Bagaimana Crawford Report Mengubah Federasi Sepakbola Australia Tanpa Sanksi FIFA?

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bagaimana Crawford Report Mengubah Federasi Sepakbola Australia Tanpa Sanksi FIFA?

Pasca Tragedi Kanjuruhan, Joko Widodo, Presiden Indonesia, membentuk TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta). Mereka ditugaskan untuk menyampaikan laporan akhir kepada presiden tentang penyelidikan Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.

Australia sebagai negara tetangga pun pernah membentuk tim serupa. Bedanya, tim tersebut tidak dibentuk setelah meninggalnya ratusan suporter. Selain itu, rekomendasi dari hasil investigasi di sepakbola Australia benar-benar diterapkan.

Pada 2002, Kementerian Olahraga Australia memberi mandat kepada tim investigasi yang dipimpin oleh David Crawford untuk menganalisis mengapa sepakbola Australia tidak berprestasi, padahal sepakbola menjadi olahraga favorit di level akar rumput. Selain itu, National Soccer League (NSL) juga didera masalah keuangan yang parah, yakni ekuitas anggota Soccer Australia adalah negatif $2,6 juta pada 30 Juni 2002, pengurangan tingkat kepegawaian, pertikaian politik, kurangnya arahan, dan perencanaan strategis, serta hasil yang buruk di kancah internasional.

Setahun berselang, laporan itu selesai disusun dan dikenal dengan nama Crawford Report. Untuk membuat laporan itu, Crawford dan timnya melakukan pertemuan ke banyak pihak, yakni 32 kali pertemuan dengan pemangku kepentingan, 42 kali bertemu anggota masyarakat, dan menerima lebih dari 230 laporan tertulis, berkonsultasi dengan FIFA, serta berkonsultasi dengan konsultan Ernst & Young. Crawford Report total memberi 53 rekomendasi untuk Soccer Australia yang secara umum berisi tentang dekonstruksi tata kelola pengurus federasi - bandingkan dengan rekomendasi TGIPF untuk PSSI yang hanya memuat delapan poin dan juga memiliki inti yang sama.

Poin Penting Crawford Report

Secara umum, Crawford Report menunjukkan bahwa banyak badan konstituen Federasi Sepakbola Australia (Soccer Australia) tidak harmonis dan tidak dipercaya, kehilangan fokus, menunjukkan perilaku yang tidak pantas, dan hanya berkonsentrasi pada isu-isu lokal atau faksi daripada pengembangan olahraga secara keseluruhan, dan isu-isu gambaran yang lebih besar. Selain itu, ada organisasi yang tidak terkait secara resmi dengan Soccer Australia, misalnya asosiasi sepak bola wanita negara bagian yang juga terlibat dalam pementasan sepak bola.

Rekomendasi Crawford Report sebagian besar telah dilaksanakan oleh Asosiasi Sepakbola Australia yang berubah nama menjadi Football Federation Australia (FFA). Menariknya, ada hal yang sama antara rekomendasi Crawford Report dengan Rekomendasi TGIPF, yakni mengubah undang-undang organisasi. Perubahan statuta dalam PSSI, dan Memorandum and Articles of Association di Australia, memungkinkan diberlakukannya kebijakan-kebijakan baru.

Hasilnya pun terlihat. FFA memberi hak suara kepada kelompok-kelompok yang sebelumnya tidak terwakili, seperti wasit, pemain, kelompok futsal, dan pesepakbola perempuan. Hal ini sejalan dengan saran Crawford Report, yakni memberi suara kepada mereka yang terlibat dalam permainan. Rekomendasi mendasar itu membuat dewan pengurus Soccer Australia mengundurkan diri, dan masuklah dewan FFA baru yang diketuai oleh Frank Lowy.

Lowy didampingi oleh seorang Chief Executive Officer, yakni John O`Neill. Di bawah kepemimpinan Lowy dan O`Neill, keuangan FFA menjadi stabil. Hal ini tidak mengherankan karena dua orang tersebut mempunyai latar belakang sebagai pebisnis. Lowy adalah orang terkaya kedua di Australia saat itu lewat perusahaan Westfield Corporation dan O`Neill merupakan mantan CEO Australian Rugby Union.

Menurut Andy Harper dalam penelitiannya yang berjudul From bastard child to a place in Australia’s family; the Federal Government’s role in repositioning Australian soccer as a legitimate, mainstream sport: a qualitative study, Lowy dikenal sebagai orang yang pandai bernegosiasi. Hal ini menimbulkan adanya optimisme bahwa di tangan Lowy, sepakbola Australia akan berkembang dari sisi komersial karena Lowy berpotensi menarik investor.

Masih dalam penelitian yang sama, menurut dua narasumber yang diwawancarai oleh Andy Harper, Lowy sebenarnya sudah didekati beberapa pihak untuk menjabat sebagai ketua federasi. Namun, Lowy menyatakan bahwa ia tidak tertarik dengan urusan sepakbola. Ketika Crawford Report muncul dan besar kemungkinan mengubah tata kelola sepakbola Australia, Lowy akhirnya mau mengisi posisi itu.

Dampak Crawford Report Bagi Sepakbola Australia

Dengan mengambil alih kendali federasi, Frank Lowy segera melakukan langkah strategis dengan bernegosiasi bersama mitra perusahaan untuk menyelesaikan hutang yang ditinggalkan oleh NSL. Setelah itu, pengurus Soccer Australia adalah orang-orang baru, dan mereka mendapat dana hibah Pemerintah Federal sebesar 15 juta dolar Australia untuk mereformasi tata kelola sepakbola Australia. Penataan ulang sepakbola Australia memakan waktu 18 bulan. Dalam jangka waktu itu, tak ada liga sepakbola di Australia, sehingga federasi baru berfokus dalam aspek administrasi lain dan mendatangkan para administrator sepakbola untuk merancang terobosan kebijakan.



Liga Australia diubah pada 22 Maret 2004, dan baru bergulir pada Agustus 2005. NSL diubah menjadi A League dengan menggaet sponsor perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai, serta dua sponsor lain yakni Qantas dan Telstra. Pertandingan A League disiarkan melalui jaringan FoxSports, dengan total kampanye senilai 3 juta dolar Australia. Musim pertama A League diikuti oleh delapan klub, yakni Adelaide United, Central Coast Mariners, Melbourne Victory, Newcastle Jets, New Zealand Knights, Queensland Roar, Perth Glory, dan Sydney FC.

Steve Georgakis dan Simone Molloy dalam penelitiannya yang berjudul From old soccer to new football? Expert accounts of transformations on the world game in Australia post-Crawford Report, menyebut bahwa salah satu poin yang paling menonjol sejak Crawford Report diterbitkan dan termasuk dari usaha membuat sepakbola menjadi olahraga arus utama di Australia adalah sepakbola menjadi representasi kompetisi nasional. Sebelumnya, klub-klub Australia sangat lekat dengan etnis tertentu.

Sebagai salah satu negara tujuan para imigran, tidak heran di Australia banyak klub NFL yang memakai nama asal daerah orang-orang pendiri klub. Orang-orang Italia mendirikan Perth Azzuri dan Marconi Club, orang-orang Hungaria mendirikan St George Budapest, serta orang-orang Yunani mendirikan South Melbourne Hellas. Ketika A League digulirkan, klub-klub baru disusun dan menanggalkan identitas etnisitas.

