Garis Pertahanan Bayern Tetap Tinggi, Mengapa PSG Gagal Cetak Gol?

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Garis Pertahanan Bayern Tetap Tinggi, Mengapa PSG Gagal Cetak Gol?

Bayern Munchen sukses merajai Eropa usai mengalahkan PSG dengan skor tipis 1-0 pada laga yang berlangsung di Estádio da Luz, Minggu (23/8) waktu setempat. Kesuksesan ini berhasil mengantarkan Bayern meraih gelar Liga Champions untuk keenam kalinya. Trofi Si Kuping Besar melengkapi dua trofi mayor domestik musim ini, alias Bayern sukses meraih treble winner.

Kedua tim hanya melakukan satu pergantian. Thomas Tuchel kembali mempercayakan Keylor Navas sebagai kiper usai pemilik tiga medali Liga Champions itu fit untuk bermain. Sementara di kubu lawan, Hansi Flick memainkan Kingsley Coman sebagai pengganti Ivan Perisic di pos sayap kiri. Bayern tampil dengan formasi 4-2-3-1 sementara PSG menerapkan 4-3-3.

Narasi bahwa garis pertahanan tinggi Bayern akan terekspos oleh penyerang cepat PSG beredar luas sebagai prediksi taktikal. Tapi Flick tidak semudah itu ditaklukkan. Ia memaksa PSG berada dalam situasi yang tidak ideal. Ketika PSG berhasil menemukan solusi, Bayern mampu mengantisipasi.

Bayern tetap bermain high pressing dengan orientasi man-to-man dan intensitas tinggi. Coman dan Serge Gnabry mengincar dua bek tengah PSG, Thiago Silva dan Presnel Kimpembe. Sementara Robert Lewandowski dan Thomas Muller menjaga akses progresi lewat area tengah melalui Marquinhos dan Leandro Paredes.

Hampir tidak ada ruang di area tengah. Untuk meminimalisir risiko, pilihan PSG memiliki dua opsi yaitu umpan lambung ke tengah lapangan atau ke sayap. PSG kerap memilih untuk bermain ke sayap, terutama melalui Thilo Kehrer. Sayangnya, bek kanan asal Jerman tersebut tidak melepaskan umpan terobosan ke belakang lini Bayern.

Kehrer gagal memanfaatkan ruang yang dimiliki meski ia sering menerima bola, terutama pada babak pertama. Pemain 23 tahun itu mencatatkan 36 sentuhan, terbanyak dari seluruh pemain PSG. Cerita akan berbeda jika Kehrer memiliki kualitas umpan seperti Trent Alexander-Arnold. Pada grafik di bawah ini terlihat bahwa ia sering menjadi target umpan sepanjang pertandingan karena ruang berada di sayap.

Pada dua momen di bawah ini, Kehrer sebenarnya memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk melepaskan umpan terobosan ke Di Maria. Garis pertahanan Bayern sangat tinggi namun Di Maria tetap onside sehingga momen tersebut merupakan momen yang sempurna untuk melempar bola ke belakang lini Bayern.

PSG sebenarnya tetap berhasil menemukan solusi. Ketika PSG sukses melepaskan umpan terobosan ke Kylian Mbappe, Bayern reshape dengan sangat cepat. Bayern juga beberapa kali membuat situasi 2v1 melawan Mbappe untuk meminimalisir ancaman dari pemain 21 tahun itu.

Pada momen di bawah ini, Neymar sukses melepaskan umpan terobosan ke Mbappe. Joshua Kimmich dan Niklas Sule membuat situasi 2v1 melawan Mbappe sehingga menyulitkan eks pemain AS Monaco itu. Leon Goretzka dan Perisic turun membantu pertahanan dengan cepat, membuat Neymar terisolasi. Akhirnya Perisic berhasil menyapu bola.

Cara lain Bayern menghadapi serangan PSG adalah membuat tactical foul. Total sepanjang pertandingan, Bayern membuat 22 pelanggaran, empat di antaranya berbuah kartu kuning. Cara ini memang bukan cara terbersih, tapi terbukti efektif meredam PSG dalam melakukan progresi. Bayern banyak melakukan pelanggaran di area sepertiga tengah lapangan. Hal ini juga merupakan salah satu cara Bayern membatasi PSG melakukan progresi dari tengah.

PSG bukan tanpa peluang. Mereka tetap mampu menerobos pertahanan Bayern. PSG sangat mengandalkan transisi cepat untuk melompati lini Bayern. Target mereka ketika transisi adalah Mbappe dengan kecepatannya. Hasilnya, Neymar sempat memiliki peluang hasil umpan Mbappe pada menit ke-18 namun Manuel Neuer tampil impresif.

