Cara Jepang Memperparah Trauma Jerman kepada Tim Asia

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cara Jepang Memperparah Trauma Jerman kepada Tim Asia

Jerman memulai perjalanan di Piala Dunia 2022 dengan menghadapi Jepang, Kamis (23/11) malam WIB. Pertandingan ini penting bagi kedua tim mengingat mereka tergabung dalam grup neraka bersama Spanyol dan Kosta Rika. Laga perdana Grup E ini akan berlangsung di Stadion Internasional Khalifa dan dipimpin oleh Ivan Arcides Barton Cisneros.

Die Mannschaft memiliki trauma tersendiri menghadapi wakil dari Benua Asia. Pasalnya, pada Piala Dunia tahun 2018, mereka dipulangkan oleh tim nasional Korea Selatan besutan Shin Tae-yong. Mereka jelas tidak ingin kejadian tersebut terulang di Qatar.

Jika dilihat dari komposisi skuad, pemain yang dibawa Hansi Flick cukup seimbang dari segi usia dan pengalaman. Ia tidak ragu memboyong pemain-pemain muda, seperti Jamal Musiala (19 tahun), Karim Adeyemi (20), Armel Bella-Kotchap (20), dan Youssoufa Moukoko (18). Namun, Ia tetap memasukkan nama-nama lama, seperti Manuel Neuer, Thomas Mueller, Ilkay Guendogan, dan Joshua Kimmich.

Kedua tim hampir tidak memiliki isu kebugaran pemain meski baru berkumpul pada 15 November. Flick dipastikan bisa menurunkan seluruh pasukannya. Di kubu lawan, hanya Takuma Asano yang diragukan tampil akibat cedera. Ia tidak bermain ketika Jepang berhadapan dengan Kanada pada laga persahabatan yang digelar pada 17 November kemarin.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Jerman dan Jepang

Kemungkinan besar, Hajime Moriyasu memasang Takehiro Tomiyasu sebagai bek tengah bersama dengan sang senior, Maya Yoshida. Gaku Shibasaki akan memimpin di area tengah sementara lini depan diserahkan kepada Takefusa Kubo dan Takumi Minamino. Ia memiliki beberapa pemain lain yang kualitasnya tidak jauh berbeda seperti Kaoru Mitoma yang sedang naik daun di Brighton and Hove Albion, Wataru Endo yang bermain untuk Stuttgart, dan penyerang senior Takuma Asano.

Jika meninjau lebih jauh, skuad Samurai Biru dihuni oleh banyak pemain yang berkompetisi di Eropa (20 pemain). Tapi, pemilihan penyerang Moriyasu sedikit menimbulkan pertanyaan karena ia tidak memanggil Kyogo Furahashi yang bersinar di Glasgow Celtic dan Yuya Osako (Vissel Kobe) yang punya banyak pengalaman. Dua dari tiga penyerang yang dipanggil hanya tampil kurang dari 12 kali bersama Samurai Biru (Daizen Maeda delapan penampilan dan Ayase Ueda 11 penampilan).

Daichi Kamada akan menjadi sosok penting untuk unit serangan Samurai Biru. Penampilannya bersama Eintracht Frankfurt bisa menjadi modal penting agar mampu mengejutkan Grup E yang diisi dua raksasa Eropa. Musim lalu, ia mencetak sembilan gol dan empat asis dalam 46 pertandingan di seluruh kompetisi dan membawa Frankfurt menjuarai Liga Europa. Penampilannya terus meningkat di musim 2022/23 ini, mencetak 12 gol dan empat asis dalam 22 laga di seluruh kompetisi.

Di kubu seberang, Flick membawa sejumlah pemain muda yang berpotensi mendapatkan tempat utama. Musiala kemungkinan besar menjadi pilihan utama di posisi gelandang serang. Ia akan didukung oleh gelandang senior seperti Kimmich dan Guendogan. Tidak dipanggilnya Mats Hummels memberikan tempat kepada Niklas Suele untuk berpasangan dengan Antonio Ruediger di jantung pertahanan. Di posisi penyerang, ia memiliki Kai Havertz dan tiga pemain debutan yaitu Niclas Fuelkrug, Adeyemi, dan Moukoko. Tapi, kemungkinan besar Mueller tetap menjadi pilihan utama.

Jepang bukan tim yang diunggulkan dalam pertandingan ini. Meski demikian, Jepang tetap memiliki peluang untuk mengulang memori buruk Die Mannschaft di Piala Dunia. Bagaimana caranya?

Memaksimalkan Kecepatan

Kekuatan utama Jepang adalah kecepatan yang hampir dimiliki seluruh pemain. Tugas Moriyasu adalah menerapkan keunggulan ini pada momen atau situasi yang tepat. Ia juga perlu mempertimbangkan kekuatan Jerman yang dipenuhi banyak pemain kreatif dan sarat pengalaman.

Pada saat menguasai bola, penting bagi Jepang untuk memberikan ruang di area sayap agar bisa dimanfaatkan oleh Kubo dan Ito. Kuncinya adalah menjaga jarak antar pemain di lini tengah agar opsi umpan tidak tertutup. Harapannya, sang lawan terpancing untuk menambah orang ke lini tengah agar menciptakan situasi menang jumlah pemain di area tersebut. Pada saat itulah akan tercipta ruang di salah satu sisi sayap. Tugas selanjutnya adalah mengirimkan direct pass ke celah tersebut.

Ketika Jepang tidak menguasai bola, mereka bisa bertahan dengan menjaga area sendiri atau menerapkan taktik high pressing. Tapi, mengingat Jerman kuat dalam penguasaan bola. Pada ajang UEFA Nations League mereka rata-rata berhasil mendominasi penguasaan bola di atas 53%. Opsi pertama bisa menjadi pilihan yang bijak. Dengan strategi tersebut, mereka bisa menempatkan satu atau dua pemain depan untuk serangan balik. Probabilitas keberhasilan taktik ini sedikit lebih tinggi mengingat lini belakang Jerman tidak dihuni oleh bek tengah yang mampu bersaing dalam aspek kecepatan.

Situasi lain yang tidak kalah penting adalah transisi dari bertahan ke menyerang. Jepang bisa melancarkan serangan balik ke ruang yang ditinggalkan oleh bek sayap Jerman yang naik membantu serangan. Kemungkinan besar Ruediger, Suele, dan Kimmich bertugas menutup ruang tersebut, tapi Jepang pada situasi tersebut justru lebih unggul karena memiliki momentum lari lebih awal dikombinasikan dengan kecepatan.

Komentar