[Match Analysis] Everton 2-0 Manchester United

Analisis

by redaksi

[Match Analysis] Everton 2-0 Manchester United

David Moyes pulang!

Terakhir kali Moyes menginjakkan kaki di Goodison Park adalah ketika ia memimpin Everton mengalahkan West Ham United 2-0 Bulan Mei tahun lalu. Sebuah laga sekaligus perpisahan penuh rasa terimakasih dari para pendukung Everton, setelah 11 tahun Moyes mengarungi hutan rimba Liga Inggris bersama The Toffees.

Mungkin saat itu Moyes tidak mengira apa yang ia akan hadapi di depannya.

Ya, terakhir kali Moyes berada di Goodison Park, Everton menang 2-0. Dan ternyata kemenangan serupa juga terulang kembali tadi malam. Namun kali ini Moyes lah yang harus menderita kekalahan bersama Manchester United.

Dua gol pamungkas yang dicetak oleh Leighton Baines dan Kevin Mirallas mengubur harapan United untuk tampil di Liga Champion musim depan. Sebaliknya, kini para pemain  mantan asuhan Moyes lah yang berpeluang tampil di kompetisi Eropa musim depan.

Susunan Pemain

Roberto Martinez masih juga tidak bisa menurunkan bek dan kapten andalannya, Phil Jagielka, di jantung pertahanan Everton. Kemarin malam ia menduetkan Silvain Distin dengan bek muda, John Stones. Sementara pemain yang diincar Moyes di awal musim ini, Baines, juga diturunkan untuk menyisir sisi kiri lapangan The Toffees.

Semalam Moyes memang belum bisa menurunkan striker andalannya, Robin van Persie, yang masih menderita cedera lutut. Tapi ia mampu menurunkan skuat yang diharapkan dapat mendorong daya kreativitas United. Alexander Buettner, Luis Nani, Juan Mata, dan Shinji Kagawa diturunkan secara bersamaan.

Marouane Fellaini, yang diharapkan bermain dan tentunya ditunggu-tunggu oleh kedua pendukung tim, tidak diturunkan dalam susunan pemain awal. Bahkan sepanjang pertandingan ini ia hanya duduk di bangku cadangan.

Kedua manajer sama-sama berharap menguasai tempo permainan di lapangan tengah dengan menurunkan pemain-pemain bertipe distributor seperti Gareth Barry dan James McCarthy untuk Everton, serta Michael Carrick dan Darren Fletcher untuk United.


Susunan pemain Everton dan Manchester United (sumber: www.whoscored.com)

United Dominan, Namun Everton Efektif

Mudik Moyes yang tragis karena ia harus menderita kekalahan dari mantan timnya, di bekas rumahnya sendiri. Manchester United digagahi dari berbagai aspek oleh pasukan Roberto Martinez. Sang juara bertahan semakin jatuh bebas.


Statistik pertandingan (sumber: www.whoscored.com)

Rencana Moyes untuk menguasai lapangan tengah dan mendistribusikan bola dengan lebih baik memang berjalan sesuai rencana. United mampu unggul jauh dalam penguasaan bola, yaitu 61% berbanding 39%, juga dengan tingkat kesuksesan operan mencapai 85% (511 buah operan) berbanding Everton yang mencapai 79% (297 buah operan).

Kombinasi operan antara Carrick ke Fletcher (22 operan) dan sebaliknya (11 operan) juga menunjukkan dominasi kedua pemain senior tersebut dalam meemberikan umpan pada pertandingan ini.


Grafik operan Carrick dan Fletcher (sumber: FourFourTwo Stats Zone)

Namun Moyes tidak bisa membuat timnya bermain lebih efektif.

Kemampuan para pemain United dalam menciptakan peluang memang patut diberi tanda tanya yang besar, padahal mereka sudah bermain dengan pemain-pemain kreatif. Pada babak pertama saja, United hanya bisa melakukan sekali tendangan, itu pun dengan catatan tendangannya diblok.

Sepanjang pertandingan, United melakukan 9 buah tendangan, sementara Everton unggul hampir dua kali lipatnya.


Grafik tendangan ke gawang Everton dan United (sumber: FourFourTwo Stats Zone)

Kemampuan Bertahan Gareth Barry dan James McCarthy

Carrick dan Fletcher boleh saja menjadi dua pemain yang paling banyak melakukan operan sepanjang pertandingan ini, namun Barry dan McCarthy lah yang sesungguhnya memegang kunci peran keseimbangan dalam pertandingan ini, khususnya untuk Everton.

Jika melihat lawan yang dihadapi, duel-duel lapangan tengah yang terjadi pada pertandingan ini memang akan sangat minim. Maka dari itu, Martinez tak segan menurunkan Barry dan McCrathy, yang merupakan mantan gelandang andalannya dulu di Wigan Athletic, secara bersamaan, dan membangkucadangkan Leon Osman dan juga Darron Gibson yang sedang cedera.

Barry dan McCarthy sadar betul bahwa pada pertandingan ini mereka harus rela bermain bertahan, demi menutup peluang United. Hal ini membuat kerja kedua bek mereka, Distin (yang kemudian digantikan oleh Antolin Alcaraz) dan Stones, menjadi sedikit lebih mudah.


Grafik pertahanan Barry dan McCarthy (sumber: FourFourTwo Stats Zone)

Barry berhasil menciptakan 4 buah tekel, 3 intersepsi, dan 3 clearance, sementara McCarthy 4 tekel dan 2 clearance.

