Mentor-Mentor Pep Guardiola

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mentor-Mentor Pep Guardiola

Setelah Sir Alex Ferguson melakukannya di musim 1998/1999 - 2000/2001 dan 2006/2007 - 2008/2009, belum ada lagi pelatih yang mampu mencetak hattrick juara Premier League. Pep Guardiola berpotensi meraih trofi Premier League musim ini, sekaligus mencetak hattrick juara bersama Manchester City.

Setelah mengalahkan Arsenal dengan skor 4-1 pada Kamis (27/4/2023), pelatih asal Spanyol itu berkata bahwa siapa juara Premier League musim ini ada di tangan Manchester City.

"Sampai hari ini, saya lebih suka posisi di Premier League dari Arsenal karena, seandainya Arsenal mengalahkan kami, itu (perebutan juara) ada di tangan mereka. Tapi sekarang ada di tangan kami," kata Pep dilansir dari Bola.

Musim ini pun Manchester City berpotensi meraih treble winner, yang terakhir kali diraih Pep bersama Barcelona di musim 2008/2009.

Tidak dipungkiri Pep merupakan pelatih yang cemerlang dalam sejarah sepakbola modern. Kepiawaiannya dalam meramu taktik tidak bisa terlepas dari beberapa tokoh yang menjadi mentornya. Satu nama yang wajib disebut adalah Johan Cruyff.

Baca Juga:

Kim Min-jae : Bek Tengah Super Lengkap

I Knew Nothing About Football Before Knowing Cruyff

"Dia (Johan Cruyff) adalah sosok unik, sangat-sangat unik. Tanpanya, saya tak akan berada di sini. Saya tahu pasti inilah mengapa saya, saat ini, menjadi manajer Manchester City dan sebelum itu Bayern Munich dan Barcelona,” ujar Pep kepada Donald Mc Rae dari The Guardian.

Seberapa berpengaruhkah Johan Cruyff bagi Pep?

Pep merasa bahwa Cruyff membantunya untuk menjadi lebih baik, dan ambisinya untuk selalu ingin merasa lebih adalah warisan dari legenda Barcelona itu.

"Ini tidak sama dengan membuat rasa lapar. Kita semua merasakan kelaparan itu dalam sepak bola. Dengan Cruyff itu berbeda. Dia memperdalam dan mengubah rasa lapar sehingga Anda menjadi sadar mengapa Anda menjadi lebih baik. Itu sering kali sederhana. Dia akan meneriaki saya: ‘Kendalikan dengan kiri, kendalikan dengan kiri!’ karena pada awalnya saya hanya menggunakan kaki kanan. Dia membuatku menggunakan kedua kaki. Bahkan sekarang saya menerapkannya kepada pemain saya," terang mantan pelatih FC Bayern itu.

Cruyff pun mengakui bahwa Pep memiliki kepribadian yang kuat dan pikiran yang cerdas.

"Anda dapat berbicara dengannya tentang subjek apa pun di bawah matahari. Dia banyak membaca, dan mampu belajar bahasa Jerman dengan sangat cepat saat bergabung dengan FC Bayern. Orang-orang seperti itu tidak pernah kesulitan mengajukan pertanyaan, dan meskipun Guardiola bukan tipe orang yang akan mengandalkan saran saya, dia ingin tahu apa yang saya pikirkan," kata Cruyff dalam autobiografinya, My Turn.

Ketika baru menandatangani kontrak bersama Barcelona, Pep datang kepada Cruyff dan meminta pendapatnya terkait hal itu. Cruyff menjelaskan bahwa Pep harus menjadi bos - orang yang memutuskan apa yang harus terjadi dengan segala konsekuensi yang ditimbulkannya.

Itulah yang memang Pep butuhkan. Pep menganggap Cruyff adalah orang yang memiliki visi.

"Itulah mengapa saya meneleponnya berkali-kali untuk mendapatkan pendapatnya ketika saya memiliki ide untuk pindah ke dunia kepelatihan,” kata Pep.

Tidak mengherankan betapa Pep begitu terpengaruh dengan sosok Cruyff. Dalam sampul autobiografi Cruyff, ada komentar Pep yang rasa-rasanya sangat mewakili keterpengaruhan itu: I knew nothing about football before knowing Cruyff.

"Saya pikir saya tahu tentang sepakbola, tetapi ketika saya mulai bekerja dengannya, dunia baru muncul di depan saya. Bukan hanya saya – tetapi seluruh generasi pemain. Johan membantu kami memahami permainan. Sepakbola adalah permainan tersulit di dunia karena terbuka dan setiap situasi benar-benar berbeda dan Anda harus membuat keputusan menit demi menit. Tapi aku pria yang beruntung. Saya duduk di sini sekarang karena saya bertemu dengannya. Jika bukan karena dia, itu tidak akan mungkin terjadi,” puji Pep untuk Cruyff.

Ke Meksiko Demi Lillo

Sosok lain yang menjadi mentor Pep adalah Juan Manuel Lillo. Lillo memang tak sementereng Johan Cruyff, meski ia adalah pelatih termuda La Liga, ketika ia menangani Salamanca di musim 1995 ketika usianya baru 29 tahun.

Lillo merupakan asisten Pep saat Mikel Arteta ditunjuk menjadi manajer Arsenal pada 2020 silam. Perkenalan antara Pep dan Lillo terjadi pada 1998, ketika Barcelona bertanding melawan Real Oviedo yang saat itu dilatih oleh Lillo. Setelah pertandingan, Pep datang ke ruang ganti Oviedo dan menemui Lillo.

