Cara Prancis Meredam Serangan Balik Maroko yang Telah Menelan Banyak Korban

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cara Prancis Meredam Serangan Balik Maroko yang Telah Menelan Banyak Korban

Perjalanan Maroko menumbangkan para raksasa akan berlanjut di babak semifinal melawan Prancis. Berbeda dengan dua semifinalis lain, Prancis dan Maroko lolos ke babak semifinal tanpa harus melalui babak tambahan atau adu penalti. Les Bleus bertekad untuk menjadi finalis Piala Dunia dalam dua edisi berturut-turut sementara Maroko mengincar sejarah sebagai tim Afrika pertama yang lolos ke babak final. Laga yang akan dihelat pada hari Kamis (15/2) dini hari di Al Bayt Stadium tersebut akan dipimpin oleh Cesar Arturo Ramos Palazuelos.

Pertandingan ini akan menjadi pertemuan pertama kedua tim dalam ajang Piala Dunia. Sebelumnya, mereka telah bertemu sebanyak lima kali dalam laga persahabatan. Hasilnya, Prancis meraih empat kemenangan dan satu kali imbang. Fakta tersebut menunjukan bahwa Prancis belum pernah kalah dari Maroko.

Situasi sulit sedang menyelimuti kubu Singa Atlas karena beberapa pemain pilar dipastikan absen. Nayef Aguerd, Romain Saiss, dan Noussair Mazraoui menepi akibat cedera. Tidak hanya itu, Walid Cheddira juga tidak akan memperkuat tim karena harus menjalani hukuman pasca menerima kartu merah pada pertandingan sebelumnya. Walid Regragui harus memutar otak untuk menemukan komposisi pemain yang paling tepat.

Di kubu seberang, Prancis jauh lebih leluasa dalam memilih pemain karena tidak ada pemain yang menepi akibat cedera atau menjalani hukuman. Kendati demikian, kemungkinan besar Didier Deschamps akan tetap menggunakan formasi dasar 4-3-3 yang telah ia pakai sejak laga pertama Piala Dunia 2022. Jika Deschamps ingin melakukan perubahan, ia bisa mengganti Jules Kounde dengan Benjamin Pavard yang sering membantu serangan melalui sisi lapangan.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Prancis dan Maroko

Di atas kertas, Prancis tentu lebih diunggulkan. Dari sisi kualitas individu, mereka memiliki Kyllian Mbappe yang menjadi pencetak gol terbanyak dengan lima gol. Selain itu, Les Blues memiliki Antoine Griezmann yang menjadi penyumbang asis terbanyak yaitu tiga asis. Dari sisi kualitas tim, Prancis tercatat sebagai tim dengan shots per game terbanyak diantara tiga semifinalis lain (15,6 shots per game) dengan efektivitas mencapai 14 persen.

Walaupun demikian, lawan Prancis adalah tim dengan pertahanan terbaik di Piala Dunia 2022 sejauh ini. Gawang sang Singa Atlas belum pernah terbobol oleh kaki lawan. Satu gol yang bersarang berasal dari gol bunuh diri.

Selain memiliki pertahanan yang kokoh, Maroko secara tidak langsung membuat Prancis khawatir atas apa yang mereka tunjukan kala melawan Spanyol dan Portugal. Serangan balik yang menjadi senjata utama Regragui terbukti efektif dan konsisten di setiap pertandingan. Belgia, Spanyol, dan Portugal adalah tiga raksasa yang menjadi korban.

Prancis tentu tidak ingin menjadi korban selanjutnya. Tapi, apa yang harus mereka lakukan agar Maroko tidak bisa memaksimalkan senjata utamanya sekaligus mengakhiri “Cerita Cinderella” dari benua Afrika.

Meninggalkan Tiga Pemain

Prancis diperkirakan akan lebih banyak menguasai bola. Terbukti dalam lima pertandingan sebelumnya mereka mencatatkan rata-rata penguasaan bola mencapai 55 persen. Selain itu, sang lawan bukan tim yang mengincar penguasaan bola. Maroko hanya memiliki rataan penguasaan bola sebesar 32 persen.

Bermodal penguasaan bola, Prancis memiliki kesempatan mencetak gol lebih banyak apalagi jika dipadukan dengan kreativitas. Sejauh ini, Les Bleus memiliki tiga pemain dengan umpan kunci terbanyak di antara semua pemain : Griezmann (16 umpan), Dembele (11 umpan), dan Theo Hernandez (11 umpan). Keberadaan tiga pemain tersebut menjadi andalan utama Prancis untuk menciptakan peluang. Tantanganya hadir dari sisi efektivitas. Jika Prancis mampu menciptakan banyak peluang dengan efektivitas tinggi, jangan heran jika gawang Yassine Bounou porak poranda.

Risiko terbesar bagi tim yang lebih banyak menguasai bola adalah serangan balik. Apalagi tim yang akan mereka hadapi adalah Maroko yang terang-terangan mengandalkan serangan balik di setiap pertandingan. Oleh karena itu, Deschamps perlu menaruh perhatian khusus untuk mengantisipasi serangan balik sang Singa Atlas.

Salah satu cara yang bisa Deschamps gunakan adalah meninggalkan tiga pemain belakang ketika Prancis berhasil menguasai bola di area pertahanan lawan. Tiga pemain tersebut akan bertugas untuk mengantisipasi serangan balik.

Jika Deschamps kembali menggunakan asymmetrical defensive line (garis pertahanan tidak simetris : salah satu posisi bek sayap ditempati oleh pemain dengan posisi natural bek tengah), maka Kounde, Raphael Varane, dan Dayot Upamecano merupakan pilihan paling tepat untuk mengemban tugas tersebut. Tapi, jika Pavard mengisi bek kanan, maka tugas tersebut bisa diserahkan kepada Varane, Upamecano, dan Aurelien Tchouameni.

Taktik tersebut cocok digunakan karena serangan balik Maroko tertuju pada kedua sayap, antara Hakim Ziyech atau Sofianne Boufal. Dengan hadirnya tiga pemain tersebut, harapanya bisa mengantisipasi umpan panjang yang tertuju kepada Ziyech atau Boufal sebab dalam suatu serangan balik dengan tempo cepat kemungkinan besar hanya mengandalkan dua hingga tiga pemain saja. Dengan demikian, jumlah pemain belakang yang menghadapi serangan balik seimbang dengan jumlah pemain lawan yang melancarkan serangan balik.

Jika rencana ini berhasil dilakukan, kemungkinan besar Regragui akan menambah pemain yang unggul dalam kecepatan. Tujuannya, untuk menambah jumlah pemain yang turut serta pada situasi transisi dari bertahan dan menyerang. Jika Maroko berhasil menciptakan situasi empat lawan tiga pada proses serangan balik, bukan tidak mungkin mereka bisa mencuri gol ke gawang Hugo Lloris.

Komentar