Match Analysis: Pantai Gading 2-1 Jepang

Analisis

by redaksi

Match Analysis: Pantai Gading 2-1 Jepang

Blunder Taktik Alberto Zaccheroni

Meski sempat tertinggal lebih dulu lewat gol cantik Keisuke Honda, Pantai Gading mampu membalikkan keadaan dan mengalahkan Jepang dengan skor 2-1. Tiga poin krusial pun mampu dikantongi oleh Yaya Toure dan kawan-kawannya.

Hasil ini tidak begitu mengejutkan, mengingat sedari awal Pantai Gading memang lebih diunggulkan berkat materi pemainnya. Sang kapten Manchester City, Yaya Toure, bisa bermain penuh meski sebelumnya diragukan tampil. Demikian pula dengan Salomon Kalou, Cheick Tiote, Gervinho, dan Didier Zokora.

Hanya Didier Drogba yang justru  dicadangkan karena mengalami cedera ringan saat menjalani latihan. Tapi top skor sepanjang masa Pantai Gading ini akhirnya menjadi faktor pembeda saat masuk pada menit ke-62. Empat menit setelah mantan bintang Chelsea ini menginjak lapangan, dua gol bisa tercipta, yaitu lewat kaki Wilfrried Bony dan Gervinho.

Di kubu lawan, pelatih Jepang, Alberto ,Zaccheroni memilih menepikan bek senior mereka Yasuyuki Konno. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kecepatan penyerang lawan. Pemain yang telah membela tim nasional sebanyak 81 kali tersebut memang lebih lambat jika dibandingkan penggantinya, Masato Morishige.

post-match-IVO-JAP

lineup kedua tim


Perubahan Gaya Bermain Jepang

Di bawah asuhan Zaccheroni, Jepang acap kali bermain cepat melalui bola-bola pendek untuk menguasai pertandingan. Tetapi, yang terlihat pada pertandingan kali ini sungguh berbeda. Tim matahari terbit ini lebih memilih untuk menunggu lawan di belakang.

Pressing yang biasa dilakukan mengendur serta tidak ada penjagaan hingga ke daerah lawan. Demikian pula dengan garis pertahanan yang diturunkan dan lini tengah dan belakang yang menjaga kerapatan. Tak heran jika kemampuan Makoto Hasebe sebagai penghubung antar lini jadi tak terlihat. Begitu juga Yasuhito Endo yang menggantikannya pada menit 64.

Sama seperti alasan mencadangkan Konno, skema ini dilakukan karena Jepang ingin mengantisipasi serangan balik andalan Pantai Gading. Langkah ini terbukti berhasil pada awal pertandingan. Serangan yang dibangun Yaya Toure dan Tiote pun selalu mentok sebelum mencapai area pertahanan Jepang.

Meredam Serangan

Memilih bermain defensif, Jepang juga lebih sering melakukan umpan cepat ke pemain yang terbuka ketika dapat kesempatan menyerang. Bukan dengan membangun serangan dari bawah. Cara aman ini dilakukan agar tidak lekas kehilangan bola, meski membuat mereka terlihat kewalahan untuk menyerang.

Padahal, jika melihat proses gol yang dilakukan Honda dan beberapa peluang lainnya, pertahanan Pantai Gading tak cukup kokoh saat menerima serbuan. Gol yang dicetak Honda pun sebenarnya lahir seusai Jepang melakukan sepak pojok sehingga memiliki banyak pemain di area sepertiga lapangan akhir.

Umpan-umpan panjang dan menyisir melalui sayap justru lebih sering dilakukan. Gaya permainan yang dapat dimentahkan pertahanan Pantai Gading karena mudah terbaca.

pass_japan_1

Grafis umpan Jepang babak pertama - statszone


Pantai Gading Menemukan Pola

Bagi sebuah tim seperti Pantai Gading yang banyak mengandalkan kecepatan dan kualitas individu pemain, pertahanan rapi lawan akan menyulitkan. Memegang penuh kendali bola sedari awal pertandingan tak berarti apa-apa bagi Yaya Toure dkk.

Belum juga memasuki sepertiga akhir lapangan, para gelandang Pantai Gading selalu terlihat kebingungan saat mengalirkan bola. Padahal, relatif tak ada tekanan khusus dari pemain Jepang. Penjagaan hanya dilakukan di area mereka sendiri tanpa melakukan tekel-tekel keras.

Aliran bola hanya dapat dilakukan dari para bek ke gelandang kemudian dikembalikan lagi ke belakang. Begitu seterusnya. Ujungnya adalah Pantai Gading melakukan umpan silang ke kotak penalti yang juga gagal dikonversi jadi peluang.

Serey Die, yang jadi penghubung antar lini Pantai Gading, hanya mampu mengalirkan bola ke kedua sayap. Itupun tak sampai ke sepertiga akhir lapangan. Hal ini berdampak pada kedua sayap, Salomon Kalou dan Gervinho. Kedua pemain ini seharusnya menusuk ke kotak penalti, namun malah sering turun menjemput bola.

pass_pantai gading_30

Grafis umpan Pantai Gading hingga menit 30 - statszone


Hal ini terjadi sepanjang 30 menit babak pertama, sehingga Pantai Gading kesulitan mencetak gol. Tetapi, setelah itu permainan mulai berkembang. Yaya Toure yang berperan sebagai pengatur serangan mulai menemukan celah di antara pertahanan Jepang. Aliran bola mengalir lancar antar lini meski tetap menjadikan umpan silang sebagai senjata utama.

