Pertikaian Mane-Salah Positif Buat Liverpool

Analisis

by redaksi

Pertikaian Mane-Salah Positif Buat Liverpool

Liverpool kembali meraih kemenangan di pekan keempat Liga Primer Inggris. Mereka berhasil mengalahkan Burnley dengan skor 3-0 melalui gol bunuh diri Chris Wood di menit ke-33, kemudian tendangan Sadio Mane di menit ke-37, dan tendangan dari luar kotak penalty Roberto Firmino di menit ke-80. Hasil ini selain mengukuhkan Liverpool di puncak klasemen dengan poin sempurna 12 dari 4 pertandingan, juga membuat rekor baru klub asal Merseyside dengan 13 kemenangan beruntun di Liga Primer Inggris.

Tidak ada yang buruk dari hasil ini. Liverpool sedang dalam top performa dan berpeluang besar untuk mengakhiri puasa gelar Liga Primer Inggris yang sudah mereka nantikan 20 tahun lebih. Namun, pada menit ke-82, terjadi sesuatu hal yang menimbulkan pertanyaan dan spekulasi dari banyak pihak.

saksikan cuplikan pertandingan Burnley vs Liverpool pada link berikut ini.

Dalam kondisi unggul 3-0, Liverpool tidak menghentikan serangannya. Sebuah permainan kombinasi melalui sayap kanan Liverpool membuat Roberto Firmino menemukan ruang di area pertahanan Burnley. Penyerang asal Brasil yang baru saja mencetak gol kelima puluh di Liga Primer Inggris tersebut meneruskan bola ke Mohamed Salah Salah yang berlari ke kotak penalti. Pertahanan Burnley hanya menyisakan 2 pemain bertahan dan satu penjaga gawang. Sementara penyerang Liverpool lain, Sadio Mane, sudah berdiri bebas di kotak penalti menunggu bola dari Mohamed Salah.

Liverpool berpeluang besar untuk mencetak gol keempat kalau saja Mohamed Salah melepaskan umpan ke Sadio Mane yang berdiri bebas. Namun, penyerang asal Mesir ini justru memilih untuk melakukan aksi individu. Ia memang berhasil melewati satu pemain Burnley, namun Erik Pieters yang berlari dari belakang Mohamed Salah berhasil menyapu bola keluar dari area berbahaya.

Klopp kemudian melakukan pergantian dua pemain sekaligus. Divock Origi masuk menggantikan Sadio Mane, dan Xherdan Shaqiri masuk menggantikan Roberto Firmino. Dan yang terjadi setelahnya membuat fans Liverpool khawatir dengan kondisi internal klub kesayangannya, terutama trio lini depan yang sangat mereka banggakan ini. Sadio Mane terlihat marah di bench Liverpool. Gesture tubuhnya menunjukkan bahwa ia protes soal aksi Mohamed pada peluang yang terjadi satu menit sebelumnya. Beberapa pemain dan staf kemudian mencoba menenangkan Mane, salah satunya adalah James Milner yang beranjak dari duduknya untuk pindah ke sebelah Mane sambil merangkulnya.

Setelah pertandingan selesai, Mane dikabarkan menolak untuk diwawancara dan hanya melewati ruangan media menggunakan headset-nya. Ia menolak secara halus saat beberapa wartawan mencoba untuk menanyakan beberapa hal kepadanya dan terus berjalan meninggalkan stadion. Hal ini tentu membuat banyak pihak berspekulasi apakah ada hubungan yang tidak harmonis antara Sadio Mane dan Mohamed Salah?

Keduanya memang menjadi mesin gol bagi Liverpool dalam dua musim terakhir ini. Bahkan di musim lalu, Sadio Mane dan Mohamed Salah (juga bersama pemain Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang) berbagi pencapaian sebagai top skor Liga Primer Inggris dengan 22 gol. Mungkin memang tidak mudah untuk memiliki dua pemain haus gol dalam satu tim. Dan inilah yang membuat orang berfikir telah terjadi persaingan yang tidak sehat antara Mane dan Salah.

Memang bukan pertama kali isu soal persaingan antara Sadio Mane dan Mohamed Salah ini muncul. Sejak kedatangan Mohamed Salah, posisi Mane sudah tergeser. Ia harus rela pindah ke sayap kiri karena posisi sebelumnya di sayap kanan diisi oleh Mohamed Salah. Salah juga yang mendapatkan perhatian lebih dari fans dan media ketimbang Mane, padahal selepas kepergian Coutinho, Mane lah yang seharusnya menjadi bintang utama Liverpool jika tidak ada Salah. Namun Mane tidak terlihat mempermasalahkan hal tersebut, ia tetap konsisten bermain baik bersama Liverpool.

Trio penyerang Liverpool ini kemudian menjelma menjadi salah satu trio paling menakutkan di Eropa. Sejak musim panas 2017, saat Mohamed Salah pindah dari AS Roma ke Liverpool, trio penyerang Liverpool mencatatkan prestasi yang luar biasa. Total 169 gol sudah mereka cetak dengan 70 di antaranya dari Mohamed Salah, 50 dan Sadio Mane, dan 45 dari Roberto Firmino. Dalam rentang waktu tersebut, menurut data Opta dalam sebuah artikel di website The Athletic yang ditulis oleh James Pearce, kombinasi permainan Salah mengoper ke Firmino adalah yang terbanyak. Diikuti oleh kombinasi antara Firmino mengoper ke Salah. Sementara itu, kombinasi operan antara Salah kepada Mane maupun sebaliknya adalah yang paling rendah di antara kombinasi ketiga pemain ini.

