Simalakama Taktik Roma untuk Kemenangan Napoli

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Simalakama Taktik Roma untuk Kemenangan Napoli

SSC Napoli berhasil mengalahkan AS Roma pada pertandingan lanjutan Serie-A 2022/23 di Stadion Olimpico, Senin (24/10) dini hari WIB. Victor Osimhen menjadi pemecah kebuntuan lewat golnya di menit 80`. Kemenangan ini membuat Napoli semakin kokoh di puncak klasemen sementara Serie-A musim ini.

Dengan mengalahkan Roma, Napoli mencatatkan 11 kemenangan beruntun. Tim berjuluk Partenopei ini juga tidak terkalahkan dalam 24 pertandingan terakhir sejak 24 April lalu. Sementara, Roma turun ke peringkat empat klasemen sementara Serie-A.

Kembali Dipercayanya Osimhen

Napoli masih turun dengan formasi 4-3-3 pada laga kali ini. Namun terjadi perbedaan susunan pemain terutama di lini depan. Faktor yang paling terlihat adalah dipasangnya Osimhen sebagai penyerang tengah 11 pertama. Terakhir kali penyerang asal Nigeria itu di 11 pertama adalah ketika melawan Liverpool pada 8 September lalu.

Sementara, Roma menggunakan formasi 3-5-2 untuk menahan gempuran Napoli. Susunan pemain Roma tidak banyak berubah dari pertandingan-pertandingan sebelumnya. Rick Karsdorp kembali ke posisi bek sayap kanan setelah cedera. Itu pun dipaksakan karena Nicola Zalewski mendapatkan cedera saat pemanasan sehingga Karsdorp harus dimainkan sejak awal.

Perubahan Pola Serangan Napoli

Napoli masih mengandalkan pola serangan seperti biasa sejak awal pertandingan, yaitu mengandalkan kolektivitas di sisi lapangan. Hanya saja Khvicha Kvaratskhelia tidak mendapatkan porsi berlebih pada laga kali ini. Pergerakannya buntu di sisi kanan pertahanan Roma yang dijaga oleh kombinasi Karsdorp dan Gianluca Mancini.

Karsdorp jarang naik membantu serangan Roma dalam laga di Olimpico itu. Padahal, biasanya pemain asal Belanda ini sangat agresif ketika kesebelasannya menguasai bola. Namun, dalam laga kali ini, Karsdorp lebih sering mengikuti kemanapun Kvaratskhelia berada. Kvaratskhelia hanya mampu lebih leluasa menguasai bola ketika melakukan serangan balik dan saat Roma mulai main terbuka setelah kebobolan.

Sepanjang laga, Kvaratskhelia cuma mampu melepaskan percobaan tembakan sebanyak dua kali: satu melenceng dan sisanya mampu diblok oleh lawan. Kesempatan 11 kali giringan bola pun hanya empat yang berhasil. Selain dijaga Karsdorp, tidak jarang juga Kvaratskhelia mendapatkan hadangan dari Lorenzo Pellegrini yang bermain melebar ketika kesebelasannya dalam keadaan bertahan.

Pada situasi bertahan, Roma memang mengubah polanya menjadi 5-3-2 atau 4-1-3-2. Karsdorp bertahan di sisi kanan dan Pellegrini melebar ke kanan. Bala bantuan Pellegrini dan pasifnya sisi kanan Roma ketika menyerang sebenarnya juga tidak lepas dari baru sembuhnya Karsdorp. Alhasil ia tidak terlalu diberikan porsi lebih banyak selain bertahan pada laga kali ini.

Buntunya Kvaratskhelia, terutama saat babak pertama, membuat pelatih Luciano Spalletti mencoba mengubah permainan kesebelasannya pada babak kedua. Giovanni Di Lorenzo dkk mulai menerapkan umpan-umpan jauh ke sepertiga akhir pertahanan Roma. Selain itu, para pemain depan Napoli lebih sering mengandalkan giringan bola ke dalam kotak penalti Roma.

Umpan panjang Napoli selama babak satu (18 kali dan sering dilakukan dari belakang).

