Perbaikan yang Menyelamatkan Sepakbola Vietnam dari Pengaturan Skor

AFF

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perbaikan yang Menyelamatkan Sepakbola Vietnam dari Pengaturan Skor

Dalam lima tahun terakhir, Tim Nasional Vietnam menjadi kesebelasan Asia Tenggara yang paling berprestasi di bawah asuhan Park Hang-seo. Keberhasilan itu tentu saja tidak diraih dengan instan. Vietnam sempat bergelut dengan kasus pengaturan skor, namun perlahan mereka mampu membangun iklim sepakbola yang baik melalui kebijakan yang dijalankan dengan efektif.

Pengaturan Skor yang Melekat di Sepakbola Vietnam

Vietnam masih mengandalkan dana pemerintah untuk membiayai seluruh operasionalnya, terutama pada medio 1990-an. “Semua klub disubsidi oleh negara dan mereka yang terdegradasi mendapat dana yang lebih sedikit,” ujar Duong Nghiep Chi, Presiden Asosiasi Sepakbola Vietnam (VFF) yang menjabat dari 1989-1993, dilansir dari vir.com.

Hal itu menyebabkan beberapa klub main mata dengan lawannya untuk mempertahankan posisinya di liga teratas. Sebuah klub bisa saja saling bersekongkol untuk mengakhiri pertandingan dengan skor tertentu agar kedua tim masih bisa berlaga di kasta tertinggi dan tetap mendapat dana dari pemerintah.

Tidak hanya klub, para pemain pun terlibat pengaturan skor, termasuk yang bermain untuk Vietnam. Saat mengikuti Sea Games 2005 di Filipina, tujuh pemain The Golden Warriors terlibat pengaturan skor. Satu pemain menjadi penghubung kepada seorang bandar yang mengatur skor pertandingan antara Vietnam melawan Myanmar.

Setelah Vietnam unggul 1-0, pemain yang terlibat pengaturan skor bermain di bawah performa yang mampu mereka tampilkan. Mereka memainkan bola di daerah permainan sendiri. Hingga peluit akhir ditiupkan, tidak ada gol yang tercipta. Atas hasil itu, pemain yang terlibat menerima uang sebesar US$ 1,000.

Pada 2014, pemain Vissai Ninh Binh Football Club (VNBFC) terlibat pengaturan skor saat berlaga di AFC Cup menghadapi Kelantan FA. Sebelum berangkat ke Malaysia, seorang pemain VNBFC mengarahkan delapan rekannya yang lain untuk mengatur skor.

Pemain yang menjadi penghubung memberi tahu para pemain dan meminta mereka untuk mencoba mencetak gol sebanyak mungkin dalam pertandingan untuk memastikan jumlah gol yang dibutuhkan untuk memenangkan taruhan. Para pemain merasionalisasi bahwa ini bukan kecurangan, karena bermain untuk menang adalah tujuan mereka. Hasil pertandingan adalah 3-2 untuk VNBFC. Uang sebesar 800 juta dong yang didapat kemudian dibagi kepada sembilan pemain yang terlibat dalam pengaturan tersebut.

Selain itu, pada 2020, VFF menghukum 11 pemain Dong Thap U-21 karena terlibat pengaturan skor. Sebelas pemain itu bertaruh dengan bandar judi, bahwa dalam pertandingan yang mereka mainkan tidak akan tercipta lebih dari dua gol. Para pemain yang terlibat dihukum tak boleh bergelut di dunia sepakbola selama enam bulan hingga lima tahun.

Mengapa taruhan sangat marak di sepakbola Vietnam? Judi sebenarnya illegal di Vietnam. Namun, ada judi yang dilegalkan dalam pengawasan ketat dan hanya dilakukan di tempat-tempat tertentu. Di sisi lain, taruhan sangat digemari oleh masyarakat Vietnam, terutama judi bola daring.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan yang tidak memadai juga menjadi sebabnya. Thi My Dung dan Simon Gardiner dalam penelitiannya yang berjudul The Fight Against Corruption in Vietnamese Football: A Closer Look at Typical Corruption Cases, Causes and Possible Solutions, menyebutkan bahwa ketika berada di akademi, para pemain junior menerima pendidikan yang tidak memadai tentang nilai olahraga dan etos kerja, di mana fokusnya lebih pada pelatihan keterampilan khusus olahraga. Pengenalan mengenai sportivitas dan etika seorang pemain yang harus jujur tidak terlalu ditekankan.

