In STY We Trust (?)

Timnas Indonesia

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

In STY We Trust (?)

Federasi Sepakbola Indonesia, PSSI, mengumumkan Shin Tae-Yong sebagai Pelatih Indonesia pada Desember 2019. Pamornya tidak main-main. Ia membuat juara bertahan Jerman tersingkir di fase grup Piala Dunia 2018 setelah Korea Selatan menang 2-0.

Sepakbola Indonesia sudah akrab dengan pemain-pemain asal Korea Selatan sebelumnya. Beberapa nama, seperti In Kyun Oh, Yu Hyun Ko, dan Yoo Jae Hoon pernah bermain di Liga Indonesia. Namun, di level timnas, pelatih asal Korsel dan negara Asia lainnya masih sangat asing.

Pelatih asal negara Asia satu-satunya yang pernah menangani Indonesia sebelum Shin adalah Coo Seng Que dari Singapura. Pria yang dikenal mengutamakan latihan fisik ini melatih Indonesia dari 1951 sampai 1953.

Perjalanan Shin Bersama Indonesia

Covid-19 melanda tiga bulan setelah Shin diperkenalkan. Vakumnya kompetisi membuat Shin kesulitan memilih pemain untuk skuadnya. Praktis, ia hanya memilih pemain dari hasil amatannya pada Piala Menpora 2021 yang digelar pada 21 Maret hingga 25 April 2021 untuk lanjutan Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia.

Pemain-pemain yang dipilih Shin pun kebanyakan pemain yang sebelumnya pernah memperkuat timnas, seperti Evan Dimas, Nadeo, dan beberapa pemain debutan seperti Kushedya Hari Yudo, Arif Satria, Yakob Sayuri, dan Ady Setiawan. Striker-striker yang dipilih Shin rata-rata striker yang mempunyai kecepatan seperti Kushedya dan Dedik Setiawan.

Shin baru memimpin laga pertama bersama Indonesia ketika uji coba melawan Afghanistan pada 25 Mei 2021. Sementara laga internasional resmi pertama bagi Shin adalah Kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 3 Juni 2021. Saat itu, Indonesia imbang melawan Thailand dengan skor 2-2. Namun Indonesia harus mengakui keunggulan Uni Emirates Arab dengan skor 0-5 dan Vietnam dengan skor 0-4.

Selama Kualifikasi Piala Dunia, persiapan yang dilakukan Shin bisa dikatakan belum maksimal. Turnamen Piala Menpora yang berlangsung satu bulan tidak cukup untuk melihat kemampuan seorang pemain.

Di sektor kiper, Shin mengandalkan Nadeo. Duet bek tengah Shin percayakan pada Rizki Ridho dan Arif Satria, yang diapit Arhan dan Asnawi di kiri dan kanan. Evan Dimas menjadi motor serangan, ditemani oleh Syahrian Abimanyu, Kadek Agung, atau Irianto. Di sisi sayap diisi Egy dan Witan, sementara M Rafli atau Kushedya mengemban posisi striker.

Racikan Shin untuk lanjutan Kualifikasi Piala Dunia memang tak bisa berbicara banyak. Namun, Kualifikasi Piala Dunia ini menjadi salah satu kunci regenerasi yang dilakukan Shin di timnas Indonesia. Dengan memanggil pemain-pemain muda dan debutan, Shin mulai menyiapkan pilar dan merancang taktik yang tepat untuk Indonesia.

Meski meraih hasil buruk di Kualifikasi Piala Asia, Shin berhasil membawa Indonesia ke Final Piala AFF 2020 yang digelar pada Desember 2021. Kemudian Shin berhasil meloloskan Indonesia ke Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20 yang digelar pada Maret 2023.

Shin hampir selalu mempunyai taktik berbeda di setiap turnamen yang ia jalani. Di lanjutan Kualifikasi Piala Dunia, ia menerapkan formasi 4-4-2. Namun pada dasarnya prinsip permainan yang diterapkan hampir sama, yakni berani membangun serangan dari bawah dan melakukan pressing tinggi.

