Match Analysis: Barcelona 1-1 Atletico

Analisis

by redaksi

Match Analysis: Barcelona 1-1 Atletico

Atletico Madrid sukses mencuri gol tandang pada leg pertama Liga Champions melawan Barcelona. Kesuksesan menahan imbang Barca 1-1 di Nou Camp ini diraih dengan cara yang sama seperti tiga hasil seri dari tiga pertemuan sebelumnya, yakni zonal marking dengan hujan tekel.

Line Up Tetap Atletico

Menahan imbang Barca pada 3 pertemuan sebelumnya (2 kali di Copa Del Rey dan 1 kali di La Liga), Diego Simione terlihat paham betul cara untuk meredam serangan Barca. Tak heran jika ia menurunkan formasi yang sama untuk menjalankan taktiknya.

Bahkan, susunan pemain dari skema 4-4-2-nya kali ini persis dengan starter pada laga La Liga 11 Januari lalu. Tak ada satu pun yang berubah, baik dari segi peran dan posisi.

Sementara itu, skuat asuhan Gerardo ‘Tata’ Martino sebenarnya lebih kuat. Lionel Messi yang pada 11 Januari lalu berangkat dari bangku cadangan, kini turun dari awal. Kehadiran Messi membuat Fabregas sedikit mundur ke belakang dan Pedro dibangku-cadangkan, sedangkan Iniesta beroperasi di sayap kiri.


Kedua tim sebenarnya sama-sama melakukan pergantian pemain pada menit-menit awal pertandingan, karena adanya pemain yang cedera. Tapi, pergantian ini tak banyak mengubah rencana kedua pelatih karena substitusi juga lebih bersifat apple to apple, mengganti pemain pada posisi yang sama. Tapi, keuntungan pergantian menit awal ini menjadi milik Atletico.

Di kubu Madrid, center back muda, Marc Batra, memang mampu menggantikan peran Gerard Pique untuk merapatkan barisan pertahanan Barcelona. Tapi, masuknya Diego Ribas, yang menggantikan Diego Costa yang cedera, mampu mencetak gol cantik dari luar kotak penalti.

Zonal Marking Ketat Plus Tekel Perusak Tiki-Taka

Dengan sistem zonal marking, Simeone seolah sengaja menantang Barca dan berkata, “Silakan bermain-main dengan possession-mu, tapi coba lewati kami kalau bisa.” Los Rojiblancos sendiri diinstruksikan untuk tetap bertahan disiplin di posisinya. Tapi, jika ada pemain Barca yang mendekat, mesti dihentikan dengan tekel keras.

Hasilnya, tiki-taka Barca pun rusak. Belum sempat untuk mengatur skema umpan, pemain Barca sudah terjatuh duluan. Terlebih lagi rusaknya Tiki-Taka Barca ini lebih banyak terjadi di area sepertiga akhir lapangan, sehingga kreasi peluang mereka berkurang.

Barca kemudian menggunakan alternatif lain, yaitu mengandalkan skill individu pemainnya. Namun lagi-lagi buntu karena tekel demi tekel yang dilancarkan Atletico. Dari gambar di bawah ini terlihat, usaha take on (aksi melewati pemain lawan) Barca gagal selama 19 kali karena tekel tekel yang dilancarkan Atletico.

 


(Gambar Take On Barca)


Sepanjang 90 menit, Atletico total melakukan 78 tekel. Dari jumlah tersebut, 35 tekel sukses dilakukan, 19 gagal merebut bola, dan 24 berujung pelanggaran.

Selain karena tekel, tiki-taka dan opsi aksi individu Barca di atas gagal karena disiplinnya pemain-pemain Atletico dalam menjaga pertahanan daerahnya. Terbukti, Atletico sukses 21 kali melakukan intersepsi, yang 19 diantaranya dilakukan di daerah pertahanan sendiri.

Jumlah intersepsi di daerah pertahanan sendiri itu lebih banyak 7 kali ketimbang yang dilakukan Barca.

 


(Gambar Defensive Dashboard Atletico Madrid)


Dari gambar di atas juga terlihat bagaimana Atletico berani untuk langsung menghentikan lawan di daerah pertahanan Barcelona. Hal ini dimaksudkan Simoene agar dapat secepatnya mendapatkan peluang melalui serangan balik.

Namun, taktik ini gagal karena terlampau kerasnya sliding tackle yang dilakukan oleh para pemain Atletico sendiri. Dengan total 8 pelanggaran yang tercipta di area lawan, cara ini pun terkesan malah melahirkan pelanggaran yang tak perlu.

Atletico pun mau tak mau harus menanggung akibatnya. Dari total 24 pelanggaran yang mereka lakukan, 6 pemain Atletico harus rela diganjar kartu kuning. Hal ini tentu sedikit beresiko mengingat format sistem turnamen seperti ini.

Andai tekel mereka lebih tenang dan bersih, serangan balik yang diinginkan Simeone bisa saja tercipta dan tak berbuntut kartu peringatan.

Bagaimana Atletico Menyerang?

Serangan balik adalah jawaban dari pertanyaan di atas. Melawan tim-tim yang gemar menguasai bola seperti Barcelona, jalan untuk menang adalah dengan memaksimalkan counter attack.