Umpan panjang Napoli babak kedua (24 kali dan mulai dilakukan dari lini tengah)

Ketika suplai kepada Kvaratskhelia dirasa mentok, bola yang dialirkan ke Osimhen atau Hirving Lozano dilanjutkan dengan giringan untuk membuat kacau kotak penalti Roma. Proses umpan panjang dan giringan bola inilah yang juga menjadi gol satu-satunya bagi Napoli. Umpan panjang Matteo Politano, sampai di kaki Osimhen yang menahan bola sedikit dan mengecoh Chris Smalling untuk melepaskan tembakan.

Tendangan itu membuat Rui Patricio tak berkutik melihat bola masuk ke dalam gawangnya. Gol Napoli ini didapatkan setelah Roma melancarkan serangan. Dengan kata lain, Roma yang bertahan dan mengandalkan serangan balik justru kalah oleh pola permainannya sendiri.

Serangan Usang Roma

Secara taktikal, Roma dengan Napoli amat berbeda dalam merespons situasi pertandingan ini. Jika Napoli mengubah permainan saat pergantian babak, Roma justru tak melakukan perubahan.

Sebenarnya, cara Roma bertahan patut diacungi jempol. Mereka mampu membuat Kvaratskhelia tidak berkutik dan Osimhen tidak menemukan ruang gerak karena dijaga Smalling.

Perubahan pola bertahan Roma dari formasi 3-5-2 menjadi 5-3-2 sangat efektif. Kepaduan sisi kanan seperti yang dituliskan pada bagian sebelumnya, ditambah dengan melebarnya Roger Ibanez untuk menjaga area pertahanan sisi kiri terbilang efektif. Empat bek sejajar Roma juga dibantu kedalamannya oleh Bryan Cristante dan Mady Camara.

Dua gelandang itu jugalah yang membuat Tanguy Ndombele tidak mampu leluasa membangun serangan Napoli dari tengah. Mereka bahkan memaksa Piotr Zielinski bermain lebih lebar dari tengah ke kanan untuk membantu Kvaratskhelia.

Ketika Napoli kehilangan bola, Cristante atau bek tengah Roma menjadi penentu serangan pertama. Kemudian bola dilepaskan dengan operan jauh langsung ke sepertiga akhir pertahanan Napoli.

Total, Roma melepaskan 75 umpan panjang pada pertandingan ini. Jumlah tersebut unggul jauh atas Napoli yang cuma melepaskannya 41 kali saja. Seharusnya Pellegrini juga berperan soal ini. Namun ia tidak leluasa menguasai bola karena mendapatkan pressing agresif dari gelandang-gelandang Napoli.

Umpan-umpan panjang ini dilepaskan untuk memaksimalkan kecepatan Nicolo Zaniolo dan Tammy Abraham. Dua pemain itu memaksa bek tengah Napoli untuk beradu lari dalam menyambut umpan panjang tersebut. Para bek tengah Napoli pun terlihat cukup sulit mengejar Zaniolo maupun Abraham.

Meski mereka terlihat unggul dalam kecepatan, namun tidak dalam penyelesaian. Zaniolo terlihat tetap menjadi seorang penyuplai ketika menguasai bola dengan bergerak melebar. Sementara Abraham yang cenderung langsung mengarah ke gawang, nampak banyak membuang peruntungannya.

Abraham cuma mencatatkan satu percobaan tembakan yang tidak menemui sasaran. Padahal, hampir setiap serangan balik berujung pada kakinya. Cara-cara serangan balik cepat namun tak tepat seperti ini masih terus diandalkan sampai akhirnya kebobolan terlebih dahulu. Roma bermain lebih terbuka dan menyerang setelah kebobolan pada menit 80`.

Kesimpulan

Pertandingan ini menunjukkan bahwa Spalletti memiliki adaptasi baik dalam meladeni permainan lawan. Perubahan pola serangan di babak dua, menjadi kunci kemenangan Napoli. Sementara Roma terhenti dengan gaya permainan yang tetap sama. Tidak ayal jika tuan rumah mendapatkan buah simalakama dari permainannya sendiri.

Komentar