Siapapun Pemenangnya, Van Gaal dan Scaloni Aktor Utamanya

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Siapapun Pemenangnya, Van Gaal dan Scaloni Aktor Utamanya

Argentina melaju ke babak semi final setelah menundukan Belanda dalam drama adu penalti pada hari Sabtu (10/12) pukul 02.00 WIB di Lusail Iconic Stadium. Emiliano Martinez tampil sebagai pahlawan atas keberhasilannya menepis dua eksekutor penalti De Oranje. Tim Tango akan menghadapi Kroasia di semifinal.

Louis van Gaal tetap menggunakan formasi dasar 3-4-1-2, tapi dengan komposisi pemain berbeda dari pertandingan sebelumnya. Steven Bergwijn bermain sejak menit pertama untuk mendampingi Memphis Depay di lini depan. Van Gaal juga mencadangkan Davy Klaassen dan menyerahkan tugasnya kepada Cody Gakpo.

Di kubu lawan, Argentina turun dengan banyak perubahan. Lionel Scaloni bermain dengan formasi dasar 5-3-2 yang belum pernah ia gunakan selama Piala Dunia Qatar 2022. Nicolas Otamendi, Christian Romero, dan Lautaro Martinez bermain bersama sebagai tiga bek tengah. Di depan, Scaloni hanya memasang dua penyerang yaitu Lionel Messi dan Julian Alvarez. Keputusan ini bertujuan untuk mengimbangi Belanda yang sangat mengandalkan sayap dan lebar lapangan.

Gambar 1 - Sebelas Pertama Belanda dan Argentina

Laga berjalan dengan tensi tinggi. Kedua tim berusaha mengambil alih penguasaan bola sehingga terjadi banyak duel. Tercatat ada 155 duel dan 48 pelanggaran selama 120 menit laga berjalan. Maka tidak heran jika Antonio Mateu mengeluarkan delapan kartu kuning dan satu kartu merah untuk De Oranje dan delapan kartu kuning untuk La Albiceleste.

Selain tensi tinggi, pertandingan ini mempertontonkan pertarungan yang seimbang. Babak pertama, Argentina lebih sering mengancam dengan catatan lima tembakan yang tiga di antaranya mengarah ke gawang sementara Belanda hanya satu tembakan yang tidak tepat sasaran. Babak kedua, Belanda unggul penguasaan bola (61,8%) dan jauh lebih mengancam gawang Emi Martinez dengan catatan empat tembakan dan dua tembakan tepat sasaran. Terpaut jauh dari Argentina yang hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran.

Tidak hanya itu, pertandingan ini menunjukan pentingnya perubahan dan adaptasi yang tepat dari seorang pelatih. Scaloni sudah melakukan hal tersebut sejak menit pertama. Tapi, Van Gaal juga menunjukan kapabilitasnya sebagai pelatih senior hingga mampu menyamakan ketertinggalan dua gol.

Perubahan Scaloni Berbuah Dua Gol

Keputusan Scaloni mengubah formasi dasar dari 4-3-3 menjadi 5-3-2 dari awal pertandingan bukan tanpa alasan. Berdasarkan apa yang ditunjukan Belanda kala memulangkan Amerika Serikat membuatnya sadar bahwa senjata utama Van Gaal adalah sisi sayap dan pemanfaatan lebar lapangan. Dengan demikian, lima bek yang dipasang mampu mengimbanginya tanpa merusak struktur pertahanan. Jika tetap menggunakan empat bek, maka struktur pertahanan lebih rentan ketika merenggang untuk menjaga Denzel Dumfries dan Daley Blind yang selalu mengincar tiang jauh.

Gambar 2 - Ilustrasi Jika Argentina Tetap Menggunakan 4-3-3 (kiri) dan Jika Argentina Berubah ke 5-3-2 (kanan)

Ilustrasi di atas bisa menunjukkan bahwa keputusan Scaloni sangat tepat. Jika ia tetap menggunakan 4-3-3 (gambar kiri) akan terjadi situasi kalah jumlah pemain di kedua sayap. Ketika salah satu bek tengah ikut melebar, akan tercipta ruang di tengah yang bisa dimanfaatkan Gakpo.

Dengan 5-3-2, Dumfries dan Blind yang mengisi area flank akan selalu berhadapan dengan dua bek sayap Argentina. Sementara area half space yang diisi Bergwijn dan Depay dikawal oleh Lisandro Martinez dan Romero. Gakpo juga tidak leluasa bergerak karena berhadapan satu lawan satu dengan Otamendi.

Situasi ini terjadi sepanjang babak pertama. Beruntung babak kedua Argentina mendapatkan hadiah penalti ketika Dumfries melanggar Marcos Acuna. Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang dilakukan Scaloni sangat efektif melemahkan senjata utama Belanda, mendominasi penguasaan bola, dan mencetak gol.

Adaptasi Van Gaal Menyamakan Kedudukan

Van Gaal sadar bahwa dalam kondisi tertinggal, ia harus menambah ketajaman dan kreativitas di lini tengah. Solusinya adalah mengganti Steven Bergwijn dan Marten de Roon dengan Steven Berghuis dan Teun Koopmeiners pada awal babak kedua. Dilanjutkan dengan menarik keluar Daley Blind dan memasukkan Luuk de Jong.

Tiga pergantian ini mengubah struktur Belanda dari 3-5-2 menjadi 4-3-3. Tujuannya dua, yakni mengambil alih penguasaan bola dan all out attack. Keputusan ini tidak berdampak secara instan. Belanda justru semakin tertinggal akibat gol kedua Argentina dari titik putih.

Oleh karena itu, Van Gaal memasukkan Wout Weghorst untuk mengganti Depay dan mengubah formasi jadi 4-4-2. Pada situasi ini, Van Gaal memiliki dua penyerang yang memiliki keunggulan fisik yang kuat dalam duel udara. Berghuis dan Gakpo yang digeser ke sayap lebih sering mengirimkan umpan tinggi untuk disambut De Jong atau Weghorst.

Perubahan dan adaptasi yang Van Gaal terapkan baru berbuah hasil ketika laga tersisa tujuh menit waktu normal. Gol pertama Weghorst berawal dari umpan silang Berghuis dari sisi kiri pertahanan Argentina. Gol kedua Weghorst pun berawal dari pelanggaran yang terpaksa dilakukan German Pezella kepada Weghorst ketika berduel di udara. Berkat dua gol tersebut, Belanda berhasil menyamakan kedudukan dan memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan.

Scaloni merespon dengan memasukan Di Maria pada menit ke-112 sehingga mengubah struktur Argentina kembali ke 4-3-3. Keputusan ini menunjukan bahwa Scaloni menginginkan gol ketiga dan menutup pertandingan tanpa harus adu penalti. Sayangnya, rencana Scaloni tidak berjalan sesuai harapan sehingga skor tidak berubah hingga babak tambahan kedua usai.

Komentar