Analisis Pertandingan Indonesia vs Curacao: Efektif dan Efisiennya Permainan Indonesia Taklukkan Curacao

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Pertandingan Indonesia vs Curacao: Efektif dan Efisiennya Permainan Indonesia Taklukkan Curacao

Gelora Bandung Lautan Api menjadi saksi keberhasilan Tim Nasional (Timnas) Indonesia mengalahkan Curacao dalam ajang FIFA Matchday dengan skor 3-2. Berkat kemenangan ini, Indonesia meraih tambahan 7,41 poin FIFA dan naik ke posisi 153 rangking FIFA. Tidak hanya itu, pendekatan taktikal yang digunakan oleh Shin Tae-yong mampu mengoptimalkan potensi dari setiap individu yang dimilikinya.

Shin menggunakan formasi dasar 3-4-3 untuk 11 pertama Indonesia. Ia menempatkan Elkan Bagott, Fachrudin, dan Rachmat Irianto sebagai tiga bek tengah. Marc Klok dan Ricky Kambuaya bermain sebagai duo gelandang sentral sekaligus distributor utama. Di depan, Indonesia menempatkan tiga pemain dengan keunggulan kecepatan yaitu Witan, Egy, dan Dimas Drajad. Sementara Pratama Arhan dan Yakob Sayuri menjadi andalan untuk mengeksploitasi sisi sayap Curacao.

Di kubu lawan, Remko Bicentini menempatkan satu penyerang tunggal yaitu Rangelo Janga, sementara Kenji Goore lebih bermain di sayap. Vurnon Anita, yang menjadi andalan di lini tengah, tidak bisa bermain. Penggantinya adalah Leandro Bacuna yang digeser sebagai pivot. Sebelumnya, sang pemain sering bermain sebagai bek tengah kala Curacao masih dilatih Art Langeler.

Gambar 1 - Susunan Pemain Sebelas Pertama Indonesia dan Curacao

Meskipun kualitas pemain-pemain Indonesia dianggap masih di bawah Curacao, mereka justru berhasil menunjukkan bahwa apa yang di atas kertas berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Ada beberapa catatan yang menjadi faktor kunci peningkatan pesat punggawa Garuda, sekaligus bisa menjadi bahan evaluasi Shin untuk meningkatkan performa timnya.

Build-up Rapi dari Lini Belakang dan Berani Menguasai Bola

Sejak awal pertandingan, Indonesia berusaha membangun serangan dari lini belakang. Rachmat Irianto yang diplot sebagai bek tengah sentral menjadi pemain pertama yang memulai serangan. Fachrudin dan Elkan bergerak melebar untuk menciptakan opsi umpan sementara dua bek sayap bergerak naik ke garis tengah lapangan.

Curacao berusaha menekan dengan melancarkan high press dengan tiga hingga empat pemain. Rangelo Janga dan Kevin Goore berusaha menutup jalur umpan ke arah Klok dan Kambuaya. Sementara duo Bacuna berdiri di lapangan tengah untuk mengantisipasi umpan jauh yang mungkin dilepaskan oleh Rachmat Irianto.


Gambar 2 - Ilustrasi pergerakan Indonesia lepas dari tekanan Curacao.

Walaupun demikian, anak asuh Shin Tae-yong berulang kali mampu lepas dari high press yang diterapkan lawan. Caranya adalah dengan memberikan peran kepada Klok dan Kambuaya sebagai “umpan” agar pemain tengah Curacao fokus kepada mereka. Padahal, target umpan sesungguhnya adalah tiga pemain depan yang bergantian untuk bergerak turun, memanfaatkan ruang yang ditinggalkan oleh pemain Curacao. Proses bangun serangan yang rapi ini menjadi faktor utama kesebelasan berjuluk Garuda ini mampu menciptakan peluang dan mencetak gol.

Sepanjang pertandingan, tim nasional Indonesia cukup tenang untuk menguasai bola dan mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Jika tidak ada cukup ruang bagi lini depan untuk menerima bola panjang, Klok dan kawan-kawan tidak terburu-buru dan berani mengalirkan bola-bola pendek. Pergerakan dinamis Dimas, Witan, dan Egy sangat membantu lini tengah Indonesia untuk mempertahankan penguasaan bola.

Terlepas dari satu gol dan satu asis yang diciptakan Dimas Drajad, kontribusinya terhadap lini serang Indonesia cukup besar. Ia tidak ragu untuk turun menjemput bola atau sekedar bergerak ke tengah untuk memancing bek tengah lawan dan menciptakan ruang yang bisa dimanfaatkan oleh Witan atau Egy.

High Press Defence yang Efektif

Sejak menit pertama, Shin menerapkan skema bertahan dengan pendekatan high press defence. Artinya, tim nasional Indonesia menekan penguasaan bola lawan ketika bola masih dikuasai oleh pemain belakang lawan. Empat hingga lima pemain menekan sementara lini tengah dan lini belakang turut bergerak naik untuk mempersempit ruang bermain lawan. Konsekuensinya, tercipta ruang yang cukup luas di belakang lini pertahanan Indonesia.

Gambar 3 - Ilustrasi High Press Timnas Indonesia

Taktik bertahan seperti ini memaksa Curacao untuk lebih mendekat ke lini belakang agar lepas dari tekanan tim nasional Indonesia. Namun, agresivitas dan kecepatan dari pemain-pemain Garuda berulang kali menggagalkan proses bangun serangan tim tamu. Bahkan, tidak jarang Witan, Egