Otak dan Otot Derbi Merseyside

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Otak dan Otot Derbi Merseyside

Liverpool akan menjamu Everton dalam laga bertajuk Derbi Merseyside di Anfield pada Selasa (14/2), dipimpin oleh wasit Simon Hooper.

Skuad asuhan Sean Dyche, yang baru saja mengalahkan pemuncak klasemen pekan lalu, datang dengan rasa percaya diri tinggi. Meski James Garner, Nathan Patterson, Andros Townsend dipastikan absen akibat cedera, mereka memiliki pemain lain yang kualitasnya hampir setara dan terbukti cocok dengan gaya permainan yang diinginkan Dyche.

Sedangkan, Juergen Klopp masih diselimuti masalah kebugaran pemain. Terhitung ada lebih dari lima pemain yang dipastikan absen. Virgil van Dijk, Ibrahima Konate, Diogo Jota, Luis Diaz, dan Roberto Firmino belum pulih dari cedera. Diikuti dengan Thiago Alcantara yang masih diragukan untuk tampil.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama

Sumber : SofaScore

Kemungkinan besar Klopp akan memasangkan Joel Matip dan Joe Gomez sebagai dua bek tengah. Untuk gelandang, banyak pemain yang cedera sehingga pilihan terbaik jatuh pada kombinasi antara Stefan Bajcetic, Jordan Henderson, dan Naby Keita. Alternatif lain, Klopp bisa mempercayakan kepada Harvey Elliott atau Fabio Carvalho. Susunan pemain tersebut belum membawa kemenangan bagi Liverpool karena dalam empat pertandingan terakhir mereka hanya memperoleh hasil tiga kali kalah dan satu kali imbang.

Tim tamu kemungkinan besar mempertahankan komposisi lini tengah yang berhasil menyulitkan Arsenal pekan lalu. Idrissa Gueye, Abdoulaye Doucoure, Amadou Onana, Dwight McNeil dan Alex Iwobi diperkirakan akan menjadi lawan berat lini tengah tuan rumah karena mereka memiliki keunggulan fisik sehingga memperbesar peluang mereka memenangkan setiap duel.

Kendati demikian, Liverpool di Anfield tidak mudah dikalahkan. Terbukti dalam 10 laga kandang, The Reds memenangkan enam pertandingan dan hanya satu kali kalah. Tidak hanya itu, 67 persen dari gol yang mereka cetak berasal dari laga kandang. Oleh karena itu, meski Liverpool musim ini mengalami penurunan performa peluang kemenangan di kandang masih salah satu yang terbesar.

Sebaliknya tim tamu sangat sulit mencuri tiga poin dari kandang lawan. Dari 10 laga tandang, mereka hanya sekali meraih kemenangan. Gawang Jordan Pickford bahkan kebobolan 14 kali. Fakta tersebut menjadi tantangan bagi Dyche untuk memperbaiki performa tim nya ketika bermain tandang.

Penyakit Akut Efektivitas

Memasuki pekan ke-23, Liverpool bertengger di peringkat ke-10 dengan torehan 29 poin. Mereka hanya memenangkan delapan dari 20 pertandingan dengan catatan 34 gol. Catatan ini merupakan rekor terburuk The Reds dalam tiga musim terakhir. Bahkan, dalam tiga pertandingan terakhir mereka gagal mencetak gol.

Masalah produktivitas tersebut bukan berasal dari ketidakmampuan Liverpool menciptakan peluang atau mengancam gawang lawan. Secara statistik, tim besutan Juergen Klopp tersebut merupakan tim yang paling sering mengancam gawang lawan dalam satu pertandingan, yaitu 16,8 tembakan per laga. Catatan tersebut bahkan melebihi Arsenal dan Manchester City yang berada di papan atas.

