Eric Cantona: Antara Tendangan Kungfu, Kapal Pukat, Burung Camar dan Ikan Sardin

Cerita

by redaksi

Eric Cantona: Antara Tendangan Kungfu, Kapal Pukat, Burung Camar dan Ikan Sardin

Eric Cantona tak berubah. 19 tahun setelah mengirimkan tendangan kung-fu dan dua tinju untuk Mathew Simmons, seorang fans Crystal Palace, dia kembali berurusan dengan polisi karena dituduh menyerang seorang pria. Kutipan apa lagi yang akan dirilis Cantona kali ini?

Setelah insiden dengan Simmons di Selhurst Park, kandang Crystal Palace itu, Cantona diajukan ke pengadilan. Legenda yang ditahbiskan sebagai pemain terhebat Manchester United sepanjang masa oleh majalah Inside United ini dihukum penjara selama 2 minggu. Cantona mengajukan banding. Beberapa minggu kemudian, usahanya melawan pemenjaraan berhasil. Pengadilan banding memutuskan Cantona hanya perlu menjalani hukuman berupa "120 jam bekerja untuk kegiatan sosial".

Beberapa saat setelah vonis banding itu keluar, Cantona menggelar konferensi pers. Konferensi pers itu berlangsung riuh. Sejak pagi para jurnalis dan fans berdesak-desakan di sekitar gedung pengadilan. Kasus Cantona ini memang menjadi headline media massa selama berbulan-bulan.

Saat konferensi pers berlangsung, lelaki yang terkenal dengan kerah yang berdiri saat bertanding di lapangan ini duduk di sebelah Maurice Watkins, kala itu direktur Manchester United sekaligus penasehat hukum. Cantona datang ke ruangan konferensi pers, lalu duduk, kemudian meminum air yang tersedia di dalam gelas. Kemudian, tanpa basa-basi, dia mengucapkan kalimat ringkas:

"Saat burung camar terbang mengikuti kapal pukat, itu karena mereka pikir ikan sardin akan dilemparkan ke laut. Terimakasih banyak."

Kalimat itu kemudian menjadi bahan perdebatan. Apa yang ingin disampaikan Cantona sebenarnya? Siapakah yang dimaksud dengan burung camar (seagulls), kapal pukat (trawler) dan ikan sardin (sardines)?

Beberapa orang menganggap bahwa kapal pukat adalah Cantona itu sendiri. Sementara burung camar alegori untuk para jurnalis yang kemana-mana selalu menguntit gerak-gerik Cantona, khususnya dalam kasus tendangan kung-fu ini. Sementara ikan sardin tak lain dan tak bukan adalah cerita yang bisa dituliskan jika rajin dan gigih mengikuti gerak-gerik dan tutur-kata Cantona.

Dalam hal konferensi pers usai pengadilan banding itu, Cantona melemparkan sebuah pernyataan metaforik. Dan para jurnalis, burung-burung camar itu, berebut menafsirkan dan memikirkan: ikan sardin macam apa yang dimaksud oleh Cantona dan dapat mereka tulis menjadi sebuah cerita?

Komentar