Geoffrey Castillion, Si Jangkung yang Lemah di Udara

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Geoffrey Castillion, Si Jangkung yang Lemah di Udara

Geoffrey Castillion resmi diperkenalkan sebagai striker anyar Persib Bandung pada 11 Februari 2020 lalu. Ia akan mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Ezechiel N’douasel dan Kevin Kippersluis. Pemain asal Belanda itu musim lalu bermain di Fylkir sebagai pemain pinjaman dari tim Úrvalsdeild (liga Islandia) lainnya, Fimleikafélag Hafnarfjarðar (FH).

Castillion sempat bergabung ke tim muda Ajax pada tahun 2005 dan bermain hingga 2010. Ia sempat tampil untuk tim senior Ajax pada Maret 2011 di Eredivisie, sayangnya pertandingan melawan ADO Den Haag itu merupakan satu-satunya penampilan Castillion untuk tim senior Ajax. Ia beberapa kali dipinjamkan sebelum hengkang ke tim MLS, New England Revolution. Castillion kemudian berkelana ke liga Rumania dan Hungaria sebelum akhirnya ke Islandia setelah Víkingur Reykjavík memberi kontrak pada 2017.

VIDEO: Update informasi sepakbola dunia



Semusim kemudian, ia menanda-tangani kontrak bersama FH. Karirnya bersama FH kurang mulus, ia dipinjamkan ke Víkingur Reykjavík pada 2018. Musim lalu, ia kembali dipinjamkan, kali ini ke Fylkir. Dilansir dari Instat, Castillion mencatatkan 22 penampilan dengan torehan 11 gol dan enam asis. Ia sudah bermain bersama Persib kala menghadapi Melaka United, Barito Putera, dan Persis Solo dengan raihan dua gol di pertandingan yang disebut pertama.

https://twitter.com/dzikrylzs/status/1228170735752888321">

Kelebihan

Sepanjang musim 2019, mayoritas gol yang ia cetak lahir dari penempatan posisi yang baik dan kemampuan dribel yang mumpuni. Meskipun ia berpostur 192 cm, Castillion bukan striker malas yang hanya menunggu bola di kotak penalti. Ia kerap melakukan pergerakan untuk lepas dari penjagaan lawan dan mengerti harus bergerak ke mana. Kecepatan yang ia miliki tergolong di atas rata-rata untuk pemain berpostur besar. Tak hanya cepat dalam berlari, kaki Castillion juga cukup cepat untuk melewati lawan. Ia mampu membuat 2,3 dribel sukses. Castillion juga mengandalkan fisik yang kuat untuk melakukan dribel sehingga lawan semakin sulit merebut bola darinya.

https://twitter.com/dzikrylzs/status/1228171575809044481">

Tidak hanya membuat peluang sendiri, Castillion juga mampu membuat peluang untuk rekan setimnya. Castillion kerap turun untuk menjemput bola dan memberi umpan ke teman yang sedang bergerak, terutama pemain yang memiliki kecepatan. Catatan enam asis dan 1,3 umpan kunci per pertandingan menandakan Castillion bukan hanya sekadar pencetak gol.

Castillion juga bisa melebar untuk membantu serangan jika dibutuhkan. Tidak jarang ia melakukan penetrasi dari sektor sayap yang diakhiri dengan umpan silang atau umpan menusuk ke kotak penalti lawan. Sekali lagi, postur besar tidak menghalangi Castillion untuk bergerak dengan tujuan mengacaukan pertahanan lawan.

https://twitter.com/dzikrylzs/status/1228172277105057793">

Kekurangan

Meski berpostur besar, Castillion kerap kesulitan ketika menghadapi duel udara. Kepala Castillion tampak bukan menjadi ancaman bagi gawang lawan melihat tak ada satupun gol di musim lalu yang lahir dari sundulan. Bahkan, dari 67 tembakan yang ia lesatkan, hanya tiga yang berasal dari sundulan, dan hanya satu yang mengarah ke gawang.

Castillion hanya memenangkan 28% dari total 125 duel udara. Postur besar memang tidak serta merta membuat pemain menjadi dominan di udara. Castillion tampak kesulitan dalam membaca bola di udara, memposisikan diri sebelum duel udara, dan memutuskan kapan harus melompat. Tidak jarang pemain lawan melompat terlebih dahulu sehingga Castillion kalah duel.

https://twitter.com/dzikrylzs/status/1228173090074415104">

Castillion sebenarnya menyadari kekurangannya ini, setidaknya pada delapan tahun lalu. Saat masih di Ajax, ia merasa kemampuan duel udara bukanlah kelebihannya meski ia berpostur tinggi besar.

