[Preview] Final DFB Pokal 2013-2014

Analisis

by redaksi

[Preview] Final DFB Pokal 2013-2014

Malam ini, 18 Mei 2014 waktu Indonesia, tim provinsialis itu hendak kembali mengusik mimpi tim superlatif untuk menguasai Jerman sepenuhnya. Mengulangi kejayaan dua tahun silam.

Semua orang sudah barang tentu tahu, jika musim ini Bayern Munchen kembali memecahkan rekor sebagai yang tercepat dalam menjuarai liga. Anak didik Pep Guardiola itu hanya butuh 27 pekan untuk memastikan diri tampil sebagai kampiun Bundesliga.

Tapi untuk menasbihkan diri sebagai Kaisar Jerman musim ini, mereka masih punya satu halangan. Tak lain dan tak bukan, penghalang FC Hollywood adalah musuh bebuyutan mereka, Borussia Dortmund.

Ya, malam nanti, Bayern Munchen bertemu Borrusia Dortmund dalam partai final DFB Pokal 2013/2014.

Kedua tim tentu punya misi berbeda. Selain ingin melengkapi trofi dan menasbihkan diri menjadi tim superlatif di tanah Jerman, Munchen ingin membalas dendam. Maklum dua tahun lalu, mereka harus menelan pil pahit, kalah 5-2 dari Dortmund pada partai final DFB Pokal 2012

Sebagai tim metropolis, Munchen sudah barang tentu dituntut untuk memenangi semua kompetisi yang diikutinya.  Tak hanya manajemen, fans pun menginginkan hal serupa. Mereka menginginkan Munchen menjadi tim yang paling kuat diantara yang terkuat. Menjadi tim superlatif.

Ya, semua yang super harus menjadi milik Munchen. Dan memenangi final malam nanti, tentu menjadi sebuah keharusan.

Munchen memang dituntut untuk menang, namun bukan sekadar menang, mereka juga harus tampil menghibur. Sesuai dengan ciri khas mereka, jauh sebelum Pep datang, yaitu: bermain ofensif, mengandalakan operan-operan pendek, dan juga mengandalkan kecepatan.

Namun, dituntut untuk menang dan bermain menghibur bukanlah perkara mudah bagi Pep Guardiola. Pasalnya, meski telah menorehkan rekor cemerlang, Pep tetap saja mendapat kritik dari Franz Beckenbauer lantaran terlalu lama kutak-katik bola dan berujung kekalahan.

Atas banyaknya tuntutan itu, dapat dipastikan Pep akan menurunkan skuat terbaiknya untuk tetap bisa memainkan gaya khas Die Bayern. Beda yang sangat mencolok mungkin akan terlihat di lini tengah Bayern. Mereka kemungkinan akan memainkan pola 4-1-4-1, dengan menaruh Philipp Lahm sebagai gelandang bertahan, mengingat Bastian Schweinsteiger masih terlilit cidera.

Selain itu, untuk memperkuat lini tengah, Pep tampaknya akan menempatkan Mario Gotze menggantung di depan sendirian sebagai false 9. Maklum, Pep tak ingin menelan pil pahit seperti 12 April lalu, saat Munchen kalah 0-3 di depan publiknya sendiri.




sumber: whoscored.com


Jika kubu Munchen terlalu dibebani banyak tuntutan, lain halnya dengan kubu Dortmund. Anak asuh Jurgen Klopp tampaknya memang sedikit lebih santai.  Pasalnya, fans Dortmund tak terlalu membebani para pemainnya. Mereka sudah cukup  puas manakala melihat para pemain  menunjukkan ketangguhan fisik dan juga semangat juang yang tinggi. Menang atau kalah, tak masalah. Yang lebih penting, Dortmund sudah melakukan perlawanan. Melawan dengan sehormat-hormatnya. Khas tim provinsialis.

Untuk urusan taktik, Klopp  akan tetap menurunkan formasi andalannya 4-2-3-1 dan mengandalkan serangan balik cepat. Guna mendukung skema itu, Marco Reus yang sebenarnya belum sepenuhnya fit tampaknya akan tetap diturunkan. Kehadiran pemain hasil binaan akademi itu tetap diharapkan untuk membongkar rapatanya barisan pertahanan Munchen yang digalang Dante dan Javi Martinez.

Sedangkan Neven Subotic yang absen lantaran cidera, posnya akan diisi oleh Manuel  Friedrich. Di pos poros ganda, Nuri Sahin akan berduet dengan Milos jojic, menyusul cideranya Sven Bender.

Nah, jika demikian adanya, lalu siapa yang akan menyanyi dan menari di Olympiastadion, Berlin, malam nanti? Apakah tim superlatif dari Bavaria? Ataukah tim provinsialis dari Lembah Ruhr?


(mul)

Komentar