Permasalahan Sayap (Kiri) Man United yang Tersoroti oleh Stoke City

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Permasalahan Sayap (Kiri) Man United yang Tersoroti oleh Stoke City

José Mourinho menyoroti hasil imbang 2-2 Manchester United di kandang Stoke City sebagai salah satu narasi klasik di sepakbola jika satu kesebelasan besar bertemu dengan kesebelasan kecil: “Satu kesebelasan mencoba untuk menang, satu kesebelasan lagi hanya mencoba untuk imbang.”

“Mereka berjuang untuk mendapatkan satu poin itu. Mereka bertahan dengan baik, mereka menyerang balik dan mereka kuat saat situasi bola mati,” kata Mourinho setelah pertandingan. Secara khusus, kita patut memberikan kredit kepada Kurt Zouma, Darren Fletcher, dan juga Jack Butland untuk hal ini.

Stoke berhasil mencetak dua gol melalui Jean-Eric Maxim Choupo-Moting. Sementara United berhasil mencetak gol lewat Marcus Rashford yang tidak sengaja mendefleksikan sundulan Paul Pogba pada situasi tendangan sudut, dan satu gol lagi dari Romelu Lukaku hasil umpan cantik Henrikh Mkhitaryan.

Namun, ada satu hal yang tersoroti balik untuk Mourinho, yaitu mengenai sedikit permasalah di area sayap Man United.

Kesalahan pada Pemilihan Skema 4-3-3

Pada pertandingan semalam, Mourinho memainkan skema 4-3-3 dengan memainkan Ander Herrera sebagai gelandang, menemani Nemanja Matic dan Pogba. Hal ini mungkin logis, karena ia menginginkan United memenangkan jumlah pemain di tengah untuk mengontrol pertandingan.

Hal tersebut juga bisa membuat para pemain menyerang menjadi lebih bebas, terutama Mkhitaryan, Rashford, dan Lukaku, dengan didukung Pogba di belakangnya.

Akan tetapi, ini tidak terjadi di atas lapangan. Masalah pertamanya, Herrera terlihat belum siap memulai pertandingan dari awal. Ini wajar karena semalam adalah untuk pertama kalinya Herrera bermain sebagai starter di Liga Primer Inggris musim ini, sehingga ia terlihat seperti belum benar-benar match fit.

Masalah berikutnya, Mkhitaryan bermain sebagai sayap kanan, seolah membuat kita akan melihat penyerangan yang lebih melebar dari pemain asal Armenia ini. Akan tetapi, ia berkali-kali lebih mencoba menjadi playmaker di wilayah yang lebih sentral, sehingga membuat United terlalu menyempit ketika menyerang.

Gambar 1 – Rataan keterlibatan permainan Luis Antonio Valencia (kiri) dan Henrikh Mkhitaryan (kanan) – Sumber: Squawka

Hal ini menjadi masalah karena Stoke memainkan skema tiga bek. Dengan skema tiga bek dan dengan mentalitas permainan untuk bertahan, maka salah satu cara untuk menembus pertahanan seperti The Potters ini adalah dengan memanfaatkan lebar lapangan.

Itu yang menjadikan skema 4-3-3 United tidak berjalan dengan baik sepanjang pertandingan ini. United terlihat seperti sulit berkreasi. Mourinho seperti salah merancang taktik. Di lain pihak, skema tiga gelandang (4-3-3) di atas kertas akan cocok jika United bermain melawan kesebelasan yang mencoba bermain dominan. Yang jelas Stoke bukan kesebelasan yang mencoba bermain dominan.

Akan tetapi, kita mungkin mewajarkan hal tersebut karena United akan memainkan pertandingan Liga Champions di tengah pekan, sehingga Mourinho memilih pendekatan pertandingan yang lebih pasif.

Man United tidak memiliki sayap kiri ortodoks

Pada praktiknya di lapangan, skema 4-3-3 bisa saja berubah menjadi 4-2-3-1 dengan Herrera dan Matic sebagai double pivot. Kemudian dengan Rashford sebagai starter, skema ini juga bisa berubah menjadi 3-5-2 untuk kemudian menduetkan Rashford dengan Lukaku.

Kenapa tranformasi 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 atau 3-5-2 ini tidak terlihat semalam? Hal tersebut terjadi karena United tidak memiliki pemain sayap tulen, terutama di kiri.

Jika di atas sempat disebutkan Mkhitaryan bermain terlalu sentral, permainan menyayap United di sisi kanan disediakan oleh Luis Antonio Valencia, bek sayap mereka, yang bisa kita lihat juga pada gambar pertama.

Akan tetapi di kiri, United memainkan Matteo Darmian sebagai bek kiri dan Rashford sebagai winger kiri. Darmian terlalu defensif, kaki alaminya juga adalah kanan. Ia bisa saja melakukan cut inside, tapi cara itu akan lebih mujarab jika dilakukan oleh winger bukan oleh bek sayap, karena bek sayap biasanya lebih banyak terlibat melakukan umpan silang dan covering.

Selain Darmian, sebenarnya ada Daley Blind. Namun, Blind tidak cukup dinamis, ia tidak cukup cepat. Sedangkan Luke Shaw, pemain satu-satunya yang bisa diharapkan, masih berkutat dengan cedera.

Di sini lah tersoroti jika United membutuhkan sayap kiri untuk memecahkan masalah. Dan ini tersoroti ketika melawan Stoke semalam. Tidak heran kenapa Mourinho mengincar Ivan Perisic di bursa transfer musim panas lalu.

Gambar 2 – Grafis seluruh sentuhan (touch) Manchester United saat melawan Stoke City semalam, hanya 17,81% di area sayap (flank) kiri – Sumber: Squawka

Semalam, United hanya berhasil mencatatkan 2/4 dribel serta hanya satu peluang (dari total 11) di sisi kiri penyerangan mereka.

Saat ini, opsi United untuk menyelesaikan permasalahan ini hanyalah Jesse Lingard atau Ashley Young. Namun, mereka berdua selalu kalah “urutan bermain” jika dibandingkan dengan Rashford atau Anthony Martial. Itu juga yang menjadi alasan kemudian Mourinho memainkan Martial dan Lingard di babak kedua menggantikan, berturut-turut, Herrera dan Miki.

Rashford bukan sayap kiri alami. Ia adalah penyerang. Meskipun ia memiliki potensi sebagai winger kiri, kita tidak akan melihatnya bermain dengan natural di posisi tersebut setidaknya musim ini.

Dalam jangka panjang, masalah di sayap (kiri) ini bisa menjadi sorotan jika Mourinho tidak berhasil memecahkannya, setidaknya sampai jendela transfer musim dingin dibuka.

Komentar