Langkah lain yang dilakukan adalah bergabung ke dalam AFC pada 2006. Dibanding Oceania, Asia jelas menawarkan persaingan yang lebih ketat. Australia bisa bersaing dengan negara-negara kuat Asia, seperti Jepang, Iran, dan Korea Selatan. Hal ini selaras dengan rekomendasi Crawford Report, bahwa Australia bergabung dengan Asia dan tim-tim Australia pun bisa bermain di Liga Champions Asia. Kendati Australia selalu lolos Piala Dunia sejak 2006 dan menjadi salah satu tim kuat Asia, sejauh ini baru ada satu klub Australia yang berhasil menjuarai Liga Champions Asia, yakni Western Sydney Wanderers pada musim 2014.

Lolosnya Australia ke Piala Dunia 2006, bergabung dengan AFC, dan keberhasilan musim pertama A League berdampak besar dalam hal finansial. Pada 2006, FFA mengamankan hak siar senilai 120 juta dolar Australia bagi A League dengan kontrak hingga 2013.

Memang tidak semua rekomendasi Crawford Report bisa dijalankan, salah satunya adalah target menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Steve Georgakis dan Simone Molloy, yang dalam penelitiannya mengumpulkan data dari narasumber yang terlibat dalam sepakbola Australia, menyebutkan jika semua rekomendasi yang dibuat Crawford Report diadopsi oleh FFA segera setelah temuan itu diterbitkan, sepakbola di Australia mungkin berada dalam posisi yang jauh lebih kuat. Banyak dari koresponden percaya bahwa Australia sekarang sedang mengejar ketinggalan.

Di luar 53 rekomendasi utama, Crawford Report juga mencatat isu-isu lain yang sangat relevan dengan pembangunan jangka panjang sepakbola Australia, yakni partisipasi di level akar rumput. Crawford menyoroti beberapa poin, di antaranya relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, yakni penurunan signifikan partisipasi dari level junior ke senior, dan tingginya untuk masuk ke sekolah sepakbola dan mahalnya biaya kursus kepelatihan menjadi salah satu penghambat perkembangan permainan.

Menanggapi catatan itu, FFA segera membuat model-model pembinaan yang tersusun, yakni sebuah sistem yang memungkinkan anak-anak (6-12 tahun) baik laki-laki atau perempuan mendapat kesempatan yang maksimal untuk berpartisipasi dalam sepakbola. Sistem tersebut dinamai Rooball. Selain Rooball, ada Telstra Football Anytime. Jika Rooball bertujuan untuk meningkatkan partisipasi, Telstra Football Anytime ditujukan untuk mengembangkan bakat anak, di mana anak tidak akan terkekang dengan peraturan-peraturan tertentu.

Rekomendasi TGIPF Sebagai Crawford Report a la Indonesia?

Meski selalu kesulitan lolos ke babak 16 besar Piala Dunia, Australia cukup gemilang di kancah Asia. Pada 2015, Australia berhasil menjuarai Piala Asia ketika mereka menjadi tuan rumah. Di tahun yang sama, FFA menerbitkan rancangan sepakbola Australia dari 2015 hingga 2035 yang berjudul Whole of Football Plan.

Crawford Report menjadi titik balik penting bagi sepakbola Australia. Crawford Report menjadi penanda periode yang jelas bagi transformasi sepakbola Australia.

Hal tersebut rasanya berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini. PSSI tidak menunjukkan gelagat akan melaksanakan rekomendasi TGIPF, baik itu mundur sebagai pertanggungjawaban moral maupun melaksanakan KLB untuk memilih pengurus baru yang kompeten, serta mengubah statuta. Pemerintah pun, dalam hal ini Presiden, belum mengeluarkan statemen yang jelas dan tegas terkait temuan TGIPF.

Dengan berbekal kesadaran terhadap buruknya pengelolaan, tanpa didahului dengan kematian ratusan suporter, sepakbola Australia mampu berbenah dengan mengacu pada sebuah laporan yang disusun sebuah tim investigasi.

Jika Crawford Report mampu menjadi tonggak revolusi tanpa nyawa, apakah sepakbola Indonesia tak akan berbenah dengan kematian 135 orang di Kanjuruhan?

Komentar