Superioritas Bayern Kalahkan Permainan Reaktif Lyon

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Superioritas Bayern Kalahkan Permainan Reaktif Lyon

Bayern Munchen sukses menaklukkan giant killer Olympique Lyonnais tiga gol tanpa balas pada laga yang berlangsung di Estádio José Alvalade, Rabu (19/8) waktu setempat. Kemenangan ini membawa Bayern akan berhadapan dengan PSG pada partai puncak.

Kedua pelatih tidak melakukan perubahan, baik dari segi formasi atau susunan pemain. Hans-Dieter Flick tetap memainkan formasi 4-2-3-1 seperti pada pertandingan melawan Barcelona. Begitu pula dengan Rudi Garcia. Tak ada perubahan dilakukan usai kemenangan impresif atas Manchester City. Lyon tampil dengan formasi 3-5-2.

Secara taktikal Bayern juga tidak ada perubahan. Juara Bundesliga itu tetap bermain high pressing dengan intensitas tinggi. Flick kembali menerapkan garis pertahanan tinggi seperti melawan Barca.

Lyon tidak ambil pusing. Seperti kala mereka menghadapi high pressing Man City, Lyon bermain aman dengan melepaskan umpan lambung. Serangan Lyon tidak konstruktif dari bawah, tapi bertumpu pada permainan direct memanfaatkan serangan balik.

Contohnya pada momen di bawah ini ketika umpan Thiago Alcantara berhasil dipotong oleh Maxence Caqueret. Tanpa berlama-lama, pemain 20 tahun itu melepaskan umpan terobosan ke Memphis Depay yang memanfaatkan ruang di antara dua bek tengah Bayern. Depay berhasil mengelabui Manuel Neuer tapi sepakannya masih belum menemui sasaran.

Taktik reaktif dari Garcia ini tak dapat disalahkan melihat superioritas Bayern yang begitu besar. Lyon memanfaatkan garis pertahanan tinggi Bayern untuk melepaskan umpan terobosan ketika serangan balik. Kejelian Karl Toko Ekambi dan Depay menjadi kunci Lyon cukup berbahaya melalui skema ini, terutama pada 15 menit pertama. Sepakan Ekambi dari jarak dekat hampir membobol gawang Neuer tapi masih menghantam mistar.

Meski unggul dua gol pada babak pertama, Flick merubah melakukan perubahan pada jeda babak. Niklas Sule masuk menggantikan Jerome Boateng. Sule memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibanding Boateng untuk mengantisipasi umpan terobosan Lyon.

Ketika bertahan, Lyon bermain dengan blok rendah. Formasi 3-5-2 berubah menjadi 5-3-2 ketika bertahan. Kedua striker tidak rapat, mereka cenderung renggang secara horizontal untuk menutup akses ke fullback Bayern.

Sementara itu, tiga gelandang melakukan man-to-man ke pemain Bayern yang mengokupansi area tengah. Hal ini bertujuan untuk mencegah Bayern melakukan progresi ke tengah. Lini terakhir bermain zona untuk menjaga ruang. Taktik ini cukup efektif menghasilkan diskoneksi antar lini Bayern.

Bayern tidak kesulitan mencari solusi. Mereka bermain sabar untuk membuka pertahanan rapat Lyon. Tidak heran jika melihat catatan sentuhan pemain Bayern. Pemain yang bermain di area rendah membuat sangat banyak sentuhan. Thiago (116) berada di urutan pertama, diikuti oleh Kimmich (109) dan Alaba (102). Bahkan Sule (51) yang hanya bermain satu babak membuat sentuhan lebih banyak dari Thomas Muller (49) yang bermain penuh.

Lini belakang Bayern bermain sabar membangun serangan dari bawah. Ketika tidak ada opsi pendek, Bayern coba melepaskan umpan lambung ke sayap. Gol pertama Bayern tercipta melalui situasi ini.

Ketika Serge Gnabry lepas dari kawalan Maxwel Cornet, Joshua Kimmich melepaskan umpan lambung ke sayap kanan. Gnabry dengan kemampuan individunya berhasil menemukan ruang tembak dari luar kotak penalti. Bayern akhirnya sukses mencetak gol. Grafik di bawah ini menunjukkan umpan-umpan Bayern sebelum gol Gnabry.

Superioritas Bayern ditunjukkan melalui skema menyerang yang variatif. Mereka tidak hanya terpaku pada satu skema. Tidak mudah menghadapi tim dengan serangan variatif dan kualitas tinggi.

Kombinasi lini depan Bayern jelas menakutkan. Hasilnya gol kedua yang kembali dicetak oleh Gnabry. Bantuan dari lini kedua tidak dapat diremehkan. Leon Goretzka mencatatkan lima tembakan, terbanyak pada pertandingan ini. Situasi bola mati juga sangat berbahaya. Robert Lewandowski sukses mencetak gol ketiga Bayern memanfaatkan umpan dari tendangan bebas Kimmich.

Bayern akhirnya sukses memenangkan laga dengan skor 3-0. Kemenangan yang sangat pantas diraih oleh Bayern melihat kualitas sepakbola yang dimainkan. Garcia sebenarnya menerapkan taktik yang tepat melihat perbedaan kualitas kedua tim. Tapi eksekusi, kualitas, dan mentalitas berbicara banyak pada pertandingan ini.

*

Kemenangan ini membawa Bayern ke final kompetisi Eropa tertinggi untuk kesebelas kali, menyamai rekor AC Milan. Hanya Real Madrid (16) yang melebihi catatan tersebut. Bayern akan berhadapan dengan PSG di partai puncak. Kedua tim sama-sama sangat dominan di kompetisi domestik, bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka baru berprestasi jika sukses meraih gelar Liga Champions.

Komentar