Akankah Prancis Mengulang Siklus 16 Tahunan?

Analisis

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Akankah Prancis Mengulang Siklus 16 Tahunan?

Prancis punya semua syarat untuk memenangi Piala Eropa 2016. Si Ayam Jantan berstatus sebagai tim tuan rumah yang ditambah dengan dukungan sejarah. Semua lini dihuni para pemain terbaik yang membuat gelora pendukung Prancis kian bergairah.

Sejak 2016, Prancis selalu meraih kemenangan dalam laga uji tanding. Catatan gol Anthony Martial dan kolega pun memuaskan. Dari empat pertandingan, Les Tricolores mampu mencetak 13 gol. Tidak dipanggilnya Karim Benzema agaknya bukan masalah buat Prancis karena Olivier Giroud tengah dalam puncak performa.

Pelatih Prancis, Didier Deschamps, agaknya ingin mengulangi apa yang ia raih saat memimpin Prancis menjadi juara di Piala Eropa 2000. Terlebih lagi, Piala Eropa 2016 memenuhi syarat buat Prancis untuk mengulangi siklus 16 tahunan untuk menjadi juara di Piala Eropa.

Menakar Kekuatan Pertahanan Prancis

Hugo Lloris akan menjadi calon tunggal di bawah mistar gawang. Selain berperan sebagai kapten, ia pun punya musim yang bagus bersama Tottenham Hotspur, meskipun gagal membawa Spurs juara Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Bersama Spurs, Lloris mencatatkan 13 kali clean sheets dari 37 penampilan. Total, ia mencatatkan 68 penyelamatan.

Penampilan Lloris pun terbilang memukau bersama Prancis di Piala Dunia 2014. Dari lima pertandingan, ia cuma kebobolan tiga kali. Dari catatan tersebut, tiga di antaranya berakhir dengan clean sheets.

Capaian Lloris sejatinya bisa lebih baik lagi di level negara ketimbang di klub. Pasalnya, Prancis punya lini tengah kuat yang menjadi filter pertama pertahanan sebelum berhadapan dengan lini belakang.

Di lini tengah, ada nama N’Golo Kante, Yohan Cabaye, Dimitri Payet, Morgan Schneiderlin, Blaise Matuidi, Paul Pogba, serta Moussa Sissoko. Dengan susunan lini tengah seperti itu, kemungkinan Deschamps akan menurunkan tiga gelandang.

Nama-nama seperti Paul Pogba, N’Golo Kante, dan Blaise Matuidi, kemungkinan akan mengisi pos gelandang. Ketiga gelandang ini punya peran yang saling melengkapi meskipun sama-sama bisa mengemban tugas baik dalam menyerang maupun bertahan. Kante, yang dipasang di tengah, akan diandalkan kemampuan bertahannya. Hal ini mengingat sepanjang musim lalu bersama Leicester, ia mencatatkan rata-rata 4,7 tekel dan 4,2 intercept setiap pertandingan. Sementara itu, Pogba dan Matuidi yang bermain lebih melebar, diharapkan bisa memberikan umpan-umpan kunci ataupun masuk ke lini kedua saat lini serang mengalami kebuntuan. Hal ini terbilang wajar karena di liga, Pogba mencatatkan 12 asis, Matuidi 6 asis, sementara Kante 4 asis.

Pola Serangan Prancis

Dalam empat pertandingan terakhir, Deschamps selalu menurunkan tiga pemain di lini serang. Dua pemain yang bermain lebih melebar selalu dihuni oleh Dimitri Payet baik sebagai starter maupun pemain pengganti. Sementara itu, satu pos lainnya dihuni bergantian oleh Kingsley Coman, Anthony Martial, atau Antoine Griezmann.

Di pos penyerang, pilihannya hanya Olivier Giroud dan Andre-Pierre Gignac. Dari empat pertandingan terakhir, keduanya selalu diturunkan bergantian, dengan catatan Giroud tiga kali starter, sementara Gignac sekali sebagai starter, dan tiga kali sebagai pemain pengganti. Hasilnya, Giroud mencetak empat gol, sementara Gignac satu gol.

