Liga Primer Inggris 2020/21 yang Penuh Anomali

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Liga Primer Inggris 2020/21 yang Penuh Anomali

Premier League musim 2020/21 telah berlangsung empat pekan. Jeda internasional menyusul usai bursa transfer ditutup. Sebuah hal yang wajar kita temui setiap musim meski berbeda bulan. Liga Primer Inggris musim ini memang banyak perbedaan.

Satu hal yang paling besar, terlihat dari klasemen sebagai sorotan utama kompetisi liga. Empat besar sejauh ini tidak diisi oleh empat besar musim lalu. Dua tim teratas bahkan sangat mencuri perhatian.

Everton sukses menyapu bersih empat pertandingan awal dengan kemenangan. Terakhir kali mereka melakukan itu pada musim 1969/70 lalu, mereka keluar sebagai juara di akhir musim. Tidak bermaksud cocoklogi, tapi jelas melebihi ekspektasi.

Awalan bagus The Toffees bahkan dimulai sejak bursa transfer. Perekrutan James Rodriguez, Abdoulaye Doucoure, dan Allan menambah amunisi skuat asuhan Carlo Ancelotti. Mereka bertiga langsung menjadi tulang punggung Everton dalam mendulang 12 poin sejauh ini. Ancelotti sukses meramu peran pemain tertentu di posisi tertentu dengan baik. Perbedaan tipe pemain menjadi kekuatan utama Everton.

Profil tinggi Ancelotti tidak perlu diragukan. Performa pemain juga melebihi harapan. Dominic-Calvert Lewin sukses mencetak enam gol hanya dari 340 menit bermain. Terlalu dini mengatakan Everton sebagai calon juara mengingat mereka belum bertemu klub besar sejauh ini. Derby Merseyside menanti pada pekan kelima mendatang. Meski begitu, empat kemenangan meyakinkan tetap menjadi modal berharga Everton untuk mengarungi musim yang padat ini.

TIm lain yang mampu memenangkan seluruh laga sejauh ini adalah Aston Villa, dengan catatan anak asun Dean Smith baru bermain tiga kali. Bahkan dua laga awal The Villans sukses mencatatkan nirbobol menghadapi Sheffield United dan Fulham, sebuah hal yang kita jarang temui musim ini.

Sorotan tentu saja datang pada pertandingan ketiga Aston Villa. Mereka sukses mencukur juara bertahan dengan skor 7-2. Pemain terbaik Championship musim lalu, Ollie Watkins sukses mencetak hattrick. Jack Grealish dan gelandang pinjaman dari Chelsea yakni Ross Barkley juga tampil impresif. Lini pertahanan Aston Villa juga impresif, dua gol kebobolan Aston Villa sejauh ini menjadi catatan pertahanan terbaik.

Berbicara soal juara bertahan, Liverpool tidak mengawali musim dengan baik. Anak asuh Jurgen Klopp memang sukses memenangkan tiga pertandingan, namun lini pertahanan mereka sangat rapuh. Sejauh ini Liverpool kebobolan 11 gol hanya dari empat pertandingan. Musim lalu, butuh 13 pertandingan untuk 11 kali menjebol gawang Liverpool.

Klopp harus berpikir kembali jika ingin tetap menerapkan garis pertahanan tinggi seperti yang digunakan Bayern untuk menaklukan Eropa musim lalu. Bayern pun bahkan perlahan mampu diekspos dengan taktik tersebut.

Kebobolan karena garis pertahanan tinggi diekspos bukan hanya salah bek. Tapi pasti terdapat kontribusi kesalahan dari gelandang atau penyerang yang kurang agresif dalam memberi tekanan sehingga lawan memiliki ruang dan waktu untuk mengirim umpan terobosan. Absennya Sadio Mane, Jordan Henderson, dan Thiago tentu menjadi salah satu penyebab tekanan Liverpool tidak seperti biasanya.

