Ziyech dan Hakimi, Calon Mimpi Buruk La Furia Roja

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ziyech dan Hakimi, Calon Mimpi Buruk La Furia Roja

Maroko sebagai juara Grup F ditantang oleh Spanyol di babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022. Laga akan dihelat pada hari Selasa (6/12) pukul 22.00 di Education City Stadium, Al-Rayyan, Qatar. Wasit asal Argentina, Fernando Rapallini, akan memimpin pertandingan yang sangat menentukan nasib kedua tim.

Maroko dan Spanyol pernah bertemu pada Piala Dunia 2018. Mereka bertemu pada Fase Grup dan berakhir dengan hasil imbang 2-2. Walaupun demikian, sebagian besar skuad Spanyol pada saat itu tidak lagi bermain di Piala Dunia edisi sekarang. Dari 23 nama dalam skuad Spanyol di Rusia, hanya Dani Carvajal, Jordi Alba, Cesar Azpilicueta, Sergio Busquets, Marco Asensio, dan Koke yang tersisa.

Kedua tim dipastikan bisa menurunkan skuad terbaiknya. Tidak ada pemain cedera dan tidak ada yang menjalani hukuman. Dengan demikian, masing-masing pelatih memiliki keleluasaan untuk merancang taktik paling jitu untuk menumbangkan lawannya. Hal ini membuat pertandingan semakin menarik karena penonton akan menyaksikan dua tim dengan kekuatan terbaik.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Maroko dan Spanyol

Di kubu La Furia Roja, Marco Asensio kemungkinan akan dipilih sebagai penyerang tengah. Ia memiliki kecepatan dan determinasi yang berguna saat menyerang atau menerapkan high press bersama Dani Olmo dan Ferran Torres. Aymeric Laporte kemungkinan besar kembali menemani Rodri di lini belakang.

Sementara di kubu Singa Atlas, kemungkinan besar akan tampil dengan komposisi pemain yang sama ketika menghadapi Kanada di fase grup. Memasang dua bek sayap yang rajin membantu serangan, tiga gelandang tengah yang fokus untuk distribusi bola, dan tiga penyerang yang lebih sering melebar. Pelatih Walid Regragui kemungkinan besar tidak akan mengambil risiko besar dengan melakukan rotasi atau perubahan secara makro pada komposisi pemain.

Meskipun Spanyol unggul dalam kualitas individu pemain, pelatih, pengalaman, dan jam terbang di Piala Dunia, mereka bukan tim yang tidak bisa dikalahkan. Pada pertandingan terakhir, Jepang mampu membalikan keadaan dan menggusur Spanyol dari puncak klasemen Grup E.


Kejadian tersebut berpotensi terulang kembali karena Maroko memiliki kekuatan yang mirip dengan Jepang, yaitu kecepatan di area sayap. Hakim Ziyech dan Achraf Hakimi adalah calon mimpi buruk bagi La Furia Roja.

Selalu Berdekatan

Maroko diisi oleh pemain yang mayoritas bemain di luar liga lokal. Oleh karena itu, mereka tidak kekurangan pengetahuan tentang gaya bermain negara-negara di benua lain. Tidak hanya itu, mereka memiliki beberapa pemain yang punya pengalaman lebih banyak berkompetisi di Benua Eropa seperti Ziyech dan Hakimi.

Maka, tidak heran jika dua pemain ini menjadi aktor utama dalam babak fase grup, terutama dalam proses menciptakan gol. Sama-sama bermain di sisi kanan, Ziyech dan Hakimi bermain cukup padu. Kombinasi dari dua pemain ini telah menghasilkan satu gol dan dua asis untuk timnas Maroko di Piala Dunia 2022.

Gambar 2 - Rata-Rata Posisi Timnas Maroko Ketika Melawan Kroasia (kiri), Belgia (tengah), dan Kanada (kanan)

Sumber : WhoScored

Ilustrasi di atas menunjukan rata-rata penempatan posisi pemain Maroko pada tiga pertandingan fase grup. Hampir semua pemain berdiri di posisi yang berbeda, tapi tidak dengan Hakimi dan Ziyech yang cenderung selalu berdekatan.

Penempatan posisi Ziyech dan Hakimi juga menunjukkan ada peran spesifik yang diberikan Regragui. Hakimi ditugaskan untuk mengisi area flank sementara Ziyech yang sedikit ke tengah diperkenankan untuk leluasa melepaskan umpan silang dari half space, penetrasi ke kotak penalti, atau melakukan cut inside yang diakhiri dengan tembakan.

Peran ini akan menyulitkan sisi kiri pertahanan Spanyol yang dikawal Jordi Alba. Pemain berusia 33 tahun tersebut kemungkinan besar akan kewalahan jika harus mengawal Ziyech dan Hakimi sekaligus. Terutama dalam situasi transisi dari menyerang ke belakang.

Luis Enrique punya opsi untuk mengantisipasi situasi tersebut. Salah satu caranya adalah dengan memasang dua gelandang bertahan dengan konsekuensi kehilangan satu gelandang kreatif. Atau menugaskan salah satu bek sayap untuk tidak terlalu terlibat dalam aksi menyerang. Tujuannya adalah mempertahankan minimal tiga pemain di belakang pada situasi menyerang untuk mengantisipasi serangan balik.

Incar Tendangan Bebas

Jika Maroko gagal mendominasi penguasaan bola, salah satu kesempatan terbesar mereka mencetak gol adalah melalui tendangan bebas karena mereka cukup berbahaya ketika mengeksekusi tendangan bebas. Salah satu buktinya adalah pada ajang Piala Afrika tahun 2021. Mereka menjadi tim dengan jumlah gol dari bola mati terbanyak (3 gol). Dua diantara tiga gol tersebut berasal dari kaki Hakimi.

Selain Hakimi, ada Ziyech yang tidak kalah tajam ketika menjadi eksekutor bola mati. Pada dua musim terakhirnya membela Ajax, Ziyech melepaskan 23 tembakan dari tendangan bebas yang tujuh diantaranya berbuah gol. Ia juga menjadi eksekutor sepak pojok.

Cara yang bisa Maroko lakukan untuk mendapatkan set piece adalah cerdik dalam melakukan serangan balik. Pada tiga laga terakhir, Spanyol selalu mendominasi penguasaan bola dengan rataan 76 persen sehingga peluang besar Maroko hadir melalui serangan balik. Pada situasi tersebut, mereka bisa mamancing pemain Spanyol untuk melakukan pelanggaran karena tim besutan Luis Enrique tersebut tidak memiliki pemain cepat di lini belakang.

Biasanya, pemain Spanyol yang ditugaskan mengantisipasi serangan tersebut adalah Rodri, Sergio Busquets, dan Laporte yang tidak unggul dalam hal kecepatan. Harapannya, mereka melakukan pelanggaran di dekat kotak penalti ketika kalah adu kecepatan. Perlu diingat bahwa reaksi natural seorang pemain jika kalah adu kecepatan adalah menghentikan laju lawan, bukan bola.


Spanyol berkedudukan sebagai tim yang diunggulkan, tapi dari apa yang Maroko tampilkan di babak grup, mereka jelas kuda hitam paling cepat. Kelemahan di sektor bek sayap yang terlihat jelas pada laga terakhir wajib dibenahi oleh Enrique. Jika tidak, langkah La Furia Roja ke perempat final dipastikan sirna.

Komentar