Distin, Alcaraz, dan Stones praktis hanya melakukan sapuan-sapuan jika bola ternyata berhasil menembus ke pertahanan mereka. Tercatat ke tiga pemain tersebut sama-sama berhasil melakukan 7 buah clearance namun dengan jumlah tekel dan intersepsi yang lebih sedikit dari kedua gelandang di depan mereka tersebut.

Pembagian Peran Pertahanan United yang Tidak Jelas

Keleluasaan Barry dan McCarthy dalam menghadang penyerangan United tidak akan terjadi semudah itu, andaikan saja Fellaini diturunkan oleh Moyes. Pemain kribo asal Belgia itu bisa saja merusak permainan kedua gelandang The Blues dengan kekuatan dan pergerakannya dan mempermudah kerja bek-bek United.

Namun sepertinya Moyes memang menginginkan hal lain dalam pertandingan ini. Baik Carrick maupun Fletcher diharapkan untuk memanjakan barisan depan Setan Merah dengan operan-operannya. Sayangnya kedua pemain tersebut gagal menyediakan "perisai" yang dibutuhkan oleh para bek mereka.


Grafik duel bola udara dari United (sumber: FourFourTwo Stats Zone)

Baik Phil Jones maupun Johny Evans sering mengalami kebingungan. Untuk Jones, ia seringkali kalah dalam duel bola udara, terutama jika melawan Lukaku. Sementara Chris Smalling yang bekerja di sisi kanan sering terlihat alfa sebagai bek sayap, malahan ia cenderung dominan dalam duel bola udara. Mungkin seharusnya Jones dan Smalling bertukar posisi, apalagi jika melihat lawan yang mereka hadapi adalah striker tinggi dan kuat seperti Lukaku.

Penunjukkan Alex Buettner sebagai bek kiri juga tidak membuat pertahanan United lebih baik. Ia seringkali melakukan overlap ke depan dan lupa untuk bertahan. Paling parahnya adalah ketika mantan pemain Vitesse itu membuat Mirallas berada pada posisi onside untuk mencetak gol kedua Everton.

Beruntung, performa menyerang pemuda Belanda tersebut sangatlah baik jika dibandingkan dengan Evra. Namun, seperti yang telah disampaikan, Buettner tidak memiliki kemampuan bertahan yang baik.

Di sini terlihat jelas pembagian peran pertahanan United yang memang sudah tidak jelas, ditambah tidak ada dukungan pula dari kedua gelandang di depan mereka.

Seamus Coleman yang Sedang Kesetanan

Coleman telah tampil luar biasa sepanjang musim ini. Selain itu ia juga merupakan top skor kedua pada posisi bek di Premier League. Dia adalah fullback kemampuan menyerang maupun bertahannya sama baiknya. Bersama Baines, Coleman menjadi aset berharga di flank Everton.


Grafik heat map dari Seamus Coleman (sumber: squawka.com)

Pada pertandingan ini, Coleman selalu memiliki banyak ruang dalam menyerang karena Buettner tidak mampu menjaganya. Selain itu, Buettner juga seringkali kaget karena pada hakikatnya ia bertugas menjaga Mirallas, bukan Coleman.

Energi Coleman pada pertandingan ini pun seperti tidak ada habisnya. Andaikan saja Evra bermain, mungkin Coleman tidak akan seleluasa ini.


Grafik chances created dari Seamus Coleman (sumber: FourFourTwo Stats Zone)

Pemuda Irlandia ini bermain apik dan berhasil menciptakan operan-operan kunci dan sebuah assist yang teliti kepada Mirallas yang sedang berdiri dalam posisi onside untuk kemudian menceploskan bola ke gawang De Gea.

Kesimpulan

Moyes yang ingin bermain lebih kreatif justru gagal total karena permainan pemain-pemainnya yang tidak kreatif. Padahal ia memiliki segudang pemain dengan kualifikasi yang prima untuk melakukan itu semua.

Sementara Martinez memanfaatkan buntunya penyerangan United ini dengan bermain lebih sabar. Meskipun gagal dalam menguasai pertandingan, pasukan Martinez berhasil menciptakan lebih banyak peluang.

Secara taktis tidak banyak yang bisa menjelaskan kegagalan Moyes dalam meracik strategi United, namun hal yang pasti yang tidak terlihat pada United musim ini adalah mental dan gairah untuk menang.

Jika kita kembali sejenak ke tahun lalu, mungkin kita akan kaget jika kita diberitahu bahwa Manchester United akan kesusahan setengah mati untuk menamatkan klasemen di posisi 5, 6, atau 7 Premier League.

Hal yang sama juga berlaku untuk Martinez. Menggantikan Moyes, ia mungkin tidak akan mengira kalau ia akan berdebar-debar memperebutkan tempat di Liga Champion sampai pekan terakhir liga.

Dunia seperti terbalik bagi para pendukung United. Melihat Liverpool di ambang juara, dikalahkan di kandang sendiri berkali-kali oleh berbagai macam tim, untuk pertama kalinya gagal kualifikasi ke Liga Champion sejak tahun 1995, dan lain-lain. Pendukung United harus belajar bersabar dan berguru kepada Liverpudlian.

Pertanyaan tentang bagaimana dan pada posisi mana United akan mengakhiri musim ini kembali mencuat. Dengan satu pertanyaan pamungkas, lalu bagaimana nasib David Moyes?

Komentar