Menyoal Regulasi Liga 1 2023/2024

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menyoal Regulasi Liga 1 2023/2024

PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah merilis garis besar regulasi Liga 1 musim 2023/2024 pada Senin (15/5/2023). Ada beberapa regulasi yang menarik untuk dicermati lebih lanjut.

Pertama, terkait kewajiban memainkan minimal satu pemain U-23 selama minimal 45 menit. Jika menengok Liga 1 musim 2022/2023, sebenarnya banyak klub yang sudah menggunakan jasa pemain U-23, bahkan ada pemain yang masih tergolong berada di kelompok umur U-19.

Baca Juga:

Agenda Indonesia: FIFA Matchday, Kualifikasi Piala Dunia, dan Piala Asia

Persija Jakarta, misalnya. Thomas Doll sebagai pelatih Macan Kemayoran kerap memainkan lebih dari satu pemain muda, di antaranya adalah Rio Fahmi, Muhammad Ferrari, Nico Alfrianto, Frenky Missa, serta Dony Tri Pamungkas.

Tidak mengherankan banyak pemain muda Persija dipanggil Timnas (entah senior maupun kelompok umur) karena mereka memang mendapatkan jam terbang yang mumpuni. Saking banyaknya pemain yang dipanggil Timnas, dan sayangnya bentrok dengan pertandingan Liga 1, manajemen Macan Kemayoran pun sempat melayangkan protes kepada PSSI.

Selain itu, Persebaya Surabaya pun kerap mempercayai para pemain muda. Ernando Ari, Koko Ari, Alta Ballah, dan Supriadi kerap mendapat kepercayaan dari Aji Santoso.

PSM Makassar di bawah Bernardo Tavares pun cukup banyak memberi jam terbang pada pemain-pemain muda, di antaranya adalah Ramadhan Sananta dan Ananda Raehan Alif yang sama-sama dipanggil ke Timnas U-22. Selain itu, masih ada Dzaky Asraf yang dipanggil Shin Tae-yong pada turnamen Piala Asia U-20 Maret lalu.

Klub lain pun punya pemain muda yang mendapat jam terbang tinggi, seperti Bagas Kaffa (Barito Putera), Arhan Fikri (Arema FC), serta Beckham Putra dan Robby Darwis (Persib Bandung).

Namun demikian, pemain-pemain muda itu tentu saja tidak mendominasi klub, sebagaimana yang terjadi pada klub-klub elite Eropa. Bagi klub, pemain muda yang menjadi starting line-up memang menjadi tumpuan karena punya arketipe dan kualitas yang diinginkan pelatih.

Di sisi lain, para pemain muda pun menjadi senjata lain dengan determinasi dan kengototannya untuk menampilkan permainan terbaiknya agar mendapatkan tempat utama di tim.

Tanpa menganggap kebijakan memainkan satu pemain U-23 selama 45 menit tidak penting, ada peraturan lain yang lebih berpengaruh dalam memberikan pemain muda jam bertanding. Elite Pro Academy (EPA) dari semua level kelompok umur harus dijalankan dalam sistem yang memadai.

Salah satu aspek terpenting bagi pemain muda adalah waktu yang dihabiskan untuk latihan dan bermain di level festival (kompetisi). Jika hanya mengikuti turnamen EPA, maka jam bermain yang didapat pemain-pemain muda, baik dari level U-14 maupun U-20 akan sangat sedikit.

Baca Juga:

Skuad Mewah Untuk Menghadapi Palestina dan Argentina

Robin Russell, konsultan sepakbola akar rumput (grassroot) bagi UEFA dan AFC sekaligus pendiri Sportpath pernah mendata berapa waktu ideal yang dihabiskan untuk para pemain junior di beberapa klub Eropa pada jam latihan maupun pertandingan di level festival.

Barcelona, misalnya. Untuk anak-anak U-10 hingga U-14, latihan enam jam per pekan yang dibagi ke dalam 3 sesi, dengan jumlah pertandingan dalam satu musim mencapai 30 kali.

Anak-anak U-15 sampai U-17 berlatih 8 jam per pekan yang dibagi ke dalam 4 sesi dengan total 35 pertandingan selama satu musim. Sedangkan U-19 latihan selama 16 jam yang dibagi ke dalam delapan jam per pekan dan dibagi ke dalam 8 sesi, serta 40 kali pertandingan selama satu musim.

Contoh lain adalah AC Milan. Untuk anak-anak 10-12 tahun disediakan latihan selama dua sesi dalam sepekan dalam durasi waktu dua jam dengan jumlah pertandingan 25 kali. Anak-anak 13-15 tahun latihan 3 sesi per minggu dengan durasi dua jam dan 30 kali bertanding, dan anak-anak 16-19 tahun empat sesi selama sepekan dengan durasi dua jam dan 40 kali bertanding.

Ada faktor lain yang mempengaruhi bagaimana aturan itu dijalankan. AC Milan, misalnya, bekerja sama dengan 60 klub amatir maupun tim junior yang enam di antaranya berada di kota Milan. AC Milan juga menyediakan training bagi pelatih 60 klub rekanan mereka.