Tapi mengenai aliran bola adalah soal pertama. Masalah selanjutnya yang harus diatasi adalah tentang mencetak gol. Terutama karena Didier Drogba tidak bermain. Ya, tak ada seorang striker yang mampu menyelesaikan bola dari hasil umpan silang.

Sebelum masuknya Drogba, Wilfried Bony hanya mampu menciptakan satu tendangan yang menjadi sepak pojok. Empat peluang sisanya tidak ada yang tepat sasaran.

Efek Substitusi Drogba

Meski tak mampu mencetak gol, Drogba membuat bek Jepang menjadi terpecah saat menghadapi umpan silang. Sebelumnya, mereka hanya mengawal Bony seorang diri.

Sabri Lamouchi memang tak sekedar memasukan Drogba, tetapi menambahkan jumlah penyerang dengan menarik keluar satu gelandang, Serey Die. Kesempatan menguasai bola yang diberikan Jepang pun berhasil dimanfaatkan dengan baik.

Lini depan juga menjadi cair. Gervinho dengan leluasa bergerak ke semua area di sepertiga akhir Jepang. Begitu juga dengan Yaya Toure yang dapat dengan mudah mendorong bola ke depan ataupun memberikan umpan terobosan.

Tetapi ini bukan semata-mata karena Drogba, tapi juga Yaya dan Gervinho. Pembagiannya adalah, jika bola sedang berada di tengah, Yaya akan memberikan bola ke Gervinho yang melebar ke sayap. Pemain AS Roma ini lalu melakukan umpan silang persis seperti terjadinya gol pertama.

Namun, jika sudah mendekati kotak penalti dan bola dipegang pemain lain, keduanya akan masuk ke kotak penalti. Bahkan, dalam sebuah skema serangan balik, terdapat hingga empat pemain yang siap menerima bola di kotak 12 pas tersebut.

Skema memang tidak jauh berbeda memang dengan sebelumnya, yaitu Pantai Gading memanfaatkan umpan silang. Tetapi, keberadaan Drogba membuat dua bek Jepang menjadi terpecah konsentrasinya dalam melakukan penjagaan.

Situasi yang sebenarnya juga dapat dimanfaatkan Jepang untuk melakukan serangan balik. Sayangnya sedari awal mereka lebih banyak bermain menunggu, sehingga kesulitan menemukan pola saat menyerang.

Zaccheroni Terlanjur Basah

Memilih menunggu lawan adalah pilihan yang tepat jika melihat hasil awal pertandingan. Tapi sepakbola memang tidak statis, karena banyak keputusan-keputusan taktikal yang bisa diambil selama 90 menit.

Pasca dua gol balasan, yang terjadi dalam interval waktu pendek, Jepang terlihat panik. Mengembalikan permainan khas Jepang seperti sedia kala ketika waktu berjalan 60 menit memang tak mudah. Apalagi ditambah dengan faktor semakin nyamannya lawan dalam menemukan celah.

Sebelumnya, saat bertahan, Jepang hanya menyisakan Osako dan Kagawa di depan untuk sedikit mengganggu lini tengah Pantai Gading. Anak-anak asuhan Zaccheroni memang lebih berharap pada kesalahan lawan untuk melakukan serangan.

Setelah skor berbalik,  Zaccheroni mengembalikan gaya main dengan melakukan pressing ketat. Formasi 4-4-2 lalu diubah Zaccheroni menjadi 4-3-3 dengan tiga orang di depan bermain agresif. Tapi skema ini tetap tidak berjalan karena Pantai Gading justru lebih mudah mengirimkan bola karena renggangnya jarak antar pemain Jepang.

Osako dan Kagawa akhirnya ditarik keluar, karena tak ada perlawanan dari Jepang yang memungkinkan mereka mengejar ketertinggalan. Keisuke Honda menjadi satu-satunya pemain Jepang yang bersinar dari awal hingga akhir pertandingan. Ia mampu bergerak bebas, namun sayang tidak mendapatkan bantuan dari rekan-rekan lainnya.

Kesimpulan

Sebelum pertandingan, Zaccheroni mengalami dilema apakah tetap memeragakan gaya biasanya yaitu mementingkan penguasaan bola dengan resiko menerima serangan balik, atau mengubah permainan. Keputusan yang ia ambil adalah membuat Jepang lebih bertahan dan melakukan counter attack.

Hingga babak pertama usai, taktik ini berhasil dilaksanakan dengan baik dan Pasukan Samurai Biru unggul 1-0. Namun, dengan membiarkan Pantai Gading berlama-lama memegang bola dan mengundang mereka ke area pertahanan sendiri, Jepang malah memberikan kesempatan bagi Pantai Gading untuk mengembangkan permainan. Beberapa kali Yaya Toure dkk pun mendapatkan peluang untuk melancarkan serangan.

Taktik Zaccheroni menjadi blunder ketika Lamouchi memasukkan Didier Drogba. Dengan pergerakannya, mantan penyerang Chelsea itu mampu membuka ruang bagi pemain lain untuk mengonversi berbagai peluang. Ketika Jepang ingin membalikkan keadaan, Pantai Gading pun sudah terlampau nyaman dengan permainannya.

Dengan hasil ini, Sabri Lamouchi belum bisa berpuas diri. Pantai Gading belum punya skema yang baik untuk membangun serangan. Belum lagi berbicara rapuhnya lini pertahanan mereka. Pada laga selanjutnya, serangan cepat dari Kolombia bisa jadi akan merepotkan Cheick Tiote dan kawan-kawan.

(amp)

Komentar