Perubahan Gaya Pressing Tentukan Hasil Derby della Madonnina

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Perubahan Gaya Pressing Tentukan Hasil Derby della Madonnina

Internazionale Milan kembali menelan kecewa karena kembali gagal meraih kemenangan pada pertandingan lanjutan Serie-A 2016/2017. Kemenangan Inter sudah di depan mata jika goal line technology tidak mendeteksi bola sontekan Cristian Zapata, bek AC Milan, melewati garis gawang.

Hasilnya sontekan Zapata pada menit ke-97 itu memaksa skor berakhir 2-2 sekaligus menggagalkan kemenangan Inter yang sebenarnya sudah unggul 2-0 sejak babak pertama. Sebelumnya, Inter unggul lewat gol yang dicetak Antonio Candreva pada menit 35 dan Mauro Icardi pada menit 43 dan diperkecil Alessio Romagnoli pada menit ke-83.

Seyogyanya persiapan Inter lebih matang karena tampil tanpa absensi pemainnya. Berbeda dengan Milan yang tampil tanpa diperkuat Andrea Bertolacci, Giacomo Bonaventura, Ignazio Abate, Mario Pasalic dan Riccardo Montolivo. Milan pun kembali menggunakan skema 4-2-3-1 saat menyerang pada laga ini, walau formasi dasar mereka adalah 4-3-3. Hanya saja skema Milan kali ini berbeda dengan waktu menghadapi Palermo pada laga sebelumnya.

Milan lebih sabar dalam perebutan bola pada Derby Milan bertajuk della Madonnina ini. Tapi justru hal itulah yang membuat mereka kebobolan dua gol pada babak pertama. Kemudian gaya permainan Milan berubah pada babak kedua sehingga mampu membuat Inter terkurung di wilayahnya sendiri dan terhindar dari kekalahan. Perubahan permainan juga ditunjukkan Inter yang dari menit pertama menggunakan formasi 4-2-3-1. Perubahan-perubahan gaya permainan kedua kesebelasan itulah yang menjadi poin penting pertandingan ini.

Sabarnya Pressing AC Milan Membuat Inter Milan Meninggikan Sirkulasi Penguasaan Bolanya

Milan cenderung bermain dengan tempo yang cukup lambat sejak pertandingan dimulai. Mereka sabar untuk merebut bola ketika pemain Inter sedang menguasainya. Tapi kesabaran mereka sedikit berubah ketika pertandingan memasuki menit 8. Tekanan mulai dilancarkan oleh Milan ketika bola sedang dikuasai Inter di lini belakangnya. Dan pada momen itu Milan menggunakan terlihat membentuk pola 4-4-2. Dua pemain di lini depan yang melakukan tekanan adalah Carlos Bacca dan Mati Fernandez. Nama terakhir mencoba melakoni peran yang dilakukan Pasalic pada laga sebelumnya. Sementara Milan lebih sabar melancarkan pressing ketika bola memasuki wilayahnya.

Kesabaran itulah yang membuat Milan justru kecolongan oleh dua gol Inter. Milan seperti santai mengawal lawan ketika bola berada di sepertiga akhir lawannya. Memang santainya kawalan mereka di sepertiga akhir pertahanannya sendiri karena baiknya transisi yang dilakukan Mattia De Sciglio, full-back kiri Milan. De Sciglio mampu melakukan transisi bertahan dengan baik sehingga Milan terlihat menggunakan tiga bek dalam mengantisipasi serangan balik cepat Inter. Lalu mengapa hanya tiga bek? Hal itu karena Davide Calabria, full-back kanan Milan, kerap terlambat melakukan transisi bertahan.

Keterlambatan transisi bertahan Calabria menjadi penyebab kecenderungan serangan Inter dari sisi kiri, sekaligus melahirkan proses gol kedua lawannya melalui Icardi. Calabria memang aktif untuk membantu serangan Milan, tapi kecepatannya tidak cukup kuat ketika mengawal kecepatan Ivan Perisic, winger kiri Inter. Hasilnya Calabria kewalahan mengejar kecepatan Perisic yang kemudian mampu melepaskan umpan silang kepada Icardi sehingga menjadi gol kedua Inter.

