Bongkar Pertahanan Brunei dengan Kecepatan

AFF

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bongkar Pertahanan Brunei dengan Kecepatan

Tim nasional (timnas) Indonesia akan melakoni laga tandang pertamanya melawan Brunei Darussalam. Pertandingan ini akan dihelat di Kuala Lumpur Football Stadium pada hari Senin (26/12). Laga ini merupakan pertemuan pertama antara Indonesia dengan Brunei dalam ajang Piala AFF.

Saat ini, timnas Indonesia duduk di peringkat ketiga klasemen sementara Grup A dengan torehan tiga poin namun hanya surplus satu gol. Mereka terpaut selisih gol dari pemuncak klasemen dan Filipina yang duduk di peringkat kedua. Maka dari itu, laga ini sangat penting bukan hanya soal kemenangan, tapi juga jumlah gol yang mampu dicetak sang Garuda.

Misi tersebut tidak akan mudah karena ada beberapa pemain yang terancam absen. Pratama Arhan dan Witan Sulaeman terindikasi cedera pada laga sebelumnya. Di kubu lawan, Brunei tidak memiliki masalah kebugaran pemain. Kemungkinan besar, mereka bisa tampil dengan kekuatan terbaiknya.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Brunei dan Indonesia

Kelemahan Brunei

Sebelas gol dari dua pertandingan jelas menunjukan bahwa masalah utama tim besutan Mario Rivera adalah lini pertahanan. Bermain dengan struktur pertahanan 4-4-2 membuat jarak antar pemain merenggang ketika lawan memindahkan bola dari satu sisi ke sisi lainnya. Selain itu, unit pertahanan Brunei terlalu mudah terdisorganisasi akibat minimnya koordinasi antar pemain.

Ketika menyerang, Brunei memiliki masalah dalam aspek kreativitas. Dua gelandang yang dipasang mengemban beban berat karena area yang harus dijaga sangat besar. Mario Rivera sering memulai serangan dari area sayap. Tapi, minimnya dukungan dari pemain tengah dan bek sayap yang terlalu pasif membuat serangan tidak efektif.

Berdasarkan kelemahan tersebut, diperkirakan Shin akan banyak mengeksploitasi lini sayap tapi mengincar tembakan dari sekitar kotak penalti atau mengandalkan umpan silang yang diakhiri dengan sundulan. Jika demikian, terdapat beberapa catatan yang perlu dipersiapkan.

Meringankan Beban Klok dan Membebaskan Area Sayap

Pada pertandingan pertama, Shin Tae-yong menurunkan Marc Klok, Ricky Kambuaya, dan Marselino Ferdinan, di lini tengah dalam skema 4-1-4-1. Kambuaya dan Marselino praktis lebih sering berdiri di belakang Muhammad Rafli dan mengisi ruang antara lini belakang dan lini tengah lawan. Distribusi bola diserahkan kepada Klok yang berperan sebagai deep lying playmaker. Hasilnya cukup positif dengan catatan 16 peluang meski hanya dua tembakan yang berbuah gol.

Masalah utama dari rencana tersebut adalah beban Klok yang terlalu berat. Selain bertugas membagi bola dan memulai serangan, Klok juga bertanggung jawab dalam memutus serangan lawan. Gelandang milik Persib Bandung tersebut melakukan dua tugas berat tersebut dengan cukup baik di babak pertama. Tapi, ia mulai kewalahan ketika laga memasuki babak kedua. Hal ini menunjukan bahwa akan lebih bijaksana jika ada satu pemain yang berdiri di samping Klok.

Jika demikian, Shin bisa memainkan Rachmat Irianto sebagai gelandang bertahan sehingga meringankan beban Klok. Rian fokus mengatur unit pertahanan dan mengantisipasi serangan lawan sementara Klok bebas untuk berkreasi di lini serang bersama Kambuaya atau Marselino.

Selain membebaskan Klok, kehadiran Irianto memberikan keleluasaan bagi dua bek sayap untuk ikut menyerang. Ia cukup cermat dalam menutup ruang-ruang kosong yang ditinggalkan rekan-rekannya. Harapannya, ketika Asnawi dan Arhan overlap, mereka bisa lebih nyaman dan tidak terlalu khawatir dengan ruang yang mereka tinggalkan sebab ada Irianto yang siap menutup ruang tersebut.

Pentingnya Memilih Penyerang

Shin memanggil empat penyerang dari total 23 pemain yang berkompetisi di Piala AFF 2022. Mereka adalah Muhamad Rafli, Ilija Spasojevic, Dendy Sulistiawan, dan Ramadhan Sananta. Dari empat penyerang tersebut memiliki karakter yang berbeda. Rafli memiliki keunggulan untuk menjadi penyerang pembuka ruang, Spaso bertipe target man, Dendy unggul dalam kecepatan, sementara Sananta memiliki mobilitas tinggi, berani berduel, dan penuh determinasi.

Rafli mendapat kesempatan tampil pertama. Ia ditugaskan untuk menjadi penyerang pembuka ruang. Meski tidak mencetak gol, Rafli berkontribusi terhadap gol kedua Indonesia ke gawang Kamboja. Berkat pergerakannya ke arah tengah, berhasil menarik satu pemain belakang Kamboja dan memberikan ruang untuk Marselino di sisi kiri pertahanan lawan.

Spaso dan Dendy mendapat kesempatan di babak kedua. Namun, penurunan perfoma timnas Indonesia di babak kedua membuat Dendy dan Spaso sulit mendapatkan bola. Oleh karena itu, diperkirakan Spaso dan Dendy akan memberikan kontribusi berbeda jika bermain sejak menit pertama.

Jika melihat dari karakter pertahanan Brunei. Spaso dan Sananta lebih cocok dengan kelemahan mereka. Spaso bisa menjadi seorang target man di dalam kotak penalti. Egy, Witan, Asnawi, dan Yakob (jika Arhan absen) yang beroperasi di area sayap memiliki kemampuan mengirimkan umpan silang akurat ke arah Spaso.

Terlebih, Brunei tidak memiliki bek tengah yang memiliki keunggulan fisik melebihi Spaso, sehingga memaksa mereka untuk menjaga Spaso dengan dua pemain. Sementara Sananta yang memiliki mobilitas dan determinasi diharapkan bisa menghancurkan struktur pertahanan Brunei. Selain itu, kehadiran Kambuaya dan Klok di lini serang bisa menjadi kombinasi sempurna untuk mengakses kotak penalti lawan.

Komentar