Sudahkah Universitas di Indonesia Menyokong Industri Sepakbola?

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sudahkah Universitas di Indonesia Menyokong Industri Sepakbola?

Secara teknis, permainan sepakbola diajarkan kepada anak-anak di sekolah sepakbola, diklat, dan akademi. Di luar teknis permainan, ilmu tentang manajemen bisnis, kesehatan, event, bahkan jurnalisme sepakbola, perlu dikembangkan di Indonesia melalui universitas atau lembaga riset tertentu.

SDM berkualitas yang berkutat di bidang industri sepakbola masih minim. Hal tersebut perlu mendapat perhatian lantaran industri yang maju disokong oleh orang-orang yang kompeten. Ketika pengurus PSSI berasal dari lingkar pengurus yang itu-itu saja, hal itu dapat menunjukkan ada yang salah dengan rantai pasokan sumber daya dan tidak adanya sistem yang memungkinkan orang-orang baru bisa masuk. Sumber daya yang berkualitas bisa dihasilkan dari universitas. Rekomendasi TGIPF kepada PSSI untuk mengubah statuta adalah salah satu cara agar sistem lama yang dipakai PSSI selama ini bisa diubah, sehingga memungkinkan diterapkannya sistem yang lebih transparan dan memperkecil kemungkinan konflik kepentingan.



Bisa jadi, konflik berkepanjangan yang berada di federasi disebabkan karena tidak adanya orang-orang yang berkompeten, ditambah dengan manajemen organisasi yang tidak dibenahi. Maka dari itu, ketika muncul wacana publik siapa yang layak menjabat sebagai pengurus PSSI, kita kesulitan menemukan sosok yang tepat. Jika pun ada, cara untuk masuknya pun sangat sulit. Kalau statuta PSSI tidak diubah, tidak didekonstruksi sehingga memungkinkan siapa saja bisa terlibat, maka akan amat susah menggeser orang-orang lama yang bercokol.

Belakangan, pembicaraan mengenai tata kelola baru sepakbola nasional mengemuka sebagai buntut dari Tragedi Kanjuruhan yang banyak mengungkap kelalaian pengelolaan oleh PSSI. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) sudah melaksanakan tugasnya dan mereka memberi rekomendasi bagi banyak pihak yang terkait dengan Tragedi Kanjuruhan. Selanjutnya, rekomendasi itu akan menjadi bahan pertimbangan Presiden untuk mengambil kebijakan. Yang pasti, Tragedi Kanjuruhan harus diusut tuntas dengan mempidanakan mereka yang terbukti bersalah dan para korban mendapatkan haknya.

Tragedi Kanjuruhan membuat semua komponen sepakbola Indonesia wajib berbenah. Harus ada terobosan baru dalam membangun tata kelola sepakbola. Terobosan itu salah satunya bisa dimulai dengan melibatkan lembaga riset, yakni universitas.

Dalam sepakbola, peran riset amat penting. Yang paling sederhana, misalnya, sebuah tim menggunakan performance analysis dan menggunakan jasa penyedia data untuk mengamati perkembangan tim maupun mencari titik kelemahan lawan.

Tak hanya itu, riset juga bisa menjangkau hal-hal di luar teknis permainan di lapangan. Pembuatan metode pembinaan, desain stadion yang ideal, manajemen pengamanan, hingga sistem pembelian tiket bisa dikaji dengan hasil riset. Riset akan memberi patokan-patokan ideal yang akan membuat pengambilan keputusan jauh lebih mudah. Maka dari itu, ekosistem riset sepakbola perlahan harus ditumbuhkan agar temuan-temuan baru bermunculan, yang akan menghindarkan pengelolaan sepakbola menjadi ajeg tanpa adanya terobosan.

Dalam konteks industri olahraga yang semakin pesat, universitas berperan dalam menjaga keberlanjutan industri dengan menciptakan tenaga-tenaga sesuai spesifikasi keahlian.

Beberapa universitas di Indonesia memang sudah menyediakan jurusan keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), misalnya. UNY mempunyai Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang terdiri dari beberapa jurusan, yakni Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (PJKR), Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), PGSD Penjas, dan IKORA. FIK UNY mempunyai beberapa fasilitas penunjang keolahragaan seperti stadion sepakbola yang sekaligus mempunyai lintasan atletik, gym, dan kolam renang.

Beberapa universitas lain pun mempunyai fakultas atau jurusan keolahragaan, seperti Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Namun, tujuan studi keolahragaan di universitas masih fokus pada terciptanya tenaga pendidik bidang olahraga dan belum terlalu menyentuh aspek industri olahraga, khususnya sepakbola, yang lebih menyeluruh.

Dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi diberi tugas oleh Presiden yakni mengembangkan sport science. Universitas bisa jadi lembaga mitra paling strategis untuk mengembangkan sport science di bidang olahraga. Kita bisa mengambil contoh di negara-negara lain.