Ada berbagai cara untuk mengkreasikan serangan balik. Bisa disusun dengan diawali high pressing untuk merebut bola di area lawan, menggantung satu pemain pelari di depan, atau melalui umpan-umpan panjang. Simeone memilih dua skema serangan balik untuk membunuh Barcelona, yaitu high pressing berujung serangan balik dan long passing.

Namun kedua cara ini kurang efektif diterapkan dalam laga ini. High press mereka dirusak oleh permainan mereka sendiri, yaitu tekel keras. Serangan balik pun urung terlaksana karena dihentikan oleh peluit wasit menyusul kerasnya pemain Atletico dalam merebut bola.

Umpan panjang ke area sepertiga akhir juga tak berbuah hasil. Dari 26 kali long pass Atletico, hanya tiga yang sampai ke teman sendiri. Itu pun dengan catatan bahwa tiga successful long pass itu tak sampai ke area final third.


Salah satu penyebab kegagalan itu adalah karena umpan lebih banyak diarahkan ke sayap, sementara Arda Turan dan Koke kurang cepat untuk kembali naik.

Keluarnya Diego Costa juga membuat skema long ball Atleti gagal jika diarahkan ke tengah. Pasalnya Diego Ribas dan David Villa lebih bertipikal seorang second striker yang menyisir dari lini kedua. Keduanya bukan target man yang siap menerima bola seperti Costa.

Simione sendiri harus berterimakasih dengan insting Diego dalam melepaskan tendangan dari luar kotak penalti. Meski tendangan macam ini merupakan usaha spekulan, tetap butuh pemain dengan insting dan naluri gol yang tinggi untuk menciptakan gol macam ini.

Barca Diselamatkan Rotasi Jitu

Ucapan terimakasih di kubu Barcelona memang bisa diucapkan untuk Neymar, yang mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-79. Namun, terciptanya gol ini tak lepas dari pergantian jitu yang dilakukan Tata Martino tiga menit sebelum gol Neymar tercipta.

Tata menarik keluar Fabregas, yang diplot sebagai gelandang, dan memasukkan Alexis Sanchez. Ini kemudian merubah pemain Barcelona baik secara taktikal, posisi, maupun peran.


Iniesta yang semula beroperasi di sayap kiri kini kembali diduetkan dengan Xavi di tengah. Sementara itu Neymar bergeser ke kiri dan Alexis ditempatkan di sayap kanan. Perubahan jitu ini berbuah hasil. Iniesta mampu mengirimkan assist sempurna kepada Neymar.

 


(Gambar proses gol Iniesta)


Kredit juga layak diberikan kepada Iniesta dalam terciptanya proses gol di atas. Ia dengan cerdik mengirimkan umpan diantara dua garis pertahanan Atletico. Ruang terbuka antara dua bek tengah dan bek sayap kanan tim tamu bisa dimaksimalkannya dengan sempurna.

Sebenarnya, ruang lebar pada garis pertahanan Atletico ini bisa dibilang kelengahan. Secara keseluruhan, bek Atletico tampil disiplin dalam menjaga deffensive line-nya. Mereka tetap berusaha sejajar dalam mencegah masuknya aliran bola. Tapi, kehadiran Messi memang membuat dua bek tengah Atleti bekerja keras untuk menjaganya, sehingga kemudian tercipta ruang lebar tersebut.

Gambar peluang Barcelona di bawah ini juga membuktikan bahwa barisan pertahanan Atletico sangat disiplin. Dari 19 shots yang dihasilkan Barca, hanya 6 yang bisa dilakukan di dalam kotak penalti. Sisanya adalah attempts dari luar kotak karena frustasinya Barca dengan rapatnya zonal marking Atletico.

Dari keenam peluang inside the box tersebut, 2 yang mengarah ke gawang dihasilkan dari 2 kali sundulan. Sementara tiga tendangan sukses diblok oleh bek Atletico dengan tekel-tekel beraninya. Hanya satu peluang Barca yang gagal ditahan bek Atletico, yaitu tendangan Neymar yang berujung gol.



(Gambar Attemps Barcelona)


Kesimpulan

‘Tekel-Tekel’ Simeone memang sukses menghentikan Tiki-Taka Barcelona. Terbukti, pada musim ini, Barcelona empat kali gagal menundukkan Atletico. Malah Atletico yang dapat mencuri satu gol away di leg pertama ini. Namun, taktik tekel keras ini beresiko tinggi karena malah bisa berbuntut hujan kartu kuning.

Andai tekel ini dilakukan dengan rapi dan bersih, bukan tak mungkin skema serangan balik yang disiapkan Atletico dapat terlaksana. Atau pertandingan bahkan bisa dimenangkan Atletico.

Untuk kubu Barcelona, mesti disadari bahwa beberapa tim kini sudah mulai menemukan formula untuk meredam Tiki Taka. Tongkat perubahan ada di Tata. Ia bisa mengubahnya atau tetap menjalankan sesuai yang ada. Andai ia tak berani mengubah pakem Barca ini, rotasi-rotasi jitu seperti di atas harus sering-sering dilakukan. Sebab, setiap klub yang melawan Barca tetaplah berpegangan dengan bagaimana cara menghentikan Tiki-Taka.

Komentar