Hal ini tentu merupakan hal yang wajar karena posisi Mane dan Salah yang berada di sayap kanan dan kiri membuat mereka lebih jarang melakukan kombinasi ketimbang keduanya dengan Firmino. Selain itu, jika kita kembali melihat permainan Liverpool yang banyak melalui sisi kanan dengan Trent Alexander-Arnold sebagai pengatur serangannya, wajar jika kombinasi Salah dengan Firmino lah yang terbanyak. Angka ini sama sekali tidak menggambarkan keegoisan Mane maupun Salah.

Yang menarik, meski jarang saling memberikan operan, kombinasi antara keduanya justru yang terbanyak dalam menciptakan peluang. Total 68 kali kombinasi keduanya berbuah peluang bagi Liverpool baik itu operan dari Mane kepada Salah maupun sebaliknya. Lebih banyak 1 peluang dari kombinasi Salah dan Firmino yang berhasil menciptakan 67 peluang. Hal ini menunjukkan bahwa meski lebih jarang saling mengoper bola, kombinasi antara Mohamed Salah dan Sadio Mane hampir selalu terjadi di area berbahaya sehingga sering menciptakan peluang bagi Liverpool. Salah satunya terjadi pada awal babak pertama melawan Burnley kemarin ketika operan Mane disambut tendangan keras Mohamed Salah yang sayangnya masih membentur mistar gawang.

Jika ada yang mengatakan bahwa Mohamed Salah adalah pemain yang egois juga dapat dibantah dengan catatan statistiknya. Di antara trio penyerang Liverpool, Salah adalah pemain yang paling mencetak assist dan menciptakan peluang. Salah juga pemain yang paling banyak melepaskan operan berhasil di sepertiga akhir lapangan dibanding Firmino dan Mane. Karena itulah tidak tepak jika kita mengatakan Salah sebagai pemain yang egois.

Jika kembali pada kasus yang terjadi di menit ke-82 pertandingan melawan Burnley akhir pekan lalu, Salah memang seharusnya mengoper kepada Mane. Jamie Carragher mengatakan bahwa keputusan Salah untuk melakukan aksis individu di posisi itu tidaklah tepat. Carragher bahkan menambahkan bahwa seringkali Salah terlihat desperate jika belum mencetak gol hingga menit ke-60. Ia menjadi lebih sering melepaskan tembakan di 30 menit terakhir tersebut.

Namun Mane juga bukannya tidak pernah melakukan kesalahan serupa. Ia pernah melakukan aksi individu dan gagal membuahkan gol di saat ia memiliki opsi mengoper kepada rekannya yang lebih berpeluang mencetak gol. Hal tersebut tentu biasa terjadi di sebuah pertandingan sepakbola.

Pandit ESPN yang juga merupakan bagian dari tim Liverpool di tahun 1990 saat Liverpool terakhir kali meraih gelar Liga Inggris, Steve Nicol, justru menganggap respon Mane pada pertandingan melawan Burnley itu sebagai hal yang positif. ”Menurutku apa yang kita lihat menunjukkan bagaimana Liverpool sangat baik, dan mengapa Firmino, Mane, dan Salah sangat baik. Mereka memiliki kemauan dan tekad untuk menang. Meski sudah dalam keadaan unggul 3-0, mereka tidak cepat puas, mereka haus gol dan mereka selalu haus akan itu.”

Kapten Liverpool, Jordan Henderson, pun mengatakan bahwa tidak ada masalah antara Salah dan Mane. Ia mengatakan bahwa Sadio Mane dan Mohamed Salah baik-baik saja. Mereka sudah kembali bercanda saat masuk ke ruang ganti. Henderson justru melihat hal ini sebagai suatu hal yang positif. “Aku suka dengan hal ini, dan aku pikir kami memang membutuhkannya. Sadio baik-baik saja, dia teman yang baik. Kami hanya sering memotivasi satu sama lain, dan aku pikir itu penting. Kami semua ingin terus lebih baik. Kami ingin terus berkembang. Kami sangat akrab dan kami akan mampu melalui itu semua,” kata Henderson sambil tersenyum.

Sang manajer, Jurgen Klopp, juga menambahkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari skuatnya. “Semua orang harus tetap tenang sekarang. Sadio sepenuhnya baik-baik saja, semuanya baik. Kamu tetap menyukai satu sama lain,” kata manajer asal Jerman tersebut sambil tertawa di Turf Moor pasca pertandingan.

Dalam kondisi berada di puncak klasemen dan harapan banyak fans Liverpool yang sudah sangat rindu akan gelar juara, tekanan terhadap pemain tentu semakin besar. Percikan pertikaian kecil semacam ini bisa menjadi hal yang positif agar Liverpool tidak terlena dengan keadaan dan terpeleset akibat kelengahan sendiri. Dari sini tinggal bagaimana Jurgen Klopp membawa skuatnya agar tetap berlangsung persaingan sehat yang membuat masing-masing skuat Liverpool terus termotivasi untuk semakin berkembang setiap harinya.

Komentar