Asosiasi Sepakbola Denmark bekerja sama dengan University of Southern Denmark (SDU) untuk menyusun desain kolaborasi dan aktivitas untuk pembinaan sepakbola Denmark. Universitas mempunyai peran penting, yakni sebagai pendukung minat dan kompetensi untuk mitra kolaborasi, entah dengan pemerintah, media massa, klub, dan akar rumput.

Sumber: Football Innovation in Denmark (SDU, 2021)

Grafis di atas menggambarkan bahwa di Denmark, riset dan pengetahuan sangat terikat dengan seluruh komponen pembangunan sepakbola. Riset dan pengetahuan terlibat dalam ekosistem sepakbola yang besar dan itu diemban oleh universitas.

Penelitian dan pengembangan menghasilkan cara-cara baru yang akan diterapkan dalam ekosistem sepakbola. Penelitian dan pengembangan tidak mungkin diemban oleh pihak lain, sehingga kampus berperan aktif dan riset yang dihasilkan menjadi salah satu faktor penentu kebijakan. Cakupan penelitian universitas pun tidak semata hanya dalam hal kesehatan, teknologi, atau hal teknis menyangkut sepakbola. Lebih dari itu, penelitian universitas bisa menjangkau berbagai aspek seperti pengamatan terhadap akar rumput, kelompok suporter, ekonomi sepakbola, infrastruktur, dan lain-lain.

Di Indonesia, pembukaan jurusan sport science atau jurusan yang berkaitan dengan pembangunan industri sepakbola seperti sports management, sport business, dan lain-lain akan sangat menunjang pembangunan sepakbola secara umum. Pembukaan jurusan baru menjadi salah satu langkah awal meski prosesnya tidak mudah. Di sisi lain, karena tidak ada lembaga riset lain selain universitas yang mempunyai legitimasi keilmuan di bidang tersebut, ilmu terkait sepakbola dan hal-hal di luar teknis permainan tidak tersosialisasikan dengan baik.

Jerman, misalnya, mempunyai jurusan yang spesifik soal olahraga yakni Sport & Event Management, yang bisa ditempuh di beberapa universitas. Ada juga jurusan Sports and Sport Science di University of Mainz, Sport Management and Sport Communication di German Sport University Cologne. Selain itu, ada setidaknya sepuluh universitas di Jerman yang mempunyai jurusan khusus sport science.

Di Inggris, banyak kampus yang membuka jurusan yang berkaitan dengan sepakbola. Liverpool John Moores University membuka jurusan Science and Football. University of Bath membuka jurusan Football Medicine, Birkbeck University of London dengan Sport Management and the Business of Football, dan University of East London dengan Global Football Journalism.

Sementara itu, Cruyff Institute di Spanyol membuka tujuh jurusan yang berkaitan dengan sepakbola, yakni Sports Competition, Management of Sports Organizations, Facilities and Sports Events, Community Sports, Sports Consulting, Sport Journalism, dan Marketing and Sponsorship.

Masih di Spanyol, tepatnya di Barcelona, Sports Business Institute menyediakan jurusan Master in Football Business & Management. FutbolLab Spain Soccer Academy mempunyai program Master in Scouting and Video Analysis.

FIFA pun membuka FIFA Master untuk spesialisasi International Master in Management, Law and Humanities Sport. FIFA bekerja sama dengan tiga universitas, yakni De Montfort University (Leicester, Inggris), SDA Bocconi School of Management (Milan, Italia), dan University of Neuchatel (Swiss). Program tersebut bertujuan untuk mengenalkan pendidikan manajemen dalam bidang olahraga dan diharapkan menghasilkan orang-orang yang bisa mengembangkan manajemen olahraga.

Di Indonesia, dengan menciptakan jurusan-jurusan yang lebih beragam itu, orang-orang yang lulus dari sana akan mengisi pos-pos penting dalam ranah industri. Hal tersebut, jika dibarengi dengan kepengurusan federasi yang baik, bukan tidak mungkin akan membentuk industri sepakbola yang sehat dan mendatangkan prestasi di level timnas senior.

Mungkinkah Indonesia bisa membangun jurusan-jurusan yang khusus di bidang sepakbola? Tidak menutup kemungkinan. Saat ini, ketika belum ada lembaga yang cukup kredibel dalam pengajaran industri sepakbola, ada baiknya pemerintah mengirim orang-orang yang telah terseleksi untuk mengikuti program pendidikan sepakbola di luar negeri. Tugas strategis itu bisa diemban oleh Kemenristek Dikti dan kementerian atau lembaga lain yang terkait dalam rangka pengembangan lebih lanjut Inpres No. 3 Tahun 2019.




Pengembangan pendidikan ini bisa dimasuki oleh siapa saja. Mereka yang terlibat langsung dalam tempaan industri bisa jadi lebih kompeten daripada mereka yang terdidik, karena mereka sudah langsung mengenyam asam garang industri.

Mantan pesepakbola, fisioterapi ahli, dan para pekerja sektor lain di industri sepakbola yang sudah berpengalaman bisa dilibatkan sebagai pengajar untuk menyokong ekosistem industri yang baik.

Komentar