Sementara terlalu sabarnya Milan dalam perebutan bola membuat Inter leluasa menaikkan garis pertahanannya. Kedua bek tengah Inter pun sampai bisa naik ke tengah lapangan dan membantu sirkulasi operan di middle third. Sampai pada akhirnya Roberto Gagliardini tanpa terkawal bisa melepaskan umpan jarak jauh kepada Candreva yang menjadi gol pertama Inter. Umpan Gagliardini itu begitu tidak terduga karena sebelumnya Inter lebih melepaskan umpan-umpan pendek dan terobosan ke sisi lapangan dengan cepat. Tapi Gagliardini bisa dengan cerdasnya melepaskan umpan panjang ke kotak penalti karena tidak dikawal akibat kurangnya tekanan dari Milan di wilayahnya sendiri.

Situasi Terbalik Pada Babak Kedua

Pergantian babak begitu menjadi sorotan pada laga ini. Alasannya karena kedua kesebelasan mengubah cara bermainnya sejak turun minum dan itulah yang membuat Milan berhasil menyamakan kedudukan. Tekanan agresif yang selalu dilakukan Inter pada babak pertama cenderung berkurang. Sebelumnya, mereka sudah melancarkan pressing agresif dengan perebutan bola langsung sejak Milan menguasai si kulit bundar di wilayahnya sendiri. Tapi pressing agresif Inter dimulai ketika bola mulai masuk ke wilayahnya pada babak kedua itu. Otomatis, Milan pun mulai meninggikan garis pertahanannya.

Manuel Locatelli pun dimasukkan pada menit 60 menggantikan Juraj Kucka. Masuknya Locatelli agar Milan memiliki penguasaan bola di lini tengah ketika garis pertahanan meninggi. Hasilnya, Locatelli berhasil mewadahi bola-bola yang disirkulasi kedua bek tengah Milan yang naik membantu serangan. Dengan adanya Locatelli, Milan lebih leluasa melepaskan umpan-umpan panjang dari tengah ke kotak penalti. Tapi rasanya masih kurang efektif karena Bacca bekerja sendirian dan tidak berkutik dikawal Gary Medel. Alhasil, Montella memasukkan Gianluca Lapadula pada menit 75 menggantikan Jose Sosa.

Masuknya Lapadula membuat Bacca tidak bekerja sendirian lagi. Sebab Lapadula dijadikan tandemnya di lini depan karena Milan mengubah formasinya menjadi 4-4-2 sejak keluarnya Sosa. Tentu adanya Lapadula membuat Locatelli punya banyak pilihan untuk melepaskan umpan panjang. Apalagi Bacca dan Lapadula bermain lebih lebar pada waktu itu. Mereka membantu sayap Milan yang pada awalnya buntu karena Inter cenderung melancarkan tekanannya di sisi lapangan. Tingginya garis pertahanan Milan pun memperbesar membuat peluang dan Inter terkurung di wilayahnya sendiri.

Hasilnya, Milan bisa memperkecil ketertinggalan melalui gol Alessio Romagnoli karena berawal dari tendangan bebas. Masih belum puas, Montella semakin meninggikan garis pertahanannya atas masuknya Lucas Ocampos pada menit 81 Semakin tingginya garis pertahanan Milan dan formasi berubah menjadi 3-5-2. Sistem itu membuat Inter memilih mempertahankan keunggulan 2-1 di sisa waktu pertandingan. Risikonya pun Inter jadi terkurung di wilayahnya sendiri dan justru kemelut di depan gawangnya menjadi gol Zapata.

Kesimpulan

Pergantian babak pertandingan ini menjadi momen yang penting. Sebab setelah turun minum terjadi perubahan begitu mencolok dalam segi gaya pressing kedua kesebelasannya. Inter pun memakan buah simalakama karena mengubah sistem dan tekanan kesebelasannya. Sementara perubahan formasi dan sistem pressing Milan, membuat mereka bisa lega karena tidak jadi dipecundangi rival sekotanya. Keberanian Montella untuk meninggikan garis pertahanannya pun patut diacungi jempol pada pertandingan ini.

Komentar