Kaki Cepat Ritsu Doan dan Kaoru Mitoma Memakan Korban Baru

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kaki Cepat Ritsu Doan dan Kaoru Mitoma Memakan Korban Baru

Jepang lolos ke babak 16 besar dengan status juara Grup E. Samurai Biru mengalahkan Spanyol dengan skor 2-1. La Furia Roja mampu unggul lebih dulu berkat sundulan Alvaro Morata (11’). Tapi keadaan berbalik berkat gol Ritsu Doan (48’) dan Ao Tanaka (51’). Meski kalah, Spanyol tetap lolos sebagai runner-up karena unggul selisih gol dari Jerman.

Seperti yang telah dibahas dalam pratinjau pertandingan, Jepang menggunakan skema tiga bek sejak awal laga. Maya Yoshida, Shogo Taniguchi, dan Ko Itakura mengisi pos bek tengah. Yuto Nagatomo sebagai salah satu pemain senior dipercaya untuk mengawal sisi kiri pertahanan. Di tengah, Wataru Endo hanya duduk di bangku cadangan digantikan oleh Hidemasa Morita.

Di kubu lawan, Luis Enrique melakukan beberapa rotasi tanpa mengubah formasi dasar. Ia tetap bermain dengan 4-3-3 dengan Sergio Busquets, Pedri, dan Gavi sebagai pengatur tempo di lini tengah. Nico Williams dipercaya bermain sejak menit pertama begitu juga dengan Alejandro Balde yang pada pertandingan sebelumnya masuk dari bangku cadangan. Tidak hanya itu, bek tengah Villareal, Pau Torres, dipercaya mendampingi Rodrigo sebagai bek tengah menggantikan Aymeric Laporte.

Gambar 1 - Susunan Pemain Jepang dan Spanyol

Sumber : SofaScore

Sejak awal laga, Jepang membentuk struktur bertahan 5-4-1 menyisakan Daizen Maeda di lini depan. Mereka lebih banyak menunggu di babak sendiri dengan garis pertahanan menengah. Hal ini bertujuan untuk mempersempit ruang antara lini belakang dan lini tengah yang berpotensi menjadi celah yang akan dimanfaatkan oleh Alvaro Morata, Pedri, dan Gavi.

Keputusan ini berdampak pada Spanyol yang mampu mendominasi penguasaan bola. Pada babak pertama saja, La Furia Roja memperoleh 83 persen penguasaan bola. Tidak hanya itu, penguasaan bola yang mereka lakukan sering di lakukan di area lawan sehingga tercipta tiga tembakan yang melesat ke gawang Shuichi Gonda. Hal tersebut juga menjadi sebab Spanyol unggul pada babak pertama.

Memasuki babak kedua, Hajime Moriyasu memasukan dua pemain cepat, Doan dan Kaoru Mitoma menggantikan Nagatomo dan Takefusa Kubo. Keputusan tersebut berbuah manis. Doan menyamakan kedudukan melalui tembakan kerasnya pada menit ke-48 sementara Mitoma mengirimkan asis penting untuk gol Tanaka pada menit ke-51. Keunggulan Jepang bertahan hingga peluit panjang disambut dengan selebrasi meriah bersama pendukung yang datang ke Khalifa International Stadium.

Kekalahan Spanyol menunjukan bahwa masih banyak masalah yang harus segera diselesaikan oleh Enrique. Di sisi lain, tim yang lolos ke babak 16 besar perlu mewaspadai kekuatan Jepang yang mengalahkan dua raksasa besar Grup E.

Bek Sayap Spanyol yang Terlalu Rentan

Jepang untuk pertama kalinya bermain dengan 3-4-3 dari menit pertama. Sebelumnya, Moriyasu konsisten dengan 4-3-3- atau 4-3-2-1 dengan memasangkan Endo dan Kamada sebagai dua poros. Tujuan skema ini adalah untuk memperkuat lini tengah dan mendominasi penguasaan bola. Sayangnya, rencana tersebut selalu gagal dan tidak menghasilkan gol.