"Kemampuan sundulan bukanlah kekuatanku. Lucu, kan, padahal aku tinggi? Tapi itu adalah hal yang harus aku tingkatkan, karena sebetulnya posturku harusnya bisa jadi senjataku. Aku selalu lebih tinggi dibanding pemain lain. Di umur 14 aku sudah setinggi 184 cm, tapi setelah itu tinggiku hanya bertambah lima sentimeter," kata Castillion pada 2012.

Potensi

Castillion hanya terpaut empat gol dari topskor Úrvalsdeild musim 2019 dengan catatan ia hanya bermain untuk tim yang finis di urutan delapan dari total 12 tim. Soal efektivitas mencetak gol, rata-rata Castillion membutuhkan 153 menit untuk mencetak gol, tidak jauh dari Eze yang membutuhkan 147 menit di Liga 1 2019, dan tentu saja menang jauh dari catatan 553 menit milik Kippersluis.

Soal ketajaman, ia tidak jauh berbeda dengan Eze, namun perbedaan kondisi dan kultur sepakbola di Indonesia dan Islandia jelas perlu diberi garis bawah. Dribel dan mobilitas menjadi keunggulan Castillion dari Eze. Keunggulan yang paling mencolok tentu saja dari catatan kartu. Castillion hanya mendapatkan empat kartu kuning, jauh dari Eze di angka 11 kartu kuning dan satu kartu merah yang membuat ia tidak dapat tampil sebanyak lima kali musim lalu.

Dari segi taktis, kemampuan melindungi bola dan umpan yang cukup baik membuat Robert Alberts bisa menggunakan Castillion sebagai tembok. Fungsi Castillion sebagai striker tidak hanya mencetak gol. Untuk variasi serangan, Castillion bisa menahan bola hasil umpan datar dari lini tengah, membuat pertahanan lawan kacau dengan dribelnya, dan kembali mengumpan ke rekan setim.

Mobilitas tinggi Castillion dapat memfasilitasi Robert untuk membuat alternatif taktis jika dibutuhkan. Musim lalu, skema serangan Persib didominasi oleh umpan jauh dari area sendiri. Kecepatan Castillion bisa dimanfaatkan untuk bermain dari kaki ke kaki dan ia bisa menarik lawan keluar dari posisinya.

Ancaman

Potensi di atas bisa menjadi ancaman jika Robert tetap bermain long ball. Kemampuan duel udara Castillion memang akan berbeda karena ia akan menghadapi lawan yang relatif lebih pendek dibanding musim lalu di Islandia. Namun, tinggi Castillion seharusnya cukup untuk menjadi dominan di udara, siapapun lawannya. Persib bisa sering kehilangan bola jika bermain umpan lambung ke Castillion.

Adaptasi juga harus secepat mungkin dilakukan jika tak ingin kontraknya diputus di pertengahan musim. Tantangan semakin berat jika melihat fakta bahwa Castillion belum pernah bermain di Asia, terlebih sebelumnya ia bermain di Islandia yang terkenal cukup dingin sementara di Asia yang cukup hangat bahkan panas. Proses adaptasi ini bukan hanya urusan Castillion, tapi juga urusan Persib yang harus memfasilitasi Castillion agar bisa menyesuaikan diri dengan cepat.

Kesimpulan

Pekerjaan rumah Castillion adalah adaptasi sambil mengulang performa impresif di lapangan. Sementara pekerjaan rumah Roberts adalah memfasilitasi secara taktis agar Castillion mampu berkontribusi besar, tidak hanya lewat gol, tapi juga lewat umpan dan dribelnya. Kemungkinan besar Castillion tidak akan mencetak terlalu banyak gol bersama Persib jika Persib memanfaatkan tinggi badannya lewat umpan-umpan atas. Boleh jadi secara statistik ia tak akan terlalu menonjol meski sebenarnya ia punya peran penting untuk lini serang Persib; semua itu bergantung pada cara Roberts memaksimalkan penyerang asal Belanda tersebut.

Komentar