak gaji pemain dengan biaya yang cukup besar.

Persebaya ISL yang pada musim lalu dihuni sejumlah pemain bintang, mengakhiri kompetisi dengan hutang yang menggunung. Yang terbaru, dikabarkan total gaji pemain yang belum terselesaikan mencapai 3,9 miliar. Bahkan menurut bola.net, hutang ‘Bajul Ijo’ mencapai 5 miliar jika dihitung dengan tunggakan apartemen, katering, dan biaya perjalanan.

Selain Persebaya, PSM Makassar pun dirundung masalah serupa. Gaji pemain selama 4,5 bulan belum terbayarkan manajemen hingga saat ini. Manajemen ‘Juku Eja’ mengatakan pihaknya akan menyelesaikan masalah ini pada bulan Januari, sebelum liga dimulai.

Selain tunggakan gaji, PSM pun masih bermasalah dengan stadion yang akan digunakan mereka untuk musim depan. Mereka terancam akan menjadi musafir seperti musim lalu di mana mereka menjalani laga kandang di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Ini terjadi karena Stadion Andi Mattalatta kandang PSM, masih tak memenuhi standar PT Liga. Gencar diberitakan jika PSM akan menggunakan Stadion Dipenogoro, di Banyuwangi.

Masalah penggunaan kandang pun menjadi persoalan Pelita Bandung Raya, Bali United Pusam dan Persiram Raja Ampat. PBR awalnya hendak menggunakan Stadion Siliwangi sebagai homebase mereka. Namun stadion yang pernah menjadi kandang Persib Bandung ini perlu direnovasi untuk memenuhi standar PT Liga. Manajemen ‘The Boys Are Back’ dikabarkan sedang mengincar Stadion Arcamanik yang sejatinya dipersiapkan untuk PON 2016.

Bali United Pusam yang sebelumnya bernama Persisam Putra Samarinda, masih belum dipastikan bisa menggunakan Stadion Dipta Gianyar yang diincar manajemen Bali United. Alasannya, stadion ini belum diverifikasi PT Liga.

Hal serupa menimpa Persiram Raja Ampat. Tim berjuluk ‘Dewa Laut’ ini masih menunggu Stadion Wombik, Sorong, selesai direnovasi. Jika masih belum beres, Persiram kemungkinan akan kembali bertualang ke luar Pulau Papua meski menjalani laga kandang seperti musim lalu (musim lalu menggunakan Stadion Maguwiharjo, Sleman).

Selain nama-nama klub di atas, klub lain yang sedang harap-harap cemas menyambut ISL 2015 adalah Persik Kediri. Namun bukan masalah tunggakan gaji atau pun tak memiliki stadion yang bisa menghambat mereka pada ISL 2015, melainkan tak adanya dana dan sponsor untuk mengarungi musim depan.

“Kondisi Persik sekarang lagi krisis keuangan dan krisis sponsor, sehingga terancam tidak bisa ikut kompetisi musim depan,” ujar Widodo Hunter, salah satu pengurus Persik mengutip dari Tribunnews.com. “Pihak manajemen Persik sekarang sudah pasrah.”

Dengan rentetan masalah-masalah di atas, bukan tak mungkin akan ada tim yang tak bisa memenuhi persyaratan untuk lolos verifikasi ISL musim depan. Misalnya PSM yang menghadapi dua masalah serius atau Persik yang masa depannya di ISL masih diragukan.

Pertanyaannya, apakah PT Liga benar-benar memegang perkataannya yang akan menghukum peserta yang tak bisa memenuhi persyarata verifikasi liga? Atau verifikasi hanya menjadi formalitas seperti apa yang telah terjadi pada musim lalu?

Satu hal yang perlu ditekankan, ISL 2015 akan menjadi liga yang berbahaya bagi tim yang memiliki dana pas-pasan. Kompetisi musim depan dipastikan akan lebih membutuhkan biaya yang lebih besar dari musim lalu karena format liga yang berubah dari dua grup menjadi satu grup kompetisi penuh dan diikuti oleh 20 tim.

Ketegasan PT Liga tentunya sangat diperlukan untuk menyikapi masalah yang ada saat ini. Kita tentunya tak ingin mendengar lagi pemain yang tak mendapatkan haknya dari klub. Pun begitu dengan masalah-masalah lain yang membuat citra sepakbola Indonesia menjadi buruk.

Belum lagi enam pekan bukanlah waktu yang lama bagi tim-tim bermasalah tersebut untuk menemukan solusi atas masalah-masalah mereka. Maka dari itu hanya satu yang harus dilakukan PT Liga mengenai verifikasi tim ISL ini; melarang tim bermasalah untuk mengikuti liga. Beranikah mereka melakukannya?

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar