Warisan Terbesar Keluarga Glazer Adalah FCUM

Cerita

by redaksi

Warisan Terbesar Keluarga Glazer Adalah FCUM

Selain trofi dan hutang, warisan terbesar Malcolm Glazer  lainnya adalah FC United of Manchester (FCUM). Sebuah klub yang lahir sebagai bentuk aksi protes suporter Manchester United  kepada sang pemilik baru.

Memang, bersama Malcolm Glazer, Manchester United meraih segalanya. Mereka menjuarai Liga Inggris, mereka menjuarai FA Cup, mereka juga menjuarai Liga Champions, bahkan mereka juga menjuarai Piala Dunia Antarklub. Tapi nyatanya, prestasi itu dibangun dari obligasi dan hutang dari bank dengan aset klub sebagai agunannya.

Miris, memang. Tapi memang begitulah keadaannya. Sejak Glazer berhasil mengakuisisi MU pada tahun 2005, Setan Merah tak pernah keluar dari lilitan hutang.

Pasalnya, dana sebesar 790,3 juta poundsterling yang dikeluarkan Glazer untuk membeli United, 265 juta poundsterlingnya didapat dari berhutang. Dan lebih ironisnya lagi, keluarga Glazer mengakuinya pada tahun 2010, 500 juta poundsterling lainnya dari dana akuisisi tersebut didapat dari obligasi (surat hutang yang ditanggung oleh negara). Dengan demikian, sebenarnya keluarga Glazer hanya mengeluarkan dana sebesar 25,3 juta poundsterling untuk bisa mengambil alih tampuk kepemimpinan Setan Merah.

Inilah yang kemudian ditentang oleh para suporter, karena Glazer akan menjadikan United semakin komersil. Mereka sadar, beban hutang sebesar itu, pastinya akan dibebankan di pundak para suporter. Dari penjualan tiket pertandingan, dari penjualan marchendaise klub. Dan juga dari sponsor, tentunya.

Adalah Jim O’Neil seorang ekonom Goldman Sachs beserta kelompoknya, Red Knights, yang pernah melakukan pendekatan dan ingin membeli saham United. Namun, keinginan mereka ini ditolak mentah-mentah oleh keluarga Glazer. Mereka lebih memilih untuk mencengkram 90% saham klub dan melempar 10% sisanya ke lantai bursa saham New York, ketimbang menjualnya ke kelompok suporter.

Maka tak heran jika dibawah kendali Glazer, MU dibawah kendali Glazer selalu dituntut untuk selalu berprestasi setiap tahunnya. Hal itu semata untuk menjaga stabilitas harga saham United di lantai bursa saham.

Lahirnya FC United of Manchester

Red Knights dan mereka yang tak mau ikut membayar hutang Glazer, akhirnya sepakat untuk membentuk sebuah klub sendiri. Sebuah klub yang nantinya dikenal dengan sebutan FC United of Manchester (FCUM).

Untuk menjaga momentum protes, Red Knigts meminta bantuan Kris Steward, pendiri AFC Wimbeldon. AFC Wimbeldon sendiri adalah klub bentukan suporter Wimbeldon FC, setelah klub pujaannyaa memutuskan untuk pindah homeground ke Milton Keynes dan berganti nama Milton Keynes Dons (MK Dons).

Atas bantuan Kris Stewart inilah, kemudian Red Knigts sepakat untuk membentuk FCUM, pada Mei 2005. Sebuah klub yang hidup dari partisipasi para suporter. Jauh dari kesan komersil dan terjangakau oleh semua kalangan, baik tiket maupun marchendaise-nya.

Setelah menyelesaikan urusan pembentukan klub, pada 22 Juni 2005, mereka lalu menunjuk Karl Marginson sebagai pelatih pertama. Sembari menunggu Karl menyiapkan tim untuk melakukan pertandingan perdana melawan Leigh RIM yang sedianya dilangsungkan pada 16 Juli 2005, sekitar 4.000 suporter menggalang dana untuk biaya operasinal tim. Dari pengumpulan dana tersebut, terkumpul 100.000 poundsterling yang kemudian dijadikan modal FCUM untuk mengarungi  North West Counties League Division Two,  kompetisi kasta ke-10 Liga Inggris.

Memang, pada pertandingan pertama mereka, melawan Leigh RIM, berakhir dengan skor imbang, 0-0. Namun, nyatanya pertandingan yang disaksikan oleh 2.552 pasang mata itu, disambut gegap gempita oleh suporter FCUM. Setelah pertandingan usai, mereka semua turun ke lapangan, merayakan kelahiran sang pahlawan baru. Merayakan sebuah “kemenangan” yang tak mungkin bisa mereka rasakan jikalau masih mendukung Setan Merah.

Ya, FCUM memang anak haram dari Manchester United. Namun, yang perlu dicatat, FCUM lahir dari sebuah kesadaran. Kesadaran para suporter yang enggan tunduk pada penguasa yang lalim. Kesadaran bahwsanya, kampanye “Love United, Hate Glazer” tak akan berarti apa-apa tanpa sebuah aksi nyata.

Kini, setelah delapan tahun berkompetisi, FCUM sudah berada di Northern Premier League Premier Division, kompetisi kasta ke-7 Liga Inggris. Jelas, FCUM masih jauh dari Premier League, namun suporter mereka juga tak mengeluhkan hal ini. Mereka tetap setia dan bangga dengan klub yang mereka dirikan dan mereka dukung.

Dan semoga, kita semua dapat berumur panjang, sehingga bisa menyaksikan pertandingan antara FCUM melawan MU. Entah itu di Premier League, League Cup, ataupun FA Cup. Sebuah pertandingan yang sarat makna, bukan?

(mul)

Komentar