Kenaifan terhadap hasil pengaturan skor karena kurangnya kesadaran terlihat dari wawancara polisi yang dilakukan dengan beberapa pemain timnas yang terlibat dalam pengaturan skor Sea Games 2005. Para pemain mengatakan bahwa mereka berpikir jika mereka setuju untuk bertaruh pada hasil pertandingan untuk mendapatkan uang di mana mereka juga akan memenangkan pertandingan, di mana letak kesalahannya?

Pembenahan Sepakbola Vietnam dan Akademi Adalah Kunci

Berangkat dari maraknya kasus match fixing dan kesadaran untuk memperbaiki pembinaan, seluruh stakeholder sepakbola pun berbenah. Pemerintah Vietnam mengeluarkan sebuah resolusi jangka panjang sepakbola Vietnam, mencakup tahun 2020 hingga 2030, yang disahkan pada 2013.

Resolusi itu menekankan pada pembangunan infrastruktur dan suprastruktur yang mendukung perkembangan sepakbola Vietnam, seperti pembangunan akademi, tempat latihan, dan manajemen federasi yang lebih baik.

Resolusi tersebut juga menetapkan sebuah target. Dalam rentang waktu 2012 hingga 2020, timnas senior maupun U-23 pernah menjuarai Kejuaraan AFF atau SEA Games (1-2 kali), masuk ke dalam kekuatan 15 besar Asia dan sepakbola perempuan berada di enam besar Asia.

Target lain adalah menyelenggarakan sistem kompetisi sepakbola nasional, meliputi: Liga Nasional (V-League), Divisi Satu, Piala Nasional, Vietnam Cup, Divisi II Nasional, Liga Nasional, Liga Pemuda Nasional, liga bagi kelompok umur (U-21, U-18, U-15, U-13, dan U-11), liga sepakbola perempuan, liga futsal, dan liga sepakbola pantai. Vietnam juga menargetkan memiliki minimal 7.500 klub pada 2020 dan menargetkan ada 4.000 ribu atlet muda (U-11 hingga U-18) yang dilatih setiap tahun.

Dalam kurun waktu 2021 hingga 2030, Vietnam menargetkan masuk sepuluh besar Asia, melatih 6.000 pemain muda, menargetkan ada 12.000 klub sepakbola pada 2030, dan membuat federasi menjadi organisasi yang lebih terbuka, mandiri, dan aktif (baik di level provinsi maupun kota).

Lalu, apa yang dilakukan untuk mewujudkan target di tahun 2030 tersebut? Kuncinya ada pada pembinaan dan perluasan partisipasi. Sepakbola dikembangkan di sekolah-sekolah, standarisasi setiap akademi sepakbola, dan membangun akar rumput dengan menggalakan sepakbola hingga ke level desa!

Inisiatif itu berbarengan dengan langkah klub yang sadar bahwa pembinaan adalah kunci. Hoang Anh Gia Lai FC (HAGL FC) misalnya, yang bekerja sama dengan JMG dan Arsenal untuk membangun akademi sepakbola pada 2007. Akademi yang mempunyai moto “untuk masa depan sepakbola Vietnam” ini punya lapangan, vila untuk tempat tinggal para pemain, kelas, kolam renang, dan ruang gym.

Salah satu alumni akademi HAGL FC adalah Nguyen Cong Phuong, salah satu pemain andalan Vietnam di lini depan yang pada Desember 2022 lalu resmi direkrut oleh salah satu klub J League 2, Yokohama FC.

“Akademi HAGL telah memberi kami (para pemain) pola pikir yang tepat, kekuatan fisik, dan determinasi untuk menjadi kekuatan nyata di kawasan Asean. Kita semua berharap dan percaya bahwa Vietnam akan menjadi negara sepakbola yang kuat di masa depan,” ujar pemain 27 tahun itu dilansir dari Esquire.

