Kesalahan Fatal Gelandang Pilihan Antonio Conte

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kesalahan Fatal Gelandang Pilihan Antonio Conte

Manchester United berhasil meraih poin penuh kala menjamu Tottenham Hotspur pada laga lanjutan Liga Primer Inggris di Stadion Old Trafford, Kamis (20/10). Dua gol dari Fred (47’) dan Bruno Fernandes (69’) memberikan kemenangan 2-0 bagi tuan rumah. Hasil ini juga menjadi ketiga kalinya Man United menang di kandangnya sendiri di Liga Primer Inggris sejauh ini.

Meski menang, kesebelasan besutan Erik ten Hag ini tetap bertahan di peringkat lima klasemen sementara. Kekalahan ini juga tidak membuat Tottenham terperosok ke bawah dan tetap duduk di peringkat ketiga.

Komposisi Gelandang Harapan Antonio Conte

Ten Hag tidak melakukan banyak perubahan pada komposisi sebelas pertama formasi 4-2-3-1. Casemiro dan Fred tetap dipercaya sebagai poros ganda di lini tengah. Begitu pun dengan Antony dan Jadon Sancho yang nampaknya sudah mendapatkan jaminan posisi di kedua sayap. Sementara di posisi penyerang, Marcus Rashford menggantikan posisi Cristiano Ronaldo yang pada pertandingan sebelumnya bermain sejak menit pertama.

Di kubu lawan, Antonio Conte justru menerapkan formasi dasar yang berbeda. Seperti yang dibahas dalam pratinjau pertandingan, Conte bermain dengan skema 3-5-2 akibat Dejan Kuluseveski dan Richarlison yang absen karena cedera. Jika salah satu dari dua pemain ini bisa bermain, Conte lebih sering menggunakan skema 3-4-2-1. Terbukti dari 11 laga, sembilan di antaranya turun dengan formasi dasar 3-4-2-1.

Ia menempatkan Pierre-Emile Hojbjerg, Rodrigo Bentancur, dan Yves Bissouma sebagai tiga gelandang yang diharapkan dapat mendukung lini belakang dan lini depan. Namun pada laga ini, lini tengah Tottenham tidak bermain sesuai dengan harapan Conte.

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Manchester United dan Tottenham Hotspur Sumber : Sofascore

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Manchester United dan Tottenham Hotspur

Sumber : Sofascore

Manchester United Tampil Lebih Agresif

Biasanya, masing-masing kesebelasan ini tampil dengan mengandalkan serangan balik. Hingga pekan ke-11, Man. United menceploskan lima gol dari serangan balik sementara Spurs empat gol melalui proses tersebut. Tapi nyatanya, Man United bermain sangat agresif dan mendominasi 51,9 persen penguasaan bola. Tidak hanya itu, tuan rumah berhasil melepaskan 28 tembakan meski hanya 10 yang menemui sasaran dan hanya dua yang terkonversi menjadi gol.

Hal ini menunjukan bahwa United ternyata tidak selalu bermain dengan menunggu di area sendiri lalu mengandalkan serangan balik. Fernandes dkk juga mampu tampil sebagai kesebelasan yang mengambil inisiatif penguasaan bola, membongkar pertahanan lawan, dan menciptakan peluang.

Pertandingan ini menjadi kali pertama Tottenham tidak mencetak gol. Sebelas pertandingan sebelumnya, mereka selalu mencetak gol meski tidak selalu menang. Bahkan, tim yang bermarkas di London Utara ini hanya memperoleh angka harapan gol (xG) sebesar 0,48 saja. Catatan ini merupakan catatan terburuk di antara seluruh tim yang bermain di pekan ke-12. Hal ini menunjukan bahwa masalah Spurs tidak hanya soal bertahan, tapi juga menyerang.

Lalu, apa saja faktor yang membuat Spurs sangat kesulitan?

Tiga Gelandang Redundan

Pada pertandingan ini bukan pertama kali Conte menggunakan skema 3-5-2. Dua pekan lalu, kala Tottenham bertamu ke kandang Brighton and Hove Albion, mereka menggunakan skema yang sama dan berhasil mencuri tiga poin. Dari segi komposisi pemain yang turun, hampir sama. Hanya saja di posisi bek kiri diisi Ryan Sessegnon. Dengan demikian, pelatih dan pemain tidak asing dengan skema ini.

Tapi, hasil justru berbanding terbalik ketika Conte menerapkan skema yang sama di Old Trafford. Bukan hanya kalah, anak asuhnya sangat kesulitan membangun serangan dan menciptakan peluang. Terbukti mereka kalah dalam penguasaan bola (48,1%), hanya menciptakan sembilan peluang, dengan dua tembakan ke gawang.