"Saya suka tim Anda, saya telah mendengar hal-hal hebat tentang Anda, bisakah kita berteman?" kenang Lillo.

Pada musim 2006, Pep pergi ke Meksiko untuk membela Dorados. Pep tentu tidak mencari trofi atau mencari klub yang rela membayarnya dengan gaji besar. Tujuannya membela Dorados adalah karena saat itu Lillo melatih klub tersebut.

“Dia (Lillo) mengatakan kepada saya bahwa ada kemungkinan nyata bahwa kami bisa merekrut Pep, yang baru saja mencapai akhir kontraknya di Qatar. Pep sudah mengambil lencana kepelatihannya dan tujuan bermain di Meksiko di atas segalanya adalah untuk menjadi dekat dengan Juan Manuel,” kata Juan Antonio Garcia, pendiri Dorados kepada Duncan Tucker dari The Guardian.

Pep menyadari masa-masa ia bermain di Meksiko di bawah asuhan Lillo membantunya berkembang. "Saya merasa bahwa pada saat itu dalam karir saya, saya membutuhkan seorang pria yang akan membantu saya melihat sesuatu yang tidak dapat saya lihat. Bekerja dengan Lillo di Meksiko membantu saya berkembang,” kata Pep kepada Sky Sports.

"Pengetahuannya. Kecerdasannya. Kemanusiaannya. Cara dia mempersiapkan sesinya. Kami sangat mirip dalam cara kami melihat sepakbola dan cara kami memahami permainan. Dia adalah seorang teman.”

Raul Caneda, asisten pelatih Dorados, berkata bahwa Pep akan memperhatikan lawan Dorados dan ketika ia tidak bermain, ia akan berada di samping Lillo untuk membantu memberikan instruksi.

“Banyak pemain hari ini menjadi pelatih berdasarkan nama mereka, tetapi Pep tahu ini tidak cukup. Dia sangat cerdas, sangat rendah hati dan bersemangat untuk belajar, dan dia segera menjadi pelatih yang sangat lengkap dengan pengetahuan permainan yang luar biasa,” ujar Caneda dilansir dari The Guardian.

Lillo juga membantu Pep dalam mempersiapkan tim Barcelona ketika Pep baru ditunjuk menjadi manajer. Pep bahkan mendatangi rumah Lillo dan mereka selalu berhubungan melalui telepon karena Lillo tidak tinggal di Barcelona. Lillo juga melihat pertandingan Barcelona dan ia memberi saran kepada Pep.

"Kami tidak pernah putus kontak. Ada periode kami jarang berbicara karena dia bekerja di Amerika Selatan tapi ada rasa saling menghormati yang luar biasa. Pertama, sebagai pribadi, karena dia pria yang sangat baik. Kedua, karena dia membantu saya menganalisis dan melihat apa yang terjadi pada tim dan apa yang perlu saya lakukan,” ujar Pep.

11 Jam Berbincang dengan Si Gila

Di tahun yang sama ketika membela Dorados, Pep berkunjung ke Rosario, Argentina, untuk bertemu pelatih dengan julukan Si Gila. Ya, Pep menemui Marcelo Bielsa.

Gabriel Batistuta, rekannya di klub Al Ahli, Qatar, menyarankan Pep untuk menemui Bielsa. Pep dan Bielsa akhirnya bertemu dan berbincang lebih dari sebelas jam!

"Apa yang kami bicarakan saat itu membuat saya berpikir bahwa dia adalah seseorang yang benar-benar memikirkan sepakbola," kenang Bielsa tentang pertemuan pertama itu dilansir dari AP 2020 silam.

"Dia (Pep) imajinatif. Dia dapat langsung membuat solusi untuk masalah yang dia bayangkan atau temui. Dan hal lain yang membedakannya sebagai pelatih top adalah apa yang dia usulkan, dia mampu menerapkannya," lanjut Bielsa.

Sementara itu, Pep memuji Bielsa sebagai sosok yang otentik.

“Saya pikir dia adalah manajer yang paling otentik. Dalam hal bagaimana dia memimpin timnya, itu unik. Terkadang saya beruntung - karena saya tidak bertemu dengannya setiap minggu - merasa senang menghabiskan waktu bersamanya dan itu selalu menginspirasi saya," kata Pep tentang Bielsa dilansir dari AP.

Guillem Balague, penulis buku "Pep Guardiola: Another Way of Winning" menjelaskan bahwa Pep dan Bielsa mempunyai persamaan, yakni menyukai tim yang mendominasi, yang ingin menjadi protagonis di lapangan, dan mencari gawang lawan sebagai prioritas utama.

Namun demikian, Bielsa tak merasa menjadi mentor Guardiola. "Saya tidak merasa seperti mentor bagi Guardiola. Bukan hanya apa yang saya rasakan, karena memang demikian adanya,” kata Bielsa dilansir dari FourFourTwo.

"Jika ada manajer yang independen dalam idenya sendiri, itu adalah Guardiola. Bukan hanya karena saya mengatakannya, itu karena timnya bermain tidak seperti tim lain,” lanjut Bielsa.

Baca Juga:

Murid-Murid Pep Guardiola

***

Pep adalah pelatih cerdas dengan segudang taktik. Selain menimba ilmu kepada para tiga "filsuf", Pep - secara langsung maupun tidak - menjadi inspirasi untuk anak didiknya yang saat ini menimba karir sebagai pelatih, seperti Xavi Hernandez dan Vincent Kompany. Mikel Arteta juga mendapat banyak pengalaman ketika menjadi asisten Pep di Manchester City.

Adakah di antara "murid-murid" ini yang kelak mampu menyaingi prestasi Pep?

Komentar