Park Hang-seo Menyempurnakan Sepakbola Vietnam

Park Hang-seo mulai menangani Vietnam pada November 2017 untuk menangani U-23 dan senior. Park langsung memimpin skuad Vietnam di Piala Asia U-23 2018, di mana Vietnam menjadi runner-up. Pencapaian itu terbilang spesial, mengingat dalam dua edisi turnamen sebelumnya, tim Asia Tenggara tidak pernah lolos dari fase grup.

Di ajang Asian Games 2018 yang berlangsung di Indonesia, Park mampu mengantarkan Vietnam melaju hingga babak semifinal meski kalah dari Uni Emirates Arab di perebutan medali perunggu.

Trofi pertama dihadirkan Park di Piala AFF 2018 setelah mengandaskan Malaysia dengan agregat 3-2 di final dengan mengandalkan pemain-pemain muda yang saat itu bermain di Piala Asia dan Asian Games seperti Nguyen Quang Hai, Bui Tien Dung, Doan Van Hau, Nguyen Phong Hong Duy, Do Duy Manh, Phan Van Duc, dan Nguyen Van Toan.

Park pernah mencapai rekor tak terkalahkan melawan tim Asia Tenggara dalam 20 pertandingan sebelum berhasil dikalahkan Thailand di leg pertama semifinal Piala AFF 2020 dengan skor 2-0. Di Piala Asia 2019, Vietnam mampu melaju ke babak perempat final setelah mengandaskan Jordania di babak 16 besar.

Di Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia, Vietnam menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang lolos ke babak ketiga. Meski akhirnya berada di dasar klasemen, Vietnam mampu menyuguhkan permainan yang atraktif. The Golden Warriors memang menelan kekalahan atas Australia dengan skor telak 0-4. Namun, selain pertandingan itu, Vietnam kalah dengan selisih skor yang tak lebih dari dua gol, termasuk hanya kalah 1-3 dan 0-1 dari Arab Saudi dan berhasil menahan imbang Jepang dengan skor 1-1. Selain itu, mereka berhasil mengalahkan Cina dengan skor 3-0 di Stadion My Dinh dan itu menjadi satu-satunya kemenangan Vietnam di ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia.

Hanya sekali menelan kekalahan dengan tim dari Asia Tenggara, mencapai ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia, dan mencapai babak perempat final Piala Asia, membuat peringkat Vietnam melonjak. Sebelum Park menjadi juru taktik, posisi negara itu berada di peringkat 134 dunia. Saat ini, per update terakhir pada Desember 2022, Vietnam berada di posisi 96 dunia, menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk 100 besar.

Jika dipilah lagi menjadi negara Asia, Vietnam saat ini berada di posisi 17. Bukan tidak mungkin di tahun 2030 nanti mereka benar-benar berada dalam 10 besar kekuatan sepakbola Asia, sesuai dengan apa yang mereka rencanakan.

***

Kepergian Park Hang-seo setelah Piala AFF 2022 barangkali tak membuat Vietnam risau, mengingat mereka sudah mempunyai iklim sepakbola yang cukup matang di level Asia Tenggara, serta mempunyai cetak biru target prestasi yang jelas.

VFF belum menunjuk siapa pengganti Park yang kontraknya habis pada 31 Januari 2023 dan tidak akan memperpanjang. Bisa jadi, pelatih Vietnam U-23 Gong Oh-kyun yang akan menjadi penerus Park. Nama lain yang bisa disebut adalah Lee Yong-jin asisten Park saat ini, yang sudah bekerja sama membangun timnas Vietnam dari 2017. Yang pasti, VFF akan mengumumkan siapa pengganti Park setelah Piala AFF 2022 usai.

Dengan segala perencanaan yang matang dan rencana jangka panjang yang terstruktur, bukan tidak mungkin kita akan melihat Vietnam menjadi tim kuat Asia sepuluh tahun mendatang. Dan, kita harus siap-siap memberi applaus kepada Vietnam seandainya mereka lolos ke Piala Dunia 2026, mengingat kuota tim Asia bertambah dari empat menjadi 8,5 (delapan tim dipastikan lolos dan satu tim berhak mengikuti play off).

Jika tak segera memperbaiki kualitas liga dan federasi, Indonesia tentu saja akan tertinggal jauh, bahkan sangat jauh di belakang Vietnam.

Komentar