Menang Besar, PR Besar

AFF

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menang Besar, PR Besar

Indonesia berhasil menuntaskan kewajiban menang besar atas Brunei Darussalam dengan tujuh gol tanpa balas. Satu hal yang menarik adalah tujuh gol yang dilesatkan dicetak oleh tujuh pemain yang berbeda.

Shin Tae-yong turun dengan formasi dasar yang berbeda. Pada pertandingan pertama melawan Kamboja, ia menggunakan 4-1-4-1. Kali ini, ia tampil dengan dua penyerang membentuk formasi dasar 4-4-2. Keputusan ini mengindikasikan bahwa Shin memiliki banyak opsi dari komposisi pemain yang ia panggil.

Selain perubahan formasi dasar, komposisi pemain yang Shin turunkan jauh berbeda dari pertandingan pertama. Hanya tiga pemain yang mempertahankan tempatnya yaitu Nadeo Argawinata, Asnawi Mangkualam, dan Egy Maulana Vikri. Sisanya, akan melakoni penampilan perdana di Piala AFF 2022.

Di kubu lawan, Mario Rivera tetap konsisten dengan formasi dasar 4-4-2. Tapi, ia juga melakukan rotasi besar-besaran. Praktis hanya Haimie Nyaring, Wafi Aminuddin, dan Azizi Ali Rahman yang tetap dimainkan. Sisanya adalah sembilan pemain yang belum pernah bermain pada pertandingan sebelumnya melawan Filipina. Selain penyegaran, keputusan ini bertujuan untuk memberi jam terbang kepada pemain lain dan mengharapkan efek kejutan.

Gambar 1 - Hasil dan Statistik Pertandingan

Sejak awal pertandingan, terlihat jelas dari gestur seluruh pemain bahwa instruksi dari Shin adalah menyerang dan cetak gol sebanyak mungkin. Dendy Sulistiawan dan Ilija Spasojevic yang diplot sebagai penyerang aktif menekan lawan ketika mereka menguasai bola. Mereka didukung oleh empat gelandang yang turut menekan sehingga Brunei kesulitan menguasai bola. Hingga akhir pertandingan, Indonesia mendominasi 72,1 persen penguasaan bola .

Walaupun demikian, Brunei bermain lepas dan berusaha memberikan tekanan ketika Indonesia menguasai bola. Tercatat ada dua peluang dari situasi transisi yang berhasil mengancam gawang Nadeo. Salah satunya adalah peluang yang digagalkan oleh pelanggaran Rizki Ridho di bibir kotak penalti.

Sayangnya, Brunei terpaksa bermain dengan 10 pemain sebab Alinur Jufri menerima dua kartu kuning. Situasi ini membuat Mario Rivera menginstruksikan pemainnya untuk bertahan di area sendiri. Keputusan tersebut memudahkan skuad Garuda untuk mencetak gol lebih banyak.

Terlepas kartu merah yang diterima Brunei, terdapat beberapa catatan menarik yang membuat Indonesia berhasil mencetak banyak gol. Kendati demikian, mereka juga masih memiliki persoalan yang harus segera diselesaikan karena lawan berikutnya adalah Thailand.

Pertahanan Brunei Sangat Tidak Teratur

Brunei bertahan dengan struktur 4-4-2. Pemain lebih banyak mengisi ruang di area tengah, tidak melebar. Dua penyerang tidak cukup aktif untuk turun membantu serangan. Mereka disiapkan untuk serangan balik.


Struktur pertahanan tersebut tidak cocok dengan struktur serangan Indonesia yang sangat melebar. Asnawi Mangkualam dan Edo Febriansyah sangat aktif menyisir pinggir lapangan. Syahrian Abimanyu berperan sebagai seorang Deep Lying Playmaker menggantikan peran Marc Klok sementara Rachmat Irianto membantu dua bek tengah untuk mengantisipasi serangan balik.

Gambar 2 - Ilustrasi Struktur Serangan Indonesia

Jika melihat ilustrasi di atas, keputusan Rivera untuk tidak menjaga kelebaran justru berbuah pahit. Mereka terlalu fokus menjaga Spaso dan Dendy serta Egy dan Saddil yang mengisi half-space. Tapi mereka melupakan eksplosivitas yang dimiliki dua bek sayap Indonesia. Terlihat banyak ruang kosong (lingkaran arsir merah) yang mampu dimanfaatkan timnas Indonesia.

Selain itu, pemain Brunei tidak mampu mempertahankan struktur pertahanan mereka, apalagi ketika Indonesia memindahkan bola dari satu sisi ke sisi yang lainnya (switch play). Dalam beberapa momen bahkan Edo yang beroperasi di sisi kiri mendapatkan ruang cukup lebar sehingga leluasa mengirimkan umpan-umpan silang ke dalam kotak penalti Brunei.

