4 Hal dari Kekalahan Manchester United atas FC Midtjylland

Analisis

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

4 Hal dari Kekalahan Manchester United atas FC Midtjylland

Manchester United dikalahkan FC Midtjylland 1-2 dalam lanjutan Europa League, yang dihelat di MCH Arena, Jumat (19/2) dini hari WIB. Gol MU dicetak Memphis Depay pada menit ke-37, sementara gol Midtjylland dicetak Pione Sisto pada menit ke-44 dan Ebere Paul Onoachu pada menit ke-77.

Berikut empat hal menarik yang kami catat dari pertandingan tersebut.

Tak Ada Perubahan Gaya Bermain

MU telah mengarungi lima kompetisi musim ini dan pertandingan menghadapi FC Midtjylland adalah pertandingan pertama mereka di Europa League musim ini. Secara garis besar, gaya bermain yang ditampilkan MU hampir sama.

MU membangun serangan dari belakang, ke tengah, lalu ke depan. Kalau mentok, bola pun akan diarahkan secara diagonal ke sisi yang lain. Kalau masih mentok, maka bola akan kembali diumpan balik ke belakang.

Permainan seperti ini, membuat FC Midtjylland lebih tenang dalam membangun pertahanan. Mereka melakukan transisi dari menyerang ke bertahan sembari menunggu MU yang tengah asyik mengoper-oper bola.

Namun, dengan diturunkannya Memphis Depay sejak menit pertama, The Red Devils memiliki sejumlah opsi serangan kala menyerang lewat sayap. Dengan kemampuan individunya, Memphis bisa mengirimkan umpan silang, atau menusuk langsung ke dalam.

Jika ada perubahan mungkin hanyalah perpindahan antar lini yang sedikit lebih cepat. Dipasangnya Martial yang punya kecepatan sebagai ujung tombak menggantikan Rooney adalah penyebabnya.

Pressing Tanpa Henti

Sejak awal pertandingan, FC Midtjylland melakukan pressing hingga area pertahanan MU. Kalau Anda tengah tidak fokus, bukan tidak mungkin kalau Anda menyangka MU tengah dijamu Liverpool.

Pione Sisto dan kolega menerapkan pressing ketat yang membuat MU tidak leluasa untuk mengembangkan permainan. Bola jarang mengalir mulus menuju Anthony Martial yang diplot sebagai penyerang tengah. Michael Carrick dan Ander Herrera pun tidak bisa berlama-lama memegang bola.

Pressing yang dilakukan Midtjylland memang terbilang berbahaya. Pasalnya, lewat pressing itu pula lah mereka mampu melakukan tekel atau potongan yang dimaksimalkan lewat serangan balik. Beberapa kali peluang Midtjyllantercipta lewat skema seperti ini.

Adu Kualitas Sergio Romero

Pendukung MU mungkin cemas karena David De Gea mengalami cedera beberapa saat jelang pertandingan dimulai. Pasalnya, De Gea adalah jawaban utama mengapa lini pertahanan MU tidak kebobolan banyak gol.

Kecemasan itu berlanjut setelah Sergio Romero yang diplot sebagai pengganti, jarang mendapatkan menit bermain. Meskipun demikian, Romero adalah kiper berpengalaman, terlebih dengan statusnya sebagai kiper kesebelasan negara Argentina.

MU pada akhirnya “diselamatkan” lewat penyelamatan-penyelamatan kiper mereka. Pada babak pertama misalnya, sebelum mencetak gol, MU hampir kebobolan terlebih dahulu. Vaclav Kadlec sudah satu lawan satu dengan Romero pada menit ke-36. Namun, penempatan posisi Romero membuat bukan ia yang menghalau bola, tetapi bola yang mendatangi kakinya.

Pun pada babak kedua. Pada menit ke-62, Ebere Paul Onuachu melakukan sundulan yang mengarah ke sisi kiri gawang MU. Beruntung Romero memiliki refleks yang baik sehingga bola sundulan tersebut berhasil ditepis dan bola muntah berhasil diselamatkannya dengan baik.

Romero pada akhirnya kebobolan dua gol. Namun, tanpa sejumlah penyelamatan gemilangnya, MU mungkin bisa kebobolan lebih dari itu.

Pembunuh dari Luar Kotak Penalti

Hal yang paling kentara dari Midtjylland adalah bagaimana cara mereka mengelola serangan menjadi sebuah peluang. Ketika menyerang, MU cuma menempatkan tiga pemain yang fokus bertahan. Ini yang membuat Midtjylland kesulitan untuk masuk ke dalam kotak penalti. Mereka pun memaksimalkan serangan lewat tendangan dari luar kotak penalti.

Dua gol Midtjylland yang dicetak Pione Sisto pada menit ke-44 dan Ebere Paul Onoachu pada menit ke-77 berasal dari skema seperti ini. Gol Sisto diawali dari serangan balik. Sisto menjauhkan bola dari jangkauan bek MU, untuk kemudian melepaskan tendangan yang tidak bisa dijangkau Romero.

Sementara itu, gol kedua Midtjylland bisa dibilang tidak diduga. Pasalnya, ada enam pemain MU yang berjaga di dalam kotak penalti. Tanpa diduga, Onoachu melepaskan tembakan mendatar keras yang berada di luar jangkauan Romero.

Total, dari 12 sepakan yang dilakukan Midtjylland, tujuh di antaranya dilepaskan dari luar kotak penalti.

Komentar