Formulasi untuk menambah jam terbang inilah yang harus segera ditemukan oleh PSSI, PT LIB, maupun klub. Mewajibkan tiap klub memainkan pemain U-23 bukanlah barang baru. Pada Liga 1 2017/2018, setiap klub wajib mendaftarkan lima pemain U-23 di mana tiga di antaranya wajib bermain selama 45 menit. Tujuan dari kebijakan ini adalah karena Timnas akan bertanding di SEA Games. Nyatanya, Indonesia tetap gagal meraih emas di SEA Games 2017.

Peraturan tersebut kembali diubah pada musim selanjutnya, di mana setiap klub wajib mendaftarkan tujuh pemain U-23 dari 30 nama yang didaftarkan. Tujuh pemain itu boleh tidak dimainkan.

Baca Juga:

Faktor-faktor yang Membangunkan Raksasa Tidur Newcastle United

Penambahan Kuota Pemain Asing

Klub Liga 1 diberi kuota enam pemain asing (5 bebas + 1 Asean), di mana semua pemain boleh bermain secara bersamaan. Dibandingkan dengan Malaysia, misalnya, kuota pemain asing di Liga 1 sebenarnya lebih sedikit.

Malaysia Super League memberi kuota sembilan pemain asing dengan syarat ada 1 Asia dan 1 Asean, meskipun yang bermain di lapangan hanya diperbolehkan lima pemain. Namun, tidak semua klub memanfaatkan kuota pemain tersebut.

Liga 1 memang kerap mengubah regulasi pemain asingnya. Pada musim 2017/2018 misalnya, diperkenalkan kebijakan marquee player. Komposisinya 2 asing bebas + 1 Asia + 1 marquee player. Menurut Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI kala itu, marque player ini bertujuan untuk meningkatkan aspek industri dan pengembangan sepakbola.

Usulan pemakaian enam pemain asing di Liga 1 ini muncul sejak dilaksanakannya sarasehan klub Liga 1 pada Maret 2023 silam. "Usulan dari PSSI itu 4+1 mengikuti aturan yang sekarang. Tetapi, ada masukan dari teman dari klub BRI Liga 1 sesuai aturan AFC 5+1," kata Direktur Persib Bandung, Teddy Cahyono, dilansir dari Bola. Pada Februari 2022, AFC memang mengumumkan akan menambah slot pemain asing di Liga Champions Asia dan AFC Cup dari 4 pemain menjadi enam pemain.

Meski usulannya datang dari klub Liga 1, penambahan kuota pemain asing ini tidak lantas terhindar dari kritik. Presiden Madura United Achsanul Qosasi menyayangkan enam pemain ini hanya digunakan dalam satu kompetisi.

"Kalau kompetisinya cuma satu, pemain asingnya enam, untuk apa? Kalau pemain asing enam, kompetisinya dua, dong, biar kita nyewa pemain asing nggak mubadzir," kata Achsanul kepada Panditfootball pada Senin (15/5/2023).

Jumlah pemain asing di Indonesia memang tidak sebanding dengan jumlah kompetisi. Di Malaysia, misalnya, tak heran jika klub Liga Super Malaysia diperkenankan mendaftarkan sembilan pemain asing lantaran mereka menghadapi dua turnamen selain liga, yakni Piala Malaysia dan Piala FA.

Sementara itu, belum ada tanda-tanda dari PSSI untuk berencana menggulirkan kompetisi lain selain Liga 1, Liga 2, dan Liga 3.

Rencana Penggunaan VAR

PT LIB sebagai operator Liga 1 pun berencana menggunakan VAR mulai paruh kedua kompetisi pada awal tahun 2024. LIB pun dalam rilisnya menerangkan pembentukan departemen VAR.

Tidak dimungkiri pada Liga 1 musim 2022/2023 banyak keputusan wasit maupun asisten wasit yang kurang tepat, seperti keputusan penalti dan offside atau onside. Tentu saja keputusan itu merugikan bagi klub dan bagi perkembangan liga secara umum.

LIB tentu sadar bahwa menerapkan VAR tidak mudah dan tidak murah. Selain itu, tidak semua infrastruktur stadion siap dalam waktu dekat untuk dipugar agar representatif bagi pemasangan VAR.

Selain secara infrastruktur, pembekalan wasit pun tak kalah pentingnya karena, tampaknya belum ada pelatihan pengoperasian VAR bagi wasit-wasit Indonesia. Pada Senin (22/5), Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengunjungi Federasi Sepakbola Jepang (JFA) untuk menjalin kerja sama, salah satunya di sektor perwasitan. Erick mengatakan bahwa Indonesia akan menggunakan jasa wasit-wasit asal Jepang.

"Kita akan menggunakan wasit Jepang. Kita sedang tunggu nama-namanya. Dengan jalan ini kita berusaha perwasitan kita akan semakin baik,” terang pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu dilansir dari situs resmi PSSI.

Kehadiran wasit asal Jepang ini harus dimanfaatkan sebagai ajang transfer ilmu yang berkelanjutan. Pasalnya, Indonesia pun pernah memakai jasa wasit asing di Liga 1 2017/2018 dan sampai sekarang tidak ada perbaikan yang optimal karena pemakaian wasit itu hanya sekadar pemakain jasa belaka.

Jika VAR benar-benar diterapkan pada awal 2024, maka LIB harus benar-benar ekstra keras untuk mempersiapkan semuanya.

Komentar