Tim dengan gaya high pressing lainnya juga sedang pincang. Manchester City terseok-seok di posisi 14 dengan raihan empat poin dari tiga pertandingan. Anak asuh Pep Guardiola dihancurkan Leicester 2-5 di Etihad Stadium pada pertandingan kedua sebelum imbang 1-1 menghadapi Leeds United.

Pep mengeluhkan Leicester yang dianggap ‘tidak niat’ bermain dengan taktik blok rendah. Pertandingan tersebut bukan kali pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir di mana lawan Man City menerapkan pertahanan blok rendah dan rapat. Permainan reaktif tidak melanggar aturan apapun (kecuali tuntutan fans yang menjunjung tinggi sepakbola menyerang) sehingga Pep harus mencari solusi secepatnya. Selain itu, cederanya dua striker mereka yaitu Sergio Aguero dan Gabriel Jesus tidak dapat dipungkiri sebagai alasan lain pincangnya Man City.

Leicester dan Arsenal mengawali musim dengan cukup baik. Tapi konsistensi menjadi masalah Leicester musim lalu dan masalah klasik Arsenal dari dekade lalu. Tottenham dan Chelsea sejauh ini belum menunjukkan perkembangan masif dibanding musim lalu. Sementara Man United memiliki masalah layaknya benang kusut yang tidak bisa diselesaikan hanya lewat pembelian pemain.

Berbagai situasi tersebut sedikit mengingatkan kita terhadap musim 2015/16. Ketika tim-tim besar memiliki beragam masalah, muncul kuda hitam yang mampu konsisten satu musim penuh yakni Leicester. Menarik melihat bagaimana musim ini akan berjalan, terlebih dalam kondisi pandemi yang tidak ideal sama sekali.

Anomali juga ditemui pada satu hal paling penting dan paling ditunggu pada pertandingan sepakbola yaitu gol. Dilansir dari Opta, 38 pertandingan Premier League sejauh ini menghasilkan 144 gol atau rata-rata 3,79 gol per pertandingan. Catatan tertinggi sejak 1930/31.

Kurangnya pra musim menjadi salah satu penyebab utama hal ini terjadi. Kecerobohan dalam pertahanan menjadi biang kebobolan. Pemain kelas dunia seperti Virgil Van Dijk dan Thiago Silva saja membuat blunder fatal. Para pemain seakan lupa mengeksekusi teknik dasar bertahan yang kerap menjadi faktor terjadinya penalti. Man City melakukan kecerobohan yang berujung tiga penalti pada pertandingan menghadapi Leicester.

Sejauh ini, 25 penalti telah diberikan wasit dan VAR. Kenaikan cukup tinggi dibandingkan musim lalu hanya sembilan penalti pada periode serupa. Penalti tidak hanya disebabkan karena kecerobohan yang lebih sering terjadi, tapi perubahan peraturan handball juga sangat berpengaruh.

*

Dari perspektif klub, berbagai anomali ini tentu saja bukan hal positif. Banyak hal perlu diperbaiki terutama oleh klub-klub besar dengan ekspektasi tinggi. Beda hal jika melihat dari kacamata penikmat sepakbola. Klub besar yang pincang, hujan gol, dan drama penalti tentu menjadi daya tarik tersendiri. Meski hal-hal tersebut belum tentu terjadi sepanjang musim, namun Premier League musim ini terlalu menarik untuk dilewatkan.

Memasuki pekan kelima Liga Primer Inggris 2020/21, tersaji 4 pertandingan bigmatch yang bisa membuat akhir pekan Anda diisi dengan maraton menonton pertandingan sepakbola. Klik tautan di bawah ini untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan bigmatch Liga Primer Inggris pekan kelima:

Sabtu, 17 Oktober 2020

18.30 WIB Everton vs Liverpool

21.00 WIB Chelsea vs Southampton

23.30 WIB Manchester City vs Arsenal

Minggu, 18 Oktober 2020

02.00 WIB Newcastle vs Manchester United

Komentar