Timnas Indonesia Belum Padu dengan 4-4-2

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Timnas Indonesia Belum Padu dengan 4-4-2

Indonesia menjajal laga tandang pertamanya dengan menghadapi Myanmar, Sabtu (5/11/2016), sebagai bagian dari persiapan jelang Piala AFF 2016. Namun Indonesia gagal meraih kemenangan setelah hanya mampu menahan tuan rumah dengah hasil imbang tanpa gol.

Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, mencoba sejumlah pemain untuk menghuni susunan pemain utama. Ada empat perubahan dalam susunan pemain Indonesia kali ini dengan susunan pemain laga terakhir timnas kala menjamu Vietnam.

Lerby Aliandri, Abduh Lestaluhu, Bayu Gatra dan Bayu Pradana bermain sejak menit pertama menggantikan Irfan Bachdim, Abdul Rahman, Andik Vermansyah, dan Dedi Kusnandar. Riedl pun praktis mengubah formasi dasar Indonesia yang sebelumnya bermain dengan 4-2-3-1 menjadi 4-4-2.

Indonesia kemudian tampil lebih dominan pada laga ini. Meskipun begitu, para Indonesia terlihat begitu kesulitan menciptakan peluang. Meski lebih sering menguasai bola, para pemain Indonesia kerap mengalami kebuntuan ketika mengalirkan bola ke area middle third atau final third.

Salah satu faktornya adalah duet Lerby Aliandri dan Boaz Solossa yang tampak belum padu. Gaya permainan Lerby yang merupakan tipikal penyerang Target Man, kurang bisa mengimbangi skema serangan Indonesia yang cukup sering membahayakan melalui serangan balik.

Indonesia memang memiliki sejumlah peluang melalui skema serangan balik. Boaz bahkan setidaknya memiliki dua kesempatan yang cukup baik untuk mencetak gol pada babak pertama. Sementara Indonesia sendiri cukup minim menciptakan peluang pada laga ini, hanya lima tembakan saja (Myanmar sembilan tembakan).

Riedl sendiri tampaknya memang berupaya memaksimalkan skema serangan balik pada laga ini. Hal ini terlihat dari kedua full-back Indonesia, Abduh dan Beny Wahyudi, yang jarang terlibat dalam skema serangan. Umpan-umpan panjang dikirimkan langsung ke depan setelah pemain belakang menguasai bola.

Ketika bertahan, para pemain Indonesia pun cenderung bersabar untuk merebut bola. Ditambah lagi ketika melakukan pressing, para pemain Indonesia belum terlihat padu sehingga para pemain Myanmar cukup mudah untuk lepas dari tekanan. Pada babak pertama, Indonesia benar-benar kesulitan dalam menjalani laga ini.

Riedl sendiri cukup enggan mengubah strateginya pada babak kedua, dengan pendekatan strategi yang tak jauh berbeda pada babak kedua. Ditambah fisik yang mulai terkuras, lini pertahanan Indonesia pun mulai lebih sering mendapatkan ancaman.

Meskipun begitu, apresiasi positif patut diberikan pada duet bek tengah Indonesia, Yanto Basna dan Fachrudi Ariyanto, yang tampil disiplin di jantung pertahanan Indonesia. Keduanya membuat Myanmar kesulitan mendapatkan peluang terbuka di kotak penalti.

Secara kualitas pemain, Myanmar sebenarnya tak lebih baik dari Indonesia. Hanya saja skema penyerangan Indonesia belum padu (atau tidak cocok?) dengan susunan pemain yang diturunkan kemarin membuat Indonesia gagal mencetak gol pada laga ini.

Riedl sendiri sepertinya berusaha membuat para pemainnya tersebut lebih terbiasa dengan skema 4-4-2. Dari empat pergantian pemain hampir semuanya merupakan pemain dengan posisi yang sama; Dedi Kusnandar menggantikan Bayu Pradana, Ferdinan Sinaga menggantikan Lerby, Septian David menggantikan Bayu Gatra, dan Manahati menggantikan Beny Wahyudi. Dua pergantian terakhir pun dilakukan 10 menit jelang pertandingan berakhir.

Indonesia terlihat belum menampilkan potensi terbaiknya. Riedl masih meraba-raba strategi terbaik untuk timnas dengan mencoba sejumlah pemain. Menghadapi Vietnam pada 9 November 2016 nanti, menjadi ujian terakhir Riedl untuk menyempurnakan strateginya sebelum menghadapi partai pertama Piala AFF 2016 pada 19 November 2016 menghadapi Thailand.

Komentar