Pertarungan Adaptasi Taktik Antara Graham Potter dan Erik ten Hag yang Berakhir Sama Kuat

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pertarungan Adaptasi Taktik Antara Graham Potter dan Erik ten Hag yang Berakhir Sama Kuat

Chelsea harus berbagi poin dengan Manchester United dengan skor 1-1 di Stadion Stamford Bridge, Sabtu (22/10). Gol sundulan Casemiro di penghujung laga, membuyarkan kemenangan di depan mata publik pendukung Chelsea. Hasil imbang ini tidak mengubah posisi kedua tim di klasemen sementara Liga Primer Inggris 2022/23.

Chelsea menurunkan skema 3-4-2-1 menempatkan Thiago Silva, Trevoh Chalobah, dan Marc Cucurella, sebagai tiga pemain belakang. Ruben Loftus-Cheek yang pada pertandingan sebelumnya bermain sebagai bek sayap kanan, kembali ke posisi semulanya sebagai gelandang tengah bersama Jorginho.

Man. United tidak melakukan banyak perubahan. Hanya Christian Eriksen menggantikan posisi Fred di sektor gelandang pada formasi 4-1-4-1. Sisanya, Erik ten Hag masih percaya kepada 10 pemain lain yang diturunkan kontra Tottenham Hotspurs.

Gambar 1 - Sebelas Pertama Chelsea dan Manchester United sumber : SofaScore

Gambar 1 - Sebelas Pertama Chelsea dan Manchester United

sumber : SofaScore

Laga berjalan cukup seimbang, tapi tim tamu justru lebih banyak mendominasi penguasaan bola. Tercatat pada babak pertama anak asuh Ten Hag memperoleh 51,1 persen penguasaan bola dan melepaskan empat tendangan ke gawang. Tuan rumah justru kesulitan membangun serangan sehingga hanya mampu menciptakan tiga peluang.

Terlepas dari hasil akhir, gol penalti, dan drama di penghujung laga, pertandingan ini mempertontonkan laga yang menarik. Kedua pelatih sejak awal laga menggunakan skema yang berbeda. Di tengah laga pun, mereka saling beradu strategi untuk mengubah jalannya pertandingan sesuai dengan yang mereka harapan.

Respon Cepat Graham Potter


Pada awal babak pertama, Chelsea sangat kesulitan dalam menguasai bola dan membangun serangan. Padahal, dalam enam pertandingan terakhir The Blues berstatus sebagai tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi (64.4%). Tetapi, 30 menit laga berjalan, justru tim tamu lebih banyak mendominasi penguasaan bola hingga 56%. Salah satu sebab utamanya adalah high press yang diterapkan oleh Ten Hag mampu menutup seluruh jalur umpan dari lini belakang ke lini tengah atau depan.

Gambar 2 - Ilustrasi Organisasi High Press Manchester United

Gambar 2 - Ilustrasi Organisasi High Press Manchester United

Ilustrasi di atas menunjukan bahwa high press yang dipraktekan The Red Devils sangat terorganisir. Marcus Rashford, Bruno Fernandes, Jadon Sancho, dan Antony, menekan tiga bek Chelsea. Sementara Dalot dan Shaw menjaga pergerakan Chilwell dan Azpilicueta di masing-masing sisi lapangan. Kondisi ini diperparah karena Sterling dan Mount jarang bergerak turun untuk menciptakan opsi umpan baru sehingga Casemiro leluasa mengawal lini tengah.


Potter merespon dengan memasukan Mateo Kovacic menggantikan Cucurella. Dengan demikian, terjadi pergeseran struktur dari 3-4-2-1 menjadi 4-3-2-1 menempatkan Jorginho, Loftus-Cheek dan Kovacic di lini tengah. Perubahan ini berjalan efektif karena mampu mengurai high press tim tamu yang selama 35 menit menyulitkan punggawa The Blues. Terbukti dalam 10 menit terakhir babak pertama, Chelsea mencatatkan 48,9 persen penguasaan bola.

Gambar - 3 Ilustrasi Perubahan Struktur Bangun Serangan Chelsea Setelah Kovacic Masuk

Gambar - 3 Ilustrasi Perubahan Struktur Bangun Serangan Chelsea Setelah Kovacic Masuk

Hadirnya Kovacic menciptakan opsi umpan tambahan yang mampu mengeliminasi tekanan dari tiga pemain depan United. Casemiro yang menjadi pemain terdekat tidak leluasa bergerak mendekat ke depan karena ia harus waspada dengan pergerakan Raheem Sterling dan Mason Mount. Jika ia menjaga Kovacic, maka dua bek tengah akan kesulitan jika harus berhadapan dengan tiga pemain.

Situasi ini berjalan hingga akhir babak pertama dan awal babak kedua. Punggawa Setan Merah berulang kali menurunkan tensi high pressing karena tuan rumah berulang kali berhasil keluar dari tekanan.

Erik ten Hag Tidak Mau Kalah

Kondisi yang semakin menyulitkan tim tuan rumah membuat Ten Hag tidak nyaman. Sejak awal laga, ia terlihat menginginkan kesebelasannya lebih banyak mendominasi penguasaan bola sehingga dapat menciptakan lebih banyak peluang. Tetapi, respon cepat dari Potter membuatnya harus berpikir keras agar situasi bisa berbalik lagi.

Keputusan yang ia ambil adalah mengganti Sancho dengan Fred sekaligus menggeser Bruno lebih melebar ke sayap kiri. Hal ini ia lakukan untuk memberikan ruang lebih banyak kepada Bruno agar lebih eksploratif. Fred mendampingi Casemiro sementara Eriksen bergerak lebih ke depan dan diarahkan untuk lebih sering masuk ke kotak penalti.

Gambar 4 - Ilustrasi Arah Serangan Chelsea dan Manchester United

Gambar 4 - Ilustrasi Arah Serangan Chelsea dan Manchester United

Pasca perubahan taktik tersebut, mayoritas serangan United berasal dari sisi kiri, seperti yang ditunjukan pada ilustrasi di atas. Azpilicueta yang beroperasi pada area tersebut cukup kewalahan sehingga Bruno dan Shaw beberapa kali mampu memberikan ancaman dari area tersebut. Hingga akhir laga, kombinasi dua pemain tersebut menciptakan lima peluang dan satu peluang besar yang berbuah gol tandukan Casemiro. Tidak hanya itu, pemain asal Portugal ini menjadi pemain yang paling rajin mengirimkan umpan ke sepertiga akhir (17 kali).


Pertandingan ini menunjukan bahwa potensi kedua tim di tangan pelatih baru cukup besar. Baik Ten Hag maupun Potter, memiliki kapabilitas adaptasi taktik yang sama-sama mumpuni. Perkembangan permainan jelas terlihat dan energi yang ditunjukan pemain turut terpancar. Maka tidak heran jika Chelsea dan Manchester United akan sama-sama bersaing untuk bisa finish di papan atas.

Komentar