Pada pertandingan ini, Moriyasu tidak lagi ragu untuk memasang formasi dasar 3-4-3 dengan menempatkan Shiogo Taniguchi sebagai bek tengah bersama Yoshida dan Itakura. Keputusan ini bertujuan untuk menambah pemain di lini belakang sekaligus menciptakan keunggulan jumlah pemain di sisi sayap. Sang pelatih sadar bahwa peluang terbesar mencetak gol akan datang dari sisi sayap.


Gambar 2 - Heatmap Sentuhan Pemain Jepang dan Spanyol

Sumber : WhoScored

Jika bercermin pada ilustrasi di atas, terlihat jelas bahwa satu-satunya area yang diincar Jepang adalah sayap. Mereka hampir tidak pernah menguasai bola di depan kotak penalti Spanyol. Maka tidak heran jika empat dari enam tembakan yang diluncurkan Samurai Biru berasal dari sisi sayap.

Hal ini menunjukan bahwa bek sayap milik Enrique sangat rentan. Pada pertandingan ini, ia menurunkan seluruh bek sayap yang ia miliki. Mantan pelatih Barcelona tersebut memulai laga dengan Balde dan Azpilicueta. Babak kedua, Carvajal menggantikan Azpi pada menit ke-46. Kemungkinan besar keputusan ini diambil untuk mengantisipasi stamina yang terkuras pada babak pertama, mengingat Azpi tidak lagi berusia muda. Keputusan ini berlanjut pasca Spanyol tertinggal, Enrique menarik Balde dan memasukan Alba pada menit ke-68.

Usaya Enrique tidak berhasil memperbaiki kerentanan di sisi sayap. Pada aspek menyerang, mereka tidak memberikan kontribusi besar karena Jepang sangat disiplin menjaga areanya dan selalu memenangkan duel kecepatan melawan bek sayap milik Enrique ketika melakukan overlap.

Masalah ini perlu segera diselesaikan jika Spanyol ingin melangkah lebih jauh di fase gugur. Salah satu caranya adalah dengan memberi kesempatan kepada Eric Garcia bermain sebagai bek kanan yang lebih fokus pada pertahanan atau bergerak ke tengah sebagai inverted fullback untuk mendukung Busquets. Di sayap kiri, Alba tetap menjadi pilihan utama karena Balde terlalu rentan dengan usianya yang masih muda.

Kaki Cepat Ritsu Doan dan Kaoru Mitoma

Hingga akhir laga, Jepang hanya mencatatkan 18 persen penguasaan bola. Perolehan tersebut mencetak rekor baru sebagai tim yang meraih kemenangan di pertandingan Piala Dunia dengan penguasaan bola terendah sepanjang sejarah. Capaian ini tidak muncul begitu saja. Moriyasu sejak awal memang tidak mengincar penguasaan bola, tapi ia lebih mengandalkan daya kejut dari sisi sayap untuk mencetak gol ke gawang Unai Simon.

Daya kejut tersebut hadir dari kaki Ritsu Doan dan Kaoru Mitoma. Mereka masuk pada awal babak kedua. Setelah mereka masuk, Jepang yang pada babak pertama lebih sering menunggu di babak sendiri tiba-tiba melancarkan high press yang sangat ketat dengan empat sampai lima pemain. Doan dan Mitoma beroperasi di sayap kiri dan kanan dengan tenaga yang masih segar menekan kedua bek sayap Spanyol dengan intensitas tinggi.

Rencana ini menghasilkan dua gol yang tidak lepas dari peran kedua pemain tersebut. Tidak hanya itu, Mitoma tercatat sebagai pemain Jepang yang paling banyak melepaskan umpan kunci (dua umpan) dan satu asis untuk gol Tanaka. Sementara Doan hanya memiliki satu kesempatan menembak yang langsung berbuah gol. Efektif.


Kaki cepat milik Doan dan Mitoma perlu menjadi perhatian bagi seluruh tim yang menjadi calon lawan Jepang di fase gugur. Jika tidak, mereka terancam bernasib seperti Jerman dan Spanyol yang kalah dengan cara paling meyakitkan, epic comeback. Di sisi lain, Moriyasu perlu sadar bahwa kemungkinan besar calon lawannya telah memahami bahwa Doan dan Mitoma adalah senjata yang terbukti sangat tajam. Sang pelatih perlu menyiapkan rencana alternatif jika dua pemain tersebut berhasil “dilumpuhkan” dan tidak berkontribusi terhadap tim.

Komentar