Di Maria juga memiliki peluang yang berawal dari serangan balik cepat. Tapi ia terpaksa menggunakan kaki lemahnya yaitu kaki kanan sehingga tembakan tidak tepat sasaran. Tembakan Mbappe menyambut umpan cut back Ander Herrera juga terlalu lemah usai memanfaatkan kesalahan lini belakang Bayern.

High pressing Bayern sangat menyulitkan permainan konstruktif PSG. Agresivitas Bayern berhasil meredam PSG dalam membangun serangan dari bawah. Pemain yang menghubungkan lini tengah dan lini depan, Paredes, tidak banyak mendapatkan bola. Gelandang asal Argentina itu hanya mampu membuat delapan umpan ke depan.

Neymar juga terisolasi pada babak pertama karena jarang turun menjemput bola tapi tidak ada suplai. Namun ketika ia sering turun yaitu pada babak kedua, Bayern bukanlah tim yang mudah dikalahkan lewat kemampuan individu. Sembilan kali Neymar mencoba melakukan dribel, hanya empat yang berhasil.

Ketika tidak menguasai bola, PSG bermain high pressing dengan intensitas sedang. Sama seperti Bayern, PSG fokus menutup akses progresi ke tengah sehingga ruang tercipta di sayap. Tapi pekerjaan Kimmich dan Alphonso Davies tidak mudah karena fullback PSG bermain cukup disiplin.

Perbedaan yang sangat signifikan dari serangan Bayern dan PSG adalah variasi. Bayern memiliki berbagai pilihan skema menyerang dengan kualitas tinggi. Juara Bundesliga itu bisa menyerang lewat kombinasi di area tengah, umpan silang, atau umpan lambung dari bek tengah ke Serge Gnabry, berharap gol pertama Gnabry ke gawang Lyon bisa terulang. Fullback Bayern juga lebih aktif menyerang dibanding fullback PSG. Ketika PSG tidak membuat satu pun tembakan melalui umpan silang, Bayern justru mencatatkan dua tembakan dari umpan silang dan salah satunya berbuah gol.

Variasi serangan yang beragam ini sangat menyulitkan PSG meski juara Ligue 1 itu cukup solid dalam pertahanan. Perbedaan ini akhirnya menjadi kunci kemenangan Bayern yaitu gol yang diciptakan Coman. Bayern juga membuat beberapa peluang dari umpan silang seperti sepakan Lewandowski yang membentur tiang pada babak pertama dan sundulan Lewandowski yang masih bisa dihalau Navas.

Gol Coman berawal dari Thiago yang sukses progresi ke Kimmich di ruang antar lini, enam pemain berada lebih tinggi dari bola setelah umpan Thiago. Kimmich meneruskan bola ke Gnabry. Sentuhan Muller hasil umpan silang Gnabry dimanfaatkan Kimmich untuk melepaskan umpan silang ke tiang jauh. Kehrer menghadapi situasi 1v2 karena Thiago Silva naik ketika umpan silang Gnabry. Kelengahan sedikit saja berhasil dimanfaatkan oleh Bayern. Sundulan Coman akhirnya menjadi gol penentu kemenangan.

*

Secara keseluruhan, sebenarnya pertandingan ini cukup berimbang. Bayern unggul penguasaan bola dengan catatan 62% namun PSG lebih membahayakan gawang Bayern. Peluang PSG lebih baik jika melihat angka xG yang mencapai 1,8 berbanding 0,9 milik Bayern. Soal jumlah tembakan, total 12 tembakan Bayern hanya unggul dua dari catatan PSG.

Pada akhirnya, gol tidak terduga yaitu sundulan Coman bisa tercipta karena variasi serangan yang beragam. Mentalitas dan pengalaman juga banyak berbicara. Secara individu juga Bayern lebih impresif. Ketika Neymar dan Mbappe tampil kurang maksimal, Thiago sangat menguasai lini tengah dan Neuer membuat beberapa penyelamatan gemilang.

Kemenangan ini mengakhiri musim yang indah bagi Bayern meski mereka sempat terseok-seok di awal. Flick sukses memberikan perubahan besar usai Niko Kovac dipecat pada November lalu. Bayern menegaskan bahwa mereka bukan hanya raksasa di Jerman, tapi juga di Eropa.

Herzlichen Glückwunsch, FC Bayern!


Untuk menambah keseruan menonton pertandingan, Anda bisa seru-seruan dengan bermain MPL Fantasy. Aplikasi MPL menyediakan permainan fantasy football yang memberikan Anda kesempatan untuk memenangkan GoPay dan LinkAja. Satu berlian yang Anda dapatkan dalam permainan MPL Fantasy dapat Anda tukarkan langsung dengan Rp100 rupiah saldo GoPay dan LinkAja. Download aplikasi MPL pada link berikut melalui ponsel android Anda.

[Download aplikasi MPL]

Komentar