Singapura yang Kini Tak Diunggulkan

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Singapura yang Kini Tak Diunggulkan

Ketika undian peserta Piala AFF 2016 ditentukan, Indonesia berada di dalam grup neraka. Indonesia yang tergabung di grup A harus bertarung dengan tuan rumah Filipina, Singapura, dan Thailand. Negara terakhir bisa dibilang kekuatannya paling maju di Asia Tenggara sejauh ini. Sementara Filipina adalah kesebelasan yang banyak dihuni pemain naturalisasi. Dengan kekuatan itulah mereka membantai Indonesia pada Piala AFF 2014 dengan skor 4-0.

Tapi sebelum dikalahkan memalukan oleh Filipina, Indonesia sudah pernah sakit hati dipermalukan oleh negara dengan pemain naturalisasi. Momentum itu diterima ketika dikalahkan Singapura pada final Piala AFF yang masih bernama Piala Tiger pada 2004 silam. Bahkan salah satunya dikalahkan dalam status tuan rumah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dengan skor 3-1.

Kala itu Daniel Bennett, Itimi Dickson, dan Agu Casmir adalah tiga pemain inti Singapura berstatus naturalisasi. Atas penampilan mereka jugalah Indonesia harus kesulitan menaklukkan dan merelakan gelar juara kepada Singapura. Mereka jugalah yang kembali membantu Singapura meraih Piala AFF selanjutnya ketika digelar 2007 silam ditambah dengan beberapa wajah-wajah naturalisasi yang baru.

Mungkin hal itulah yang membuat Indonesia tergoda untuk memakai pemain naturalisasi. Christian Gonzales menjadi pemain naturalisasi Indonesia pada Piala AFF 2010, ditambah sosok Irfan Bachdim. Namun bantuan mereka berdua masih belum bisa membawa Indonesia menjuarai Piala AFF. Sementara Singapura berhasil kembali meraihnya pada Piala AFF 2012.

Mencoba lepas dari bayang-bayang Radojko Avramovic

Selain penggunaan pemain asing, Radojko Avramovic adalah faktor sukses Singapura yang tidak bisa dilupakan pendukung sepakbola negara tersebut. Sebab Avramovic-lah yang mempersembahkan Piala AFF 2004, 2007, dan 2012. Ia membawa pulang Piala AFF yang waktu pertama kali diraih 1998. Tapi kesuksesan Avramovic itulah yang membuat bayang-bayang Singapura dalam beberapa tahun terakhir.

Avramovic meninggalkan kepelatihan Singapura usai menjuarai Piala AFF 2012. Kemudian kursi pelatih diberikan kepada Bernd Stange. Tapi anehnya Stange tidak bisa meneruskan kesuksesan yang sudah dilakukan Avramovic. Stange tidak mampu meloloskan Singapura dari fase grup Piala AFF 2014. Akhirnya karier Stange di Singapura berakhir pada April 2016. Ia pensiun setelah itu.

Kemunduran Stange membuat Singapura limbung. Pasalnya, ia mundur tujuh bulan sebelum Piala AFF 2016 digelar. Alhasil, Varadaraju Sundramoorthy kemudian dikontrak untuk jangka pendek selama satu tahun. Bayang-bayang kesuksesan Avramovic yang tidak bisa dipikul oleh Stange, kini dipikul oleh Sundramoorthy.

Satu-satunya cara adalah membawa Singapura lebih baik ketimbang Piala AFF 2014. Kini Sundramoorthy ditargetkan minimal lolos dari fase grup. Tapi jalan terjal dijalani Sundramoorthy sejak resmi melatih Singapura pada Mei lalu. Sampai saat ini, Sundramorthy baru mempersembahkan dua kemenangan dalam rangkaian pertandingan sebelum AFF 2016.

Uji tanding paling memalukan adalah ketika dikalahkan Kamboja dengan skor 2-1 di Stadion National Olympic, Phnom Penh, pada 28 Juli 2016. Kekalahan atas Kamboja itu merupakan pertama kalinya sejak 44 tahun terakhir. Pada waktu itu Singapura kalah dari Kamboja dalam ajang Piala Anniversary di Jakarta pada 1972.

Permainan Singapura sejauh ini selalu mendapatkan cibiran dari pendukungnya. Melalui media sosial, banyak yang beranggapan bahwa permainan Singapura akhir-akhir ini monoton dan kurang kreasi. Penurunan penampilan Singapura itu diduga karena generasi emas yang terputus.

Kini Singapura sudah tidak lagi diperkuat pemain-pemain yang mempersembahkan gelar juara AFF. Casmir, Dickson, Lionel Lewis, Muhammad Ridhuan, Noh Alam Shah, adalah beberapa nama yang sudah tidak lagi memperkuat Singapura saat ini. Dan yang jelas adalah, mereka semua merupakan pemain-pemain andalan era Avramovic.

