Wajah Sepakbola Profesional Brasil yang Sebenarnya

Berita

by redaksi

Wajah Sepakbola Profesional Brasil yang Sebenarnya

Jangan tertipu oleh kontrak besar Neymar atau pun kekuatan timnas Brasil yang menakutkan. Di tempat mereka lahir, klub-klub lokal sedang berjuang untuk tetap bisa bertahan dan terhindar dari kebangkrutan.

Lebih menyedihkan lagi, untuk beberapa klub divisi bawah, para pemainnya tak bisa fokus menjalani karir sepakbolanya. Para pemain terpaksa mengambil pekerjaan di luar sepakbola untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.

Menurut media The Asian Age, masalah keuangan memang sedang melanda klub-kub Brasil saat ini. Hutang-hutang klub meningkat sekitar 75 persen dalam lima tahun terakhir. Hal ini diakibatkan klub dijalankan oleh direksi yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, federasi sepakbola mulai dipengaruhi politik. Ini membuat keputusan-keputusan yang diambil buruk dan tak memiliki perencanaan yang jelas.

Kecarutmarutan liga terlihat ketika lebih dari 70% dari 700 tim yang tersebar di seluruh liga hanya bertanding selama tiga bulan. Itu artinya sekitar 12.000 pemain akan menganggur ketika tidak ada pertandingan.

Contohnya adalah klub Presidente Prudente yang bermain di divisi keempat liga Brasil.  Tahun lalu mereka gagal lolos babak grup dan hanya bermain sebanyak 10 pertandingan. Untuk melakukan pertandingan uji coba pun mereka kesulitan mencari lawan dan kekurangan biaya perjalanan.

Saking krisisnya finansial mereka, para pemain di tim ini melakukan pekerjaan sampingan sebagai pengantar Pizza untuk sebuah restoran kecil di kota tersebut. Tak hanya satu, beberapa pemain pun melakukan hal yang sama.

“Kenyataan yang ada tidak seperti yang anda lihat di televisi. Hanya 30 persen klub profesional Brasil berada di level tertinggi dan dapat menjalani tiap musimnya tanpa masalah.” kata Arthur Vinicius Marcelo, koordinator sepakbola di Presidente Prudente dan juga pelatih fisik klub. “tidak semua orang tahu apa yang sebenarnya dijalani pemain setiap harinya. Banyak pemain yang membutuhkan pekerjaan kedua,” tambah Arthur.

Hal tersebut diamini Rogerio Salvato Jr., pemain tengah Presidente Prudente. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa menghidupi keluarganya hanya dari sepakbola. Maka dari itu ia juga melakukan pekerjaan lain untuk mendapatkan uang lebih.

Tak hanya tim kecil yang sedang berjuang, klub besar seperti Botafogo dan Flamengo pun memiliki masalah finansial tahun ini. Palmeiras, tim dengan gelar juara terbanyak di Brasil, baru-baru ini memutuskan untuk tidak memakai pemain top. Mereka akan coba memaksimalkan pemain-pemain binaan.

Jika klub-klub liga bawah bermain minim, klub-klub liga atas bermain lebih dari 85 pertandingan pertahun. Ini membuat masyarakat Brasil jenuh karena seringnya pertandingan berlangsung. Akibatnya stadion pun selalu kosong. Seperti ketika salah satu pertandingan Rio de Janeiro Championship. Kurang dari 4000 orang menyaksikan Flamengo yang mengalahkan Cabofriense.

Mungkin inilah yang membuat para pemain Brasil tak segan untuk bermain di Eropa. Tentunya melanjutkan karir di Eropa bisa mengubah nasib mereka. Mereka rela meninggalkan negara kelahirannya untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik.

Tak hanya dari karir sepakbola, dari segi finansial pun tawaran dari Eropa pastinya sangat menggiurkan. Contoh nyatanya adalah apa yang terjadi dengan Neymar, Ronaldinho dan bintang Brasil lainnya yang ‘merantau’ ke benua biru. Mereka kini telah tersulap dari seorang pesepakbola jalanan menjadi bintang lapangan hijau dengan harta yang bergelimpangan.

foto: bigstory.ap.org

[ar]

Komentar