Gambar 2 - Rata-rata Posisi Pemain Tottenham Hotspur Saat Tandang ke Kandang Brighton (kiri) dan Manchester United (kanan)

Gambar 2 - Rata-rata Posisi Pemain Tottenham Hotspur Saat Tandang ke Kandang Brighton (kiri) dan Manchester United (kanan)

Sumber : FantasyFootballScout

Jika melihat ilustrasi di atas, masalah utama Spurs pada pertandingan ini adalah organisasi, penempatan, dan jarak antar pemain. Gambar sebelah kanan menunjukan dengan jelas bahwa ada celah besar di antara lini tengah dengan belakang dan lini tengah dengan depan. Hal ini menyulitkan Eric Dier dan Cristian Romero untuk mengalirkan bola terutama ketika lawan menerapkan high pressing dengan garis pertahanan tinggi.

Seharusnya situasi ini bisa diselesaikan jika Conte tidak menerapkan gelandang dengan tipe yang hampir sama (redundan). Bisa dibilang tiga gelandang yang diturunkan tidak memiliki pembagian peran yang komplementer dan justru bertumpang tindih. Bissouma dan Hojbjerg tergolong sebagai holding midfielder yang cenderung bertahan dibanding menyerang. Sama halnya dengan Bentancur, ia sedikit memiliki kapabilitas untuk membagi bola, tapi ia belum memiliki kreativitas yang cukup untuk membantu mengalirkan bola ke lini serang.

Pembagian tugas tiga gelandang yang redundan ini membuat Spurs sulit menciptakan peluang. Kondisi ini diperparah dengan posisi Kane dan Son yang berada terlalu depan. Dua pemain ini berulang kali mencoba turun untuk menjemput bola, namun Casemiro berhasil mempersempit ruang gerak mereka sehingga proses pembangunan serangan berulang kali gagal. Terbukti, Spurs hanya berhasil menyentuh bola di area lawan sebanyak 275 kali sementara tim tuan rumah 442 kali selama 90 menit laga berjalan.

Sayap yang Terlalu Pasif

Ide utama dari skema tiga bek Conte adalah menciptakan keunggulan pemain di sayap sehingga mampu mengeksploitasi area tersebut. Selain itu, dua penyerang mendapatkan cukup ruang untuk menjadi target umpan atau turun ke tengah untuk menciptakan ruang untuk pemain sayap. Maka wajar jika lebih dari 60% peluang Spurs datang dari flank.

Tapi, sayap yang diturunkan Conte bermain terlalu pasif pada pertandingan ini. Matt Doherty dan Ivan Perisic ketika mendapatkan kesempatan menyerang, terlalu mudah terbaca. Dua pemain ini cenderung melepaskan umpan silang. Terbukti pada pertandingan ini, Perisic melepas tujuh umpan (terbanyak dari semua pemain) dengan akurasi sebesar 14,3%.

Di sisi lain, ide menciptakan keunggulan pemain di sisi sayap terbilang gagal karena Son dan Kane lebih sering berdiri di tengah dibanding melebar ke lapangan. Hal tersebut terlihat pada ilustrasi di bawah ini.

Gambar 3 - Heatmap sentuhan Kane dan Son (kiri) dan rata-rata posisi Kane dan Son (kanan) Sumber : WhoScored

Gambar 3 - Heatmap sentuhan Kane dan Son (kiri) dan rata-rata posisi Kane dan Son (kanan)

Sumber : WhoScored

Pertandingan ini mempertontonkan keterbatasan taktik Conte. Ia menerapkan taktik yang terlalu mudah ditebak yaitu mengandalkan serangan balik dengan memanfaatkan keunggulan di sisi lapangan. Meski Kulusevski dan Richarlison nanti kembali, besar kemungkinan setiap tim telah menyadari bagaimana taktik Conte bekerja. Salah satu solusinya, Conte perlu menambah amunisi pemain yang memiliki kreativitas di lini tengah.

Seperti peran Christian Eriksen ketika masih memperkuat Tottenham dari 2013 sampai 2019. Sampai saat ini, belum ada gelandang Tottenham yang mampu menggantikan peran sentralnya Eriksen. Tentunya kekalahan ini menjadi “lampu kuning” bahwa keseimbangan tim goyah hanya karena absen dua pemain pada posisi yang sama.



Sementara itu, hasil pertandingan ini sangat berarti bagi Man United. Selain menjaga jarak satu poin dengan Newcastle United di klasemen, kemenangan ini menjadi modal penting untuk pertandingan selanjutnya. Sebab bertandang ke markas Chelsea pada 22 Oktober mendatang, akan menjadi tantangan lain bagi Ten Hag.

Komentar