Pemogokan Massal Ancam Keberlangsungan Piala Dunia

Berita

by redaksi

Pemogokan Massal Ancam Keberlangsungan Piala Dunia

Aksi mogok massal mewarnai kondisi dalam negeri Brasil akhir-akhir ini sering terjadi.  Seolah ingin memanfaatkan keuntungan, banyak serikat-serikat buruh yang sepakat untuk melakukan mogok agar tuntutan mereka untuk dapat hidup yang lebih nyaman didengar oleh pemerintah.

Adanya Piala Dunia tentu saja sebagai keuntungan membuat daya paksa lebih dalam negosiasi buruh dengan pemerintah. Banyaknya aksi mogok  di Brazil memang membuat negara tropis tersebut kewalahan.

Apa yang dilakukan serikat buruh di Brazil ini memang jadi sebuah trik yang selalu dilakukan serikat buruh saat Piala Dunia di gelar. Gelaran Piala Dunia 1998 di Perancis dan 2010 di Afrika Selatan pun diwarnai pemogokan besar-besaran. Bedanya ancaman mogok itu tak dilakukan serempak oleh beberapa elemen penting dalam sosial di masyarakat. Jika di Perancis atau Afsel ancaman iu diutarakan pekerja proyek, di Brasil yang mengancam malah polisi, tentara, dokter, petugas bandara, supir bus dan guru.

Okelah jika guru dan dokter mogok mungkin hal itu tak terlalu berdampak banyak pada gelaran Piala Dunia, namun apa jadinya jika yang mogok adalah elemen-elemen penting untuk menunjang keberlangsungan Piala Dunia seperti polisi, petugas bandara dan supir bus? tentu saja tanpa kehadiran mereka akses transportasi, keamananan akan sangat terganggu.

Saat pemogokan 5000 supir bus di Sao Paolo baru-baru ini saja, kota itu dilanda stagnasi yang cukup parah mengingat bus adalah satu-satunya transportasi unggulan masyarakat di sana.  Di tempat yang sama, pemogokan 50 polisi yang menggelar aksi mogok mendapat dukungan dari ribuan polisi di daerah lain, yang akan mengancam melakukan hal yang sama. Dan tak menutup kemungkinan aksi-aksi ini terus terjadi selama jalannya Piala Dunia.

Apa yang dilakukan oleh serikat-serikat pekerja ini tidaklah salah, korupsi besar-besaran yang terjadi di Piala Dunia kali ini memang menggila dan membuat buruh geram. Sebagai contoh, dalam laporan pembangunan Stadion Mane Garrincha - stadion termahal kedua di dunia dengan menelan dana pembangunan 900 juta dollar US, laporan tim audit membuktikan bahwa pembiayaan stadion di-mark up hingga 3 kali lipat. Dijelaskan bahwa ada penggelembungan dana hingga 275 juta dollar US.

Angka ini belum angka keseluruhan mengingat presentase pengerjaan proyek yang baru diaudit masih berkisar 25 %. Diduga kuat uang hasil korupsi lari ke politisi mengingat banyak pemenang tender proyek pembangunan infrastruktur adalah pengusaha yang dekat dengan rezim pemerintahan Dilma Rousseff.

Lantas ketika pemimpin mereka memanfaatkan keuntungan Piala Dunia untuk menguruk ratusan juta dollar lewat proyek-proyek pembangunan, rakyat dibawah pun merasa  aksi mogok yang mereka lakukan adalah sesuatu hal yang benar.  Dengan cara itu mereka bisa menikmati Piala Dunia sekhidmatnya:  uang dapat hiburan pun dapat. Lagipula meskipun Brazil menganggap sepakbola sebagai agama, toh sepakbola tentu saja tak bisa meredam raut wajah cemberut istri yang menunggu jatah belanja harian bukan? uang tetaplah uang, setelah ada uang baru kemudian kita berbicara sepakbola.

(wam)

Komentar