Hal ini menunjukan bahwa efektivitas Liverpool sangat buruk. Hal tersebut tercermin pada Darwin Nunez dan Mohamed Salah yang merupakan salah satu penyerang dengan gol konversi terendah. Nunez melepaskan 61 tembakan dari 15 pertandingan tapi hanya menciptakan tujuh gol sementara Salah mengancam gawang lawan dengan 62 tendangan dari 20 laga tapi hanya tercipta lima gol.

Catatan di atas menunjukan bahwa taktik Klopp dalam menciptakan peluang tidak bisa dibilang gagal karena para pemainnya, terutama penyerang, mendapatkan banyak kesempatan menembak. Masalah produktivitas secara tidak langsung berasal dari ketidakmampuan mereka dalam mengkonversi peluang menjadi gol.

Pada pertandingan ini merupakan momen paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pasalnya, Derbi Merseyside bukan hanya soal tiga poin tapi juga penentuan siapa penguasa Merseyside. Jika Liverpool berhasil mencetak banyak gol, kemungkinan besar akan meningkatkan kepercayaan diri pemain yang berdampak jangka panjang.

Perbesar Peluang Kesalahan Individu

Jika berkaca pada rekor pertandingan kandang Liverpool musim ini, berat bagi Everton untuk mencuri angka penuh. Performa tandang The Toffees musim ini jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan laga kandang. Akan tetapi, pergantian pelatih dapat menjadi momen paling tepat untuk mengejutkan tuan rumah.

Peluang terbesar tim tamu untuk mencuri gol adalah dengan bermain berani menekan. Jangan biarkan Liverpool leluasa membangun serangan dari lini belakang. Mereka perlu menutup jalur umpan ke arah Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson yang diperkirakan menjadi kreator utama. Selain mencegah serangan, dengan bermain menekan diharapkan lini belakang Liverpool melakukan kesalahan individu.

Agar taktik tersebut berjalan efektif, Neal Maupay merupakan pilihan terbaik di lini depan. Mantan pemain Brighton and Hove Albion tersebut memiliki determinasi dan sangat agresif dalam menekan lawan. Atribut tersebut didukung dengan fisik Maupay yang kuat meski tidak berpostur tinggi besar.

Lebih dari Pertarungan Taktikal

Setiap tim dalam setiap pertandingan tentu telah menyiapkan berbagai opsi taktikal untuk berbagai situasi. Bahkan, kedua pelatih telah menyiapkan apa saja yang harus dilakukan jika lawan melakukan beberapa perubahan di tengah pertandingan. Pertarungan ide, adaptasi, dan penerapan di lapangan sangat menentukan tingkat efektivitas taktik yang diterapkan.

Tapi dalam laga bertajuk derbi, efektivitas taktik bisa menurun ekstrem. Hal ini disebabkan karena banyak faktor eksternal yang mempengaruhi mental, emosi, dan pengendalian diri setiap pemain. Apalagi jika terjadi banyak duel fisik yang menguras energi serta memprovokasi satu sama lain hingga para pemain kehilangan fokus pertandingan.

Hal tersebut ditunjukkan anak asuh Sean Dyche ketika menjamu Arsenal pekan lalu. Dyche menyadari bahwa ia memiliki banyak pemain yang secara fisik unggul. Dengan demikian, Everton percaya diri untuk dapat memenangkan setiap duel. Pada laga tersebut, tercipta 61 duel dan Everton memenangkan 57 persen duel. Berkat strategi tersebut, Arsenal kesulitan mengembangkan permainan dan gagal mencetak gol. Sean Dyche diperkirakan tetap menerapkan kebijakan tersebut.

Agar lini tengah Liverpool mampu menandingi kekuatan fisik lini tengah Everton, mereka perlu memperbanyak pemain di lini tengah sebab Klopp tidak memiliki pemain “kekar” di lini tengah. Gaya permainan agresif ada di dalam diri James Milner namun mantan pemain Manchester City tersebut sudah tidak lagi muda.

Komentar