Koordinasi Terputus Bikin Indonesia Menang Kurang Meyakinkan

AFF

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Koordinasi Terputus Bikin Indonesia Menang Kurang Meyakinkan

Indonesia harus puas lolos sebagai runner up Grup A Piala AFF 2022 meskipun mengalahkan Filipina dengan skor 2-1 di Rizal Memorial Stadium, Senin (2/1). Gol Indonesia dicetak oleh Dendy Sulistyawan (21’) dan Marselino Ferdinan (43’). Sementara gol pemangkas jarak timnas Filipina dicetak oleh Sebastian Rasmussen (83’). Hasil ini akan mempertemukan skuad Garuda dengan juara Grup B di babak semifinal.

Shin Tae-yong kali ini menurunkan formasi dasar 4-1-4-1. Skema ini digunakan ketika Indonesia menjamu Kamboja pada laga perdana. Tapi Jarodi Amat dan Egy Maulana Vikri diistirahatkan kali ini. Sementara komposisi lini tengah persis seperti yang dipasang pada laga perdana, yaitu Marc Klok, Marselino Ferdinan, Ricky Kambuaya. Di depan, Dendy Sulistyawan berperan sebagai ujung tombak yang didukung Witan Sulaeman dan Saddil Ramdani di sektor sayap.

Di kubu lawan, Filipina bermain dengan skema 4-4-2. Kenshiro Daniels sebagai pencetak gol terbanyak masih diandalkan di lini depan. Ia berpasangan dengan Stephan Schrock yang diberikan keleluasaan untuk bergerak bebas di belakang Daniels.


Gambar 1 - Hasil Pertandingan Filipina dan Indonesia

Indonesia mengambil inisiatif serangan sejak menit pertama. Mereka unggul baik dalam hal penguasaan bola (54,2 persen) maupun mengancam gawang (20 tembakan). Skuad Garuda berhasil melepaskan tujuh tembakan gawang namun hanya dua gol yang bersarang di gawang Anthony Pinthus. Catatan ini menunjukan bahwa permasalahan efektivitas masih menyelimuti Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan.

Selain masalah efektivitas, Indonesia memiliki penurunan performa dalam hal sirkulasi bola. Mereka hanya mencatatkan 77 persen umpan akurat yang dibandingkan lebih dari 80 persen ketika melawan Kamboja dan Brunei Darussalam.

Berdasarkan data di atas, keberhasilan Indonesia melaju ke babak semifinal meninggalkan persoalan yang harus segera diselesaikan. Apalagi jika target yang ingin dicapai adalah juara. Masih ada waktu sekitar empat hari yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dari segala aspek.

Krisis Efektivitas

Masalah klasik yang belum terselesaikan sejak laga perdana adalah efektivitas. Jika dirunut sejak awal, angka konversi gol Indonesia belum pernah menyentuh angka 50 persen. Bahkan di laga melawan Brunei hanya berhasil mencatatkan angka konversi gol sekitar 30 persen. Pada laga ini, angka konversi gol menurun hingga mencapai 10 persen.

Shin tentu sadar akan krisis efektivitas yang belum kunjung terselesaikan. Ia telah mencoba memasang berbagai jenis penyerang yang diharapkan menjadi pemecah utama masalah ini. Tapi, harapan tersebut belum berbuah positif karena belum ada satupun dari empat penyerang yang ia panggil dalam ajang Piala AFF 2022 yang memberikan penampilan meyakinkan dan mampu bermain efektif. Jika masalah ini terus berlarut-larut, khawatirnya akan mempengaruhi mental dan kepercayaan diri pemain.

Indonesia dalam tiga pertandingan di babak grup tidak kesulitan dalam urusan menciptakan peluang. Mereka bisa mengancam gawang lawan mulai dari sisi sayap, kombinasi umpan pendek dari tengah, bahkan dari lemparan ke dalam. Tapi, keuntungan tersebut akan menjadi bumerang apabila efektivitas rendah yang berujung frustasi.

Oleh karena itu, Shin perlu mencari cara agar pada babak semifinal, pemain bisa tampil lebih percaya diri. Terutama para pemain tengah dan depan yang lebih sering mendapatkan kesempatan mencetak gol. Pengambilan keputusan dan kecepatan bertindak menjadi langkah awal untuk menyelesaikan masalah ini..

Koordinasi di lini belakang

Meskipun Indonesia berhasil mendominasi pertandingan, Filipina berhasil mengancam pertahanan Garuda dari situasi transisi. Celah ini merupakan konsekuensi dari keputusan Shin untuk menugaskan dua bek sayap nya untuk sering membantu serangan. Struktur Filipina yang melebar memudahkan mereka melancarkan serangan balik dari sektor sayap.

Filipina berhasil melepaskan empat tembakan ke gawang. Tampil dengan gaya permainan direct ball, The Azkals berusaha untuk tidak menghiraukan lini tengah Indonesia yang diisi oleh tiga gelandang. Mereka berusaha mengakses Daniels yang memiliki keunggulan fisik untuk menyambut umpan jauh dari Christian Rontini, Mart Hartmann, dan Schrock. Filipina melakukan taktik ini selama 90 menit.

Taktik tersebut akhirnya berbuah hasil ketika Sebastian Rasmussen masuk menggantikan Oliver Bias. Celah dari sisi kanan pertahanan Indonesia berhasil dimanfaatkan oleh Schrock untuk mengirimkan umpan ke dalam kotak penalti timnas Indonesia. Rasmussen yang menjadi target umpan sebetulnya diapit oleh Fachruddin Aryanto dan Rizki Ridho. Kendati demikian ia berhasil memenangkan duel sehingga berhasil menyundul bola ke tiang jauh gawang Syahrul Fadil.

Gol balasan tersebut menunjukan koordinasi unit pertahanan Indonesia yang tidak selaras. Jika memperhatikan situasi lahirnya gol tersebut, Fachruddin dan Ridho mengawal Rasmussen namun tidak satu pun dari mereka yang berusaha menghalau umpan Schrock. Hal tersebut mengindikasikan tidak ada komunikasi antara Fachruddin, Ridho, dan Syahrul sehingga tiga pemain tersebut merasa ragu dan saling mengandalkan satu sama lain. Kondisi tersebut diperparah ketika Syahrul keluar dari posisinya sehingga bola melampaui jangkauannya.

Komentar