Di babak play off Kualifikasi Piala Asia yang berlangsung pada Oktober 2021, permainan timnas di bawah Shin jauh lebih baik. Ia dimudahkan dalam pemilihan pemain karena Liga 1 sudah bergulir, dan nama-nama yang ia bawa pun tak jauh beda dengan pemain yang ia bawa di lanjutan Kualifikasi Piala Dunia.

Ada satu nama baru yang sekaligus menjadi pilihan paten Shin di lini tengah, yakni Ricky Kambuaya. Di babak play off Kualifikasi Piala Asia, Indonesia bertemu Chinese Taipei dalam dua leg. Leg pertama Indonesia menang 2-1 dan di leg kedua menang 3-0, dalam pertandingan yang dilangsungkan di Thailand itu.

Salah satu kunci Shin untuk mengalahkan Chinese Taipei adalah memainkan dua fullback (Asnawi dan Pratama Arhan) untuk bermain ke tengah layaknya gelandang ketika Indonesia menyerang.

Di Piala AFF, Shin masih menggunakan empat bek. Yang paling menarik disimak di Piala AFF adalah peran Alfeandra Dewangga. Ia akan berposisi sebagai bek tengah ketika Indonesia bertahan, dan ia akan masuk ke tengah untuk menghubungkan bola dari lini belakang ke lini depan ketika Indonesia membangun serangan.

Shin menerapkan formasi yang berbeda dalam Kualifikasi Piala Asia. Ia menggunakan formasi tiga center bek, yakni Fachruddin, Elkan Baggott, dan Rizki Ridho. Lazimnya tim yang bermain dengan tiga center bek, ketika diserang akan ada lima pemain yang berada di garis pertahanan.

Strategi ini terbukti mengantarkan Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 setelah vakum dalam tiga edisi terakhir.

Foto: PSSI

Perbedaan Shin dengan Pelatih Timnas Sebelumnya

Yang paling kentara dari para pemain yang dipilih Shin daripada Simon McMenemy dan Bima Sakti (sebagai dua pelatih Indonesia sebelum Shin) adalah kecenderungan memilih para pemain muda. Shin tidak memanggil mereka yang menjadi bagian skuad timnas untuk Asian Games 2018.

Dari skuad Piala AFF 2018, praktis hanya Evan Dimas yang beberapa masih dipanggil Shin. Lainnya, yang kebanyakan merupakan alumni timnas U19 era Indra Sjafri, tak lagi dipanggil Shin. Selain Evan, Stefano Lillipaly juga pernah dipanggil Shin, yakni untuk Kualifikasi Piala Asia.

Jika Bima cenderung mewarisi skuad yang dibentuk Luis Milla, Shin justru merombaknya. Perombakan ini membuahkan hasil. Timnas perlahan mulai meremajakan diri dengan pemain-pemain muda yang, sebelum bermain di timnas, sudah terlebih dahulu bermain untuk tim mereka, seperti Marselino Ferdinan, Ronaldo Kwateh, Ferrari, Robi Darwis, serta Frengky Missa.

Di FIFA Matchday melawan Curacao, rataan umur pemain timnas adalah 22,9 tahun. Pemain yang berada di atas umur 30 hanya Fachruddin Arianto.

Selain memanggil pemain muda, faktor lain yang digunakan Shin untuk memilih pemain adalah kemampuannya bermain di beberapa posisi (versatile). Salah satu pemain yang menjadi kunci skema permainan Shin adalah Rachmat Irianto.

Ada beberapa posisi yang dimainkan Rachmat ketika dilatih Shin Tae Yong. Gelandang bertahan saat bermain di play off Kualifikasi Piala Asia dan Piala AFF, full back kanan saat Kualifikasi Piala Asia, dan sebagai bek ketika bermain melawan Curacao di pertandingan pertama. Di pertandingan kedua, ia dipasang sebagai gelandang.

Selain Irianto, Shin juga pernah memanggil Alfeandra Dewangga, yang bisa bermain di posisi center bek, full back kiri, dan gelandang bertahan. Namun, di pertandingan melawan Curacao, Shin tak memanggil Dewangga.

Witan, yang biasanya bermain sebagai winger, dipasang Shin untuk berada di belakang Dimas Drajad sebagai penyerang utama di pertandingan kedua melawan Curacao. Sementara di posisi winger diisi oleh Egy dan Saddil.