Gambar 3 - Ilustrasi Struktur Pertahanan Brunei yang Sangat Rentan

Ilustrasi di atas menunjukan ketika bola berada di sisi kanan timnas Indonesia, struktur pertahanan Brunei seketika menjadi tidak seimbang. Egy dan Spaso yang mendekat ke arah Asnawi memancing tiga hingga empat pemain Brunei untuk bergeser. Akibatnya Edo yang menjaga kelebaran di sisi kiri mendapat ruang yang sangat luas sehingga Abimanyu dengan umpan panjangnya bisa mengakses Edo dan mendapatkan satu peluang.

Maka tidak heran jika sebagian besar gol yang dicetak Garuda berasal dari sisi sayap. Bahkan, enam dari tujuh gol Indonesia berasal dari asis seorang bek sayap. Edo menjadi pemain dengan asis terbanyak dalam pertandingan ini dengan catatan tiga asis.

Akurasi Umpan Tinggi

Setiap pelatih tentu menyiapkan berbagai rencana taktik sebelum pertandingan dimulai. Berdasarkan kualitas pemain yang mereka punya serta analisis kelemahan dan kekuatan lawan, seorang pelatih tidak akan menyiapkan satu strategi saja. Tapi, apapun strategi yang direncanakan tidak akan berjalan efektif jika para pemain bermain dengan akurasi umpan rendah.

Pada pertandingan ini, timnas Indonesia berhasil mencatatkan akurasi umpan sebesar 84,2 persen. Capaian tersebut cukup untuk menjalankan taktik Shin Tae-yong yang bertujuan mencetak gol sebanyak mungkin. Angka tersebut sangat terlihat di lapangan. Brunei yang pada awal pertandingan mencoba menekan, justru gagal sebab timnas Indonesia mampu lepas dari tekanan dengan umpan-umpan yang akurat.

Tujuh gol yang dicetak oleh tim besutan Shin Tae-yong tersebut berasal dari skema yang tersusun. Kombinasi dari sisi sayap. keberanian para gelandang dan penyerang untuk menusuk ke dalam kotak penalti, dan pengendalian bola di ruang-ruang sempit menjadi senjata utama timnas Indonesia di pertandingan ini.

Transisi yang Lambat dan Kurang Disiplin

Kendati pesta gol, timnas Indonesia masih memiliki banyak kelemahan yang sangat berbahaya. Apalagi ketika bertemu lawan yang lebih kuat. Salah satunya adalah transisi dari menyerang ke bertahan yang lambat dan kurang disiplin.

Meski digempur habis-habisan, Brunei ternyata berhasil mengancam gawang Nageo. Tercatat ada delapan tembakan yang berhasil dilesatkan yang empat diantaranya menemui sasaran. Proses terjadinya peluang tersebut bukan dari momen tak terduga, tapi melalui skema yang teratur. Hal ini menunjukan bahwa pertahanan timnas Indonesia masih gagap dalam mengantisipasi serangan balik lawan.

Masalah ini terlihat jelas karena taktik yang Shin terapkan menugaskan dua bek sayap untuk aktif menyerang. Pada situasi ini, tanggung jawab pertahanan berada di dua bek tengah dan

Irianto sebagai gelandang bertahan. Tapi, bukan berarti pemain lain lepas dari tanggung jawab. Asnawi dan Edo wajib segera kembali ke posisinya ketika serangan gagal dan lawan berhasil merebut bola.

Pada pertandingan ini, beberapa kali para bek sayap terlambat turun. Akibatnya, beberapa kali Irianto terpaksa melakukan pelanggaran untuk menghentikan serangan balik lawan. Beruntung Brunei sering salah ambil keputusan ketika mereka berhasil melancarkan serangan balik. Akan berbeda ceritanya jika Brunei memiliki penyerang yang klinis dan memiliki insting mencetak gol tinggi.

Shin perlu mengevaluasi kedisiplinan dan kecepatan anak asuhnya pada situasi transisi negatif (dari menyerang ke bertahan). Mengingat mereka akan melakoni laga penting menjamu Thailand. Jika tidak, peluang Indonesia untuk lolos ke babak semifinal terancam pupus.

Masih Jauh dari Kata Klinis

Permasalahan yang tampak jelas ketika melawan Kamboja ternyata belum terpecahkan. Pada pertandingan tersebut, timnas Indonesia hanya mencetak dua gol dari 20 tembakan yang dilesatkan. Kali ini, mereka hanya mencetak tujuh gol dari 33 tembakan. Memang terlihat ada peningkatan tapi perlu diingat bahwa Brunei bermain dengan 10 orang selama 52 menit.

Jika diperhatikan lebih jauh, timnas Indonesia hanya mencetak satu gol ketika Brunei masih bermain dengan 11 orang. Hal ini menunjukan bahwa Brunei mampu menahan serangan Indonesia. Bahkan, mereka berani menekan hingga membuat Ridho hampir melakukan blunder yang berujung gol.

Selain itu, rencana Shin dari awal memang mengincar serangan dari sisi sayap. Meski terkesan berhasil, dari sisi efektivitas ternyata belum maksimal. Total ada 26 umpan silang yang dilepaskan tapi hanya delapan umpan yang sukses diterima. Hal ini menunjukan bahwa rencana Shin untuk menyuplai bola melalui umpan silang belum efektif.

Komentar