West Ham United Menjadi Korban ?Kehausan? Martin Odegaard

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

West Ham United Menjadi Korban “Kehausan” Martin Odegaard

Arsenal meraih poin penuh kala menjamu West Ham United di Emirates Stadium dengan skor 3-1. Kemenangan ke-13 The Gunners diraih berkat gol dari Bukayo Saka (53’), Gabriel Martinelli (59’), dan Eddie Nketiah (69’). Hasil ini mempertahankan posisi tim Meriam London di puncak klasemen dengan torehan 40 poin.

Tim tuan rumah tampil tanpa Gabriel Jesus akibat cedera lutut. Posisinya diisi Eddie Nketiah yang sebelumnya belum pernah tampil dari menit pertama. Di kubu lawan, David Moyes melakukan beberapa penyesuaian.

Thilo Kehrer menggantikan Kurt Zouma yang sedang dalam masa pemulihan cedera lutut. Gianluca Scamacca yang menderita cedera pergelangan kaki terpaksa menepi sehingga tempatnya diserahkan kepada Michail Antonio.

Gambar 1 - Sebelas Pertama Arsenal dan West Ham United

Sumber : Sofascore

Bermain di depan pendukung sendiri, Arsenal berhasil mengambil inisiatif serangan sejak awal pertandingan. Pertandingan baru berjalan 30 menit, mereka berhasil menciptakan tiga peluang. Kendati demikian, gol pembuka justru datang dari tim tamu setelah Jarrod Bowen dilanggar di dalam kotak penalti. Said Benrahma berhasil mengeksekusi peluang tersebut dengan sempurna.

Gol tersebut menunjukan bahwa Arsenal masih memiliki masalah dalam transisi dari menyerang ke bertahan. Gabriel, Saliba, dan Partey yang bertugas mengantisipasi serangan balik kalah cepat dengan penyerang West Ham yang dihuni oleh Jarrod Biwen, Said Benrahma, dan Mikhail Antonio.

Kelemahan ini merupakan risiko dari gaya permainan Arsenal yang sangat menyerang. Kieran Tierney dan Ben White perlu meningkatkan sinergitas mereka untuk memperhitungkan waktu terbaik untuk overlap atau bertahan di posisinya.

Meski tertinggal, Arsenal yang merupakan skuad termuda di Liga Inggris musim 2022/2023 menunjukan mental yang kuat. Mereka berhasil membalikan keadaan di babak kedua. Tiga gol balasan tersebut dicetak oleh tiga penyerang berbeda dengan usia di bawah 24 tahun. Keberhasilan ini tentu bukan sebuah kebetulan. Terdapat beberapa alasan penting mengapa The Gunners baru bisa mencetak tiga gol di babak kedua.

Berani Bermain di Area Sempit

Pakem yang diusung Arteta sejak awal liga adalah menekan, menguasai bola, dan menyerang. Dari 15 pertandingan yang telah mereka lakoni, The Gunners selalu unggul dalam penguasaan bola. Selain itu, ketika bola sampai ke kaki Thomas Partey di lini tengah, selalu ada lima pemain yang menempati lima area di sekitar kotak penalti dengan melibatkan dua bek sayap.


Pada pertandingan ini terdapat perbedaan peran antara Kieran Tierney dan Ben White yang sama-sama berposisi sebagai bek sayap. Tierney diinstruksikan untuk menyisir pinggir lapangan sementara White bergerak ke tengah mendekati Partey. Dengan demikian terdapat lima pemain di depan pertahanan West Ham yaitu Eddie Nketiah di area center, Martin Odegaard dan Martinelli di area half-space sementara Tierney dan Saka mengisi area flank. Situasi ini membuat empat bek The Hammers kewalahan karena berhadapan dengan lima pemain.

Gambar 2 - Ilustrasi Struktur Serangan Arsenal

Ilustrasi di atas menunjukan bahwa terdapat dua jenis ruang yang bisa dimanfaatkan Arsenal ketika menyerang West Ham. Arteta memiliki pilihan untuk memanfaatkan ruang di belakang bek tengah dengan mengandalkan Saka dan Tierney (lingkaran arsir hijau) atau memanfaatkan ruang-ruang sempit di antara area pertahanan lawan. Ia memilih opsi kedua karena jumlah ruang yang bisa dimanfaatkan lebih banyak.

Oleh karena itu, Martinelli yang pada pertandingan sebelumnya lebih banyak bermain di area flank, kali ini mengisi half-space agar dapat terlibat aktif dalam rencana ini. Arteta menilai Martinelli memiliki kemampuan kontrol bola di area sempit sama baiknya dengan Odegaard. Nketiah, Xhaka, dan White berperan sebagai pemain pendukung meskipun aktor utamanya tetap Odegaard dan Martinelli.

Rencana ini berhasil melahirkan tiga gol melalui proses yang tersusun rapi. Gol balasan dari Saka berawal dari pergerakannya di sisi kanan yang dideteksi oleh Odegaard. Begitupun dengan gol kedua. Odegaard yang menggiring bola dari sayap kanan menarik perhatian lawan dan memberikan ruang untuk Martinelli di sisi kiri. Pada gol ketiga, keberanian kombinasi umpan pendek di ruang sempit antara Saka dan Odegaard dituntaskan dengan baik oleh Nketiah.

Martin Odegaard yang “Kehausan”

Meski tidak mencetak gol, Odegaard terpilih menjadi man of the match. Ia bermain penuh dan menciptakan dua asis untuk gol Saka dan Nketiah. Kapten Tim Nasional Norwegia ini tampil sangat efektif dan efisien. Ia seperti pemain yang “kehausan” akibat jeda Piala Dunia 2022.

Pada pertandingan ini, “kehausan” yang dirasakan Odegaard menjelma menjadi kreativitas. Hal ini tercermin dari keberhasilannya menjadi pemain dengan penciptaan peluang terbanyak, yaitu lima peluang dan empat umpan kunci. Umpan-umpan yang dilepaskan Odegaard hampir tidak pernah meleset dengan akurasi mencapai 93 persen. Ia juga menjadi pemain dengan umpan ke sepertiga akhir terbanyak, yaitu 25 umpan sukses.

Tidak hanya itu, Odegaard sangat rajin mengancam gawang Lukasz Fabianski. Ia tercatat sebagai pemain yang paling sering menyentuh bola di kotak penalti (40 sentuhan). Gelandang berusia 24 tahun tersebut melepaskan enam tembakan yang dua di antaranya berasal dari dalam kotak penalti.

Komentar