Solidnya Tiga Bek Tengah Indonesia Meredam Serangan Vietnam

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Solidnya Tiga Bek Tengah Indonesia Meredam Serangan Vietnam

Tim nasional Vietnam berhasil menahan tim nasional Indonesia dalam lanjutan Piala AFF 2022 babak semifinal leg pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat (6/1). Pertandingan berakhir dengan skor kacamata sehingga tim yang lolos ke partai puncak akan ditentukan di leg kedua.

Shin Tae-yong turun dengan menggunakan tiga bek tengah dalam format 5-4-1 untuk pertama kalinya di ajang Piala AFF 2022. Jordi Amat, Fachruddin Aryanto, dan Rizki Ridho mengisi posisi bek tengah, sementara Marc Klok dan Rachmat Irianto bermain sebagai dua poros di depan bek tengah. Sebelumnya, penggunaan tiga bek juga pernah digunakan Shin, seperti ketika melawan Curacao dalam pertandingan FIFA Matchday bulan September 2022.

Di kubu lawan, format tiga bek yang digunakan sejak babak grup kembali digunakan. Park Hang-seo memainkan Nguyen Quang Hai sejak menit pertama. Do Hung Dung yang selalu masuk ke dalam daftar sebelas pertama bermain sebagai dua poros bersama Nguyen Hoang Duc.

Gambar 1 - Hasil Pertandingan Indonesia lawan Vietnam

Meski kalah dalam penguasaan bola, timnas Indonesia ternyata lebih sering mengancam. Mereka melepaskan delapan tembakan yang dua di antaranya tepat sasaran. Sementara Vietnam hanya empat kali mengancam dengan dua sepakan mengarah ke gawang Nadeo Argawinata. Kendati demikian, tidak satu pun gol tercipta.

Bagi Vietnam, gawang bersih bukan hal yang baru sebab The Golden Stars belum pernah kebobolan selama fase grup. Tapi bagi Indonesia, tidak kebobolan adalah sebuah peningkatan performa karena mereka hanya meraih satu clean sheet dari empat pertandingan di fase grup bahkan pernah kebobolan ketika melawan tim dengan 10 pemain.

Selain itu, kegagalan Vietnam mencetak gol menjadi modal untuk melakoni leg kedua karena mereka tidak memiliki gol tandang. Harapannya, hasil ini sedikit mengurangi beban timnas Indonesia sehingga bisa bermain maksimal di kandang Vietnam.

Shin Tae-yong Berhasil Meredam Vietnam

Perlu diingat bahwa babak semifinal terdiri dari dua leg. Pada leg pertama akan lebih baik jika Indonesia yang tampil di kandang sendiri berhasil meraih kemenangan. Tapi, jauh lebih baik jika skuad Garuda tidak kebobolan sebab gol tandang sangat mempengaruhi perhitungan tim yang lolos ke babak final. Maka wajar jika Shin memprioritaskan aspek pertahanan meski tampil di depan pendukung sendiri.

Keputusan STY bermain dengan tiga bek tengah merupakan salah satu cara untuk memperkuat lini pertahanan. Ketika bertahan, Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan akan bergabung dengan lini belakang sehingga membentuk lima bek. Jumlah tersebut cukup untuk menghadapi lini serang Vietnam yang selalu diisi empat atau lima pemain.

Strategi ini berhasil diterapkan dengan cukup baik. Terbukti Vietnam hanya mendapatkan satu peluang saja. Keberhasilan ini juga tercermin dari sulitnya lawan masuk ke dalam kotak penalti Indonesia. Tercatat hanya tujuh kali Vietnam menyentuh bola di dalam kotak penalti yang salah satunya dikonversi menjadi satu tembakan ke gawang Nadeo.

Asnawi dan Arhan yang beroperasi di sektor sayap cukup disiplin dalam menyerang dan bertahan. Dua pemain ini dilibatkan ketika Indonesia membangun serangan dengan mengisi area flank. Ketika serangan gagal, mereka disiplin kembali ke posisinya untuk mengantisipasi serangnan balik lawan. Hal ini membuat Phan Van Duc dan Nguyen Quang Hai sulit menembus pertahanan Indonesia dari sektor sayap.

Di sisi lain, Vietnam terlihat tidak terlalu mengincar gol. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya pemain yang masuk ke kotak penalti. Padahal, Vietnam pada empat pertandingan sebelumnya tidak ragu untuk masuk kotak penalti lawan dengan tiga hingga empat pemain. Tapi, pada pertandingan ini terhitung hanya satu atau dua pemain yang masuk ke dalam kotak penalti lawan ketika Vietnam berhasil mendekati kotak penalti melalui penetrasi atau kombinasi tiga pemain.

Menyerang Lewat Umpan Terobosan

Selain bertahan, Shin tetap menyiapkan rencana menyerang yang cukup jelas terlihat di lapangan. Secara garis besar ada dua cara yang dilakukan Indonesia untuk membongkar pertahanan Vietnam. Pertama, lewat serangan balik pada situasi transisi dari bertahan ke menyerang. Kedua, membangun serangan dengan umpan terobosan dari lini tengah atau lini belakang.

Dari dua rencana tersebut, proses serangan balik cenderung lebih mudah terpatahkan karena Vietnam selalu menyimpan tiga pemain di belakang. Marselino Ferdinan yang menjadi target utama proses serangan balik selalu dikawal dua pemain ketika timnas Indonesia memulai serangan balik dengan mengarahkan, bola ke kaki Marselino. Vietnam tidak ragu melakukan pelanggaran untuk mematahkan momentum serangan balik sekaligus memberi waktu bagi rekan-rekannya untuk kembali ke posisinya masing-masing.

Peluang-peluang Indonesia justru hadir dari rencana kedua, yaitu melepaskan umpan terobosan. Marc Klok mengemban tugas untuk memulai rencana ini. Dendy, Marselino, dan Yakob Sayuri bertugas mencari celah dan momentum untuk menerima umpan dari Klok. Melalui proses ini, peluang terbaik Indonesia tercipta dari kaki Yakob. Sayangnya, peluang tersebut gagal dikonversi menjadi gol.

Pada beberapa kesempatan, Klok justru bergerak ke ruang di antara lini belakang dan lini tengah Vietnam. Kehadiran Klok di area tersebut membuat pertahanan Vietnam sedikit kebingungan karena ada satu pemain tambahan yang perlu dikawal. Pada situasi ini Jordi mengambil alih peran Klok untuk mengirimkan umpan terobosan. Tidak selalu berhasil, tapi beberapa kali umpan terobosan panjang dari Jordi sampai ke kaki Yakob atau Dendy. Hal ini menunjukan bahwa kini Indonesia memiliki seorang bek tengah yang memiliki kemampuan distribusi bola atau biasa disebut ball playing defender.

Meskipun demikian, Indonesia gagal memecahkan rekor Vietnam sebagai tim yang belum pernah kebobolan. Tidak banyak peluang yang berhasil diperoleh tapi krisis efektivitas memperparah keadaan. Jika Indonesia cukup klinis di pertahanan Vietnam, mereka seharusnya bisa mencetak minimal satu gol.

Komentar