Mari, Nikmati Perjuangan Garuda Muda Sesuai Porsinya

Timnas Indonesia

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mari, Nikmati Perjuangan Garuda Muda Sesuai Porsinya

Persiapan Tim Nasional U20 jelang Piala Asia U20 tidak mulus, bahkan bisa dibilang penuh dengan drama. Padahal, hal ini seharusnya bisa dihindari jika iklim dan sistem kompetisi disiapkan secara matang sejak awal.

Drama yang dimaksud adalah antara pelatih Timnas U20, Shin Tae-yong, dengan klub. Semua berawal dari keluhan STY atas terlambatnya para pemain untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) sepanjang Februari 2023. Ia merasa persiapan Garuda Muda terganggu karena klub tidak melepas pemain dengan segera.

Secara khusus, STY bahkan mengkritik Marselino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh yang tidak bisa bergabung dengan tim karena menjalani uji coba untuk berkarier di Eropa (meski akhirnya Ronaldo dapat bergabung dan masuk dalam skuad yang dibawa ke Uzbekistan).

"Saya sedikit tersinggung. Dua pemain itu ke luar negeri tanpa ada laporan, apalagi kami sedang mempersiapkan Piala Dunia dan Piala Asia. Rencana yang sudah saya siapkan jadi lumayan kacau," ujar pria asal Korea Selatan tersebut usai memimpin latihan Timnas U20 di Senayan, Jakarta pada 3 Februari 2022 seperti yang dikutip Kumparan.

Merespons sang pelatih, Yahya Alkatiri selaku manajer Persebaya Surabaya menilai STY tak berhak marah atas keputusan sang pemain.

"Marsel itu milik Persebaya, bukan punya STY atau Timnas atau PSSI," tegas Yahya. "Dia itu miliknya Persebaya, jadi ketika dia ingin keluar negeri hubungannya klub dengan klub."

Serupa tapi tak sama, kritik terhadap STY datang dari pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll. Ia merasa TC timnas mengganggu Macan Kemayoran dalam mengarungi Liga 1 2022/23. Apalagi, total ada sembilan pemain Persija yang dipanggil mengikuti TC, terbanyak di antara klub-klub lain.

Mantan pelatih Borussia Dortmund itu menilai kebijakan melakukan TC adalah hal aneh. "Di Eropa pemain U20 dan juga di Amerika Selatan, mereka bermain dalam sebuah kompetisi liga utama. Mereka tidak ada yang TC panjang," ucap dirinya.

Di titik ini, rasanya kita bisa sepakat bahwa argumen seluruh pihak memiliki kebenarannya masing-masing. Di satu sisi, STY selaku pelatih memiliki beban untuk meningkatkan prestasi timnas. Untuk itu, Ia pasti memiliki langkah-langkah dan strategi sendiri. Sementara, pihak klub juga tentu memiliki kepentingannya sendiri.

Patut diingat bahwa kompetisi U20 adalah kompetisi kelompok umur. Tidak ada peraturan yang mewajibkan klub untuk melepas para pemain ke timnas, misalnya, seperti peraturan yang berlaku dalam FIFA Matchday atau turnamen resmi di level senior.

Di sinilah peran federasi menjadi penting. Para pemain muda itu seharusnya ditempa melalui kompetisi, sehingga pelatih timnas tidak perlu lagi melakukan TC yang dapat mengganggu klub. Hal tersebut dipahami sekaligus `dikeluhkan` oleh STY.

"Memang benar kata pelatih Persija kalau tingkat atau level liga sangat tinggi, tetapi, ya, `situasinya` tidak seperti itu saat ini," ujar dirinya yang kemungkinan besar memang harus pasrah dan menerima situasi yang ada.

Harus terdapat piramida kompetisi berjenjang agar para pemain terasah secara berkesinambungan, dari kelompok umur ke kelompok umur. Dengan semakin banyak pemain muda yang bersaing secara kompetitif, maka akan semakin mudah bagi pelatih untuk memilih pemain-pemain terbaik tanpa perlu melakukan pemusatan latihan jangka panjang. Bahkan, kedepan, pemain seperti Marcelino yang telah membela timnas senior seharusnya tidak perlu lagi `turun kelas` ke U20.

Untuk Piala Asia U20 2023, rasanya kita tidak perlu banyak berekspektasi. STY sendiri, dikutip dari Bola.com, telah meminta masyarakat untuk "jangan kecewa" seandainya tidak berprestasi. Sementara, PSSI melalui anggota EXCO, Endri Erawan, telah menyatakan bahwa turnamen ini adalah "persiapan Timnas Indonesia U20 untuk Piala Dunia U20".

Jalan para pemain ini masih panjang. Kekalahan di turnamen kelompok umur bukan akhir dari segalanya. Lagipula, rasanya ketimbang Timnas U20, memang masih ada hal lain yang perlu jadi prioritas, misalnya mengawal kebijakan pengurus PSSI yang baru. Sekadar mengingatkan: kita sudah melihat timnas kelompok usia meraih juara beberapa kali, tetapi tidak demikian halnya untuk timnas senior selama lebih dari tiga dekade. Pertanyaannya, mau menunggu sampai kapan?

Komentar