Masih mengandalkan wajah lama

Kendati sudah tidak lagi diperkuat beberapa pemain generasi emasnya, Singapura saat ini masih diperkuat sebagian besar generasi tersebut. Sundramoorthy masih memanggil Baihakki Khaizan, Daniel Bennett, Mustafic Fahrudin, Shahril Ishak, dan Khairul Amri. Tapi masalahnya, mereka semua semakin uzur dan kemampuannya sudah tidak seperti dulu lagi. Kecepatan merekapun melamban. Baihakki dan Bennett pun beberapa kali kesulitan menghadapi penyerang cepat dalam laga uji tanding maupun persahabatan.

Penampilan mereka begitu berbeda ketika menjuarai Piala AFF sebelum-sebelumnya. Generasi emas Singapura telah mengalami penurunan permainan. Kabar buruk terakhir tentang pemainnya adalah cederanya Fazrul Nawaz. Ia mendapatkan cedera ligamen lutut dan dipastikan absen selama Piala AFF 2016. Sejauh ini ia sudah mencetak 11 gol dari 82 penampilannya untuk Singapura.

Kendati demikian, Sundramoorthy sedikit tenang karena Shahdan Sulaiman dan Shafiq Ghani sudah sembuh dari cedera. Pada intinya, Singapura saat ini masih mengandalkan wajah-wajah lama. Sebagian skuat mereka minimal sudah bermain 20 kali di ajang internasional. Mereka juga telah melakukan pemusatan di Doha selama lima hari sejak 5 November lalu.

Selain pengalaman, keunggulan lain Singapura adalah stamina. Sebagian besar pemain mereka memiliki VO2 max dengan rataan 56,1. Berbeda dengan Indonesia yang cuma 14 pemain dengan VO2 max memuaskan pada awal November lalu. Sementara rataan VO2 max pemain-pemain Eropa mencapai 61,1. Singapura pun sudah datang lebih awal di Filipina.

Hal itu agar cepat beradaptasi dengan cuaca, makanan dan lingkungan di sana. Mereka datang dengan 30 pemain. Tapi dikabarkan jika tujuh pemain akan dicoret ketika satu hari sebelum pertandingan menghadapi Filipina pada Sabtu (19/11) pekan ini. Sebelumnya, Singapura sudah mencoret Irfan Ahmad yang masih berusia 19 tahun.

Komposisi pemain dan formasi yang belum ditentukan

Salah satu kendala Singapura adalah Sundramoorthy yang masih belum menemukan komposisi terbaiknya. Ia masih mencoba-coba formasi dan taktik terbaik untuk skuatnya. Hal itu bisa dilihat ketika Sundramoorthy sempat mencoba formasi 3-5-2 daripada 4-4-2 yang biasa diandalkannya. Soal pemilihan pemain pun, terjadi enam perubahan komposisi pemain sebelum AFF 2016.

Gaya permainan Shahril dkk di bawah arahan Sundramoorthy adalah lebih banyak memfokuskan pada lini pertahanan kemudian mengandalkan serangan balik cepat. Skema inilah yang menjadi salah satu kritik kepada permainan Singapura saat ini. Kedua full-back mereka pun jarang aktif membantu serangan. Sistem itu membuat lawan lebih aktif menyerang. Bahkan oleh Kamboja yang biasanya bermain bertahan sekalipun.

Singapura pun jarang menguasai bola. Bahkan terlihat kebingungan ketika menguasai bola ditambah dengan seringnya membuang banyak peluang untuk mencetak gol. Total, Singapura baru mencetak empat gol dari delapan pertandingan terakhirnya. Hal itulah yang membuat anggapan permainan Singapura monoton dan kehilangan kreasi.

Untuk susunan pemain awal, inilah perkiraan komposisi pemain Singapura jika ditinjau dari 30 pemain yang dibawa saat ini.


***

Kendati demikian, Indonesia tidak boleh menganggap remeh Singapura. Apalagi mereka akhirnya mendapatkan kemenangan ketika melawan Kamboja dalam pertandingan terakhir sebelum AFF 2016. Bukan tidak mungkin Piala AFF kali ini akan dijadikan motivasi bagi mereka yang ingin bangkit. Apalagi dalam 10 pertemuan terakhir dengan Indonesia, Singapura berhasil menang enam kali, dua kali imbang, dan kalah dua kali.

Secara keseluruhan, dari 51 kali pertemuan dengan Indonesia, Singapura sudah menang 19 kali, delapan kali imbang, dan 25 kali kalah. Tapi Sundramoothy mengaku tidak terlalu tahu kekuatan Indonesia saat ini, mengingat Indonesia baru pulih dari pembekuan di ajang internasional. Tapi setidaknya Singapura sempat mengutus Fandi Ahmad untuk menyaksikan pertandingan persahabatan Indonesia melawan Malaysia pada 6 September lalu.

Namun pertandingan bukan hanya melawan Indonesia saja. Masih ada Filipina dan Thailand yang tidak kalah sulit. Maka sama seperti Indonesia, Singapura pun akan mencoba mematahkan prediksi, mereka akan berusaha kembali ke masa kejayaan Fandi Ahmad. Ya, Singapura siap berdarah-darah pada Piala AFF 2016 walau saat ini mereka sedang mengalami penurunan.

Sumber foto: The Straits Times

Komentar