Banyaknya pemain yang bisa bermain di beberapa posisi tentu memudahkan pelatih untuk menerapkan variasi taktik.

Taktik Shin vs Curacao

Di laga melawan Curacao, Shin memanggil tiga kiper, yaitu Nadeo, Syahrul, dan M Riyandi.

Saat bermain melawan Curacao di pertandingan pertama, Nadeo bermain di belakang tiga senter bek, sama seperti ketika bermain di Kualifikasi Piala Asia. Dengan memasang tiga bek, Nadeo jarang terlibat dalam membangun serangan dari bawah. Sementara itu, Syahrul bermain di laga kedua ketika Indonesia menggunakan formasi dua senter bek. Syahrul dipanggil lantaran ia lebih mampu mengalirkan bola dari belakang dibanding Nadeo.

Komposisi lini tengah diisi oleh Marc Klok dan Kambuaya (di laga pertama), dan Kambuaya Irianto (di laga kedua). Meski memasang dua formasi yang berbeda (3-4-3 di laga pertama dan 4-4-2), pada dasarnya permainan timnas sama, yakni berani menekan lawan sejak build-up dan memanfaatkan agresivitas dari sisi sayap.

Tampaknya, kurangnya striker berkualitas yang pernah dikeluhkan Shin, perlahan terjawab dengan performa apik Dimas Drajad. Dimas menjawab kepercayaan Shin dengan mencetak masing-masing satu gol di dua pertandingan melawan Curacao. Bukan tidak mungkin ia akan menjadi striker tumpuan Indonesia di Piala AFF dan Piala Asia 2023 mendatang, asal ia bisa menjaga performanya di klub.

Ramadhan Sananta pun muncul dan masuk dalam bursa persaingan striker. Ia selalu dimainkan dari bangku cadangan ketika melawan Curacao.

Foto: PSSI

Ekspektasi “Buka Puasa” Bersama Shin

Bila ukurannya adalah trofi, Shin memang belum mampu memberikannya untuk Indonesia. Namun, Shin bukan satu-satunya. Ada banyak pelatih timnas yang tidak mampu menghadirkan trofi. Mengapa Shin cenderung terasa lebih spesial?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perombakan yang berujung regenerasi, peningkatan performa yang berujung pada hasil positif di Kualifikasi Piala Asia 2023 (senior dan U20) merupakan faktor utama mengukur keberhasilan Shin sejauh ini. Selain itu, Shin juga aktif dalam merekomendasikan pemain keturunan untuk diberi kewarganegaraan Indonesia, baik untuk timnas senior maupun U20.

Untuk soal naturalisasi, kita bisa memberi catatan kritis. Hal itu menjadi bukti bahwa federasi harus kembali mengokohkan iklim pembinaan kelompok umur. Masa bermain seorang pemain naturalisasi, seberapa bagusnya ia, pasti terbatas. Memasuki umur 30-an, kemampuannya menurun dan tak bisa lagi bermain di liga-liga Eropa. Sementara itu, peningkatan partisipasi dan pembinaan kelompok umur yang mumpuni merupakan salah dua kunci jangka panjang untuk meraih prestasi di level senior.

Selain faktor teknis soal sepakbola, Shin juga datang ke negara di mana banyak warganya yang gandrung dengan budaya Korea, seperti K-pop dan K-Drama. Secara langsung, dengan performa apik timnas, Shin mendapat perhatian dari para penggemar sepakbola, dengan memanggilnya dengan sebutan Oppa atau Ahjussi. Bisa jadi, Shin juga membuat para penyuka budaya Korea yang sebelumnya tak mengikuti perkembangan timnas, menjadi penggemar timnas.

Shin datang ketika Indonesia berada di peringkat 173 FIFA. Kini, Indonesia berada di posisi 152 setelah menang di dua pertandingan melawan Curacao pada 24 dan 27 September lalu. Atas perjalanan Shin bersama Indonesia sejauh ini, ia sudah berhasil mencuri perhatian publik sepakbola di negara ini meski tanpa trofi.

Tantangan Shin selanjutnya adalah membuat Indonesia “buka puasa” di Piala AFF Desember mendatang. In STY We Trust (?)






Komentar