Giroud sejatinya menunjukkan apa yang biasa ia lakukan di Arsenal. Diplot sebagai ujung tombak, semua gol Giroud di empat pertandingan terakhir berasal dari dalam kotak penalti. Ia mampu memanfaatkan keadaan dan mencari celah untuk melepaskan tembakan.

Di sisi lain, Gignac memang tidak mendapatkan menit bermain yang lebih banyak dari Giroud. Namun, pemain yang merumput untuk kesebelasan Liga Meksiko, Tigres UANL, tersebut bisa mejadi jawaban untuk umpan-umpan silang yang dikirim para pemain Prancis. Satu-satunya gol yang dicetak Gignac berasal dari sundulan. Sejumlah peluang yang didapatkannya pun memaksimalkan sundulan.

Selain lewat ujung tombak, Prancis berpeluang besar mencetak gol lewat tendangan bebas. Les Blues memiliki Griezmann dan Payet yang punya spesialiasai tendangan bebas. Payet bahkan telah mencetak dua gol, sementara Griezmann satu gol.

Dengan dua pemain yang lebih melebar, Prancis kemungkinan akan banyak mengandalkan umpan silang. Hal ini pun terlihat dari pertandingan uji tanding di mana enam dari total 13 gol berasal dari umpan silang. Pengirim umpan silang tidak melulu lini serang yang bermain melebar, tetapi Pogba dan Matuidi pun bisa melakukannya.

Rentannya Kedua Sisi Pertahanan Prancis

Prancis memang mampu mencetak enam gol dari umpan silang. Namun, dari enam gol yang bersarang di gawang Prancis, empat di antaranya pun berasal dari umpan silang. Hal ini menjadi catatan penting buat Prancis terlebih dalam menghadapi kesebelasan yang mengandalkan permainan sayap. Pasalnya, kedua sisi Prancis begitu rentan untuk ditembus.

Tiga gelandang Prancis pergerakannya lebih merapat ke tengah ketimbang melebar ke samping. Hal ini membuat lawan akan kesulitan menembus Prancis dari tengah lapangan, karena juara Piala Dunia 1998 tersebut memiliki lini tengah yang kuat. Namun, dari posisi tersebut, lawan bisa saja mengeksploitasi kedua sisi Prancis. Hal ini yang dilakukan Belanda, Rusia, dan Kamerun, kala membobol gawang Prancis.

Kedua fullback Prancis kemungkinan akan dihuni Patrick Evra dan Bacary Sagna. Keduanya punya tugas berat kala menghadapi lawan yang keluar menyerang dan membombardir sisi sayap. Pasalnya, seperti yang terlihat kala menghadapi Rusia, peran lini tengah Prancis dalam mengawal pemain Rusia tidak begitu terlihat. Hal ini membuat beban lini pertahanan Prancis kian berat. Pasalnya, kala itu, tiga pemain belakang mengawal pemain lawan, sementara satu pemain lainnya melakukan pressing. Peluang bagi lawan untuk mencetak gol dari umpan silang kian terbuka karena adanya jarak antara lini pertahanan dengan lini tengah.

Simpulan

Jika melihat persaingan di Grup A yang dihuni Albania, Rumania, dan Swiss, Prancis amat berpeluang lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup. Berdasarkan hitung-hitungan, Prancis pun setidaknya punya peluang lolos hingga babak semifinal karena lawan yang dihadapi masing-masing adalah peringkat ketiga Grup C/D/E, serta runner-up Grup B/F.

Sebagai tuan rumah, tentu Prancis punya kelebihan maupun kekurangan. Salah satu kelebihannya adalah dukungan dari publik Prancis. Hal ini diyakini akan berdampak positif buat Prancis. Dari empat pertandingan, dua di antaranya dimenangi lewat gol pada menit akhir. Buat lawan, dukungan dari publik tuan rumah akan meningkatkan tekanan pada mereka, dan buat Prancis, dukungan itu diharapkan bisa menjadi motivasi.

Lolos ke babak semifinal setidaknya bisa menjadi target paling realistis buat Prancis. Kalau menang di babak semifinal, bukan tidak mungkin siklus 16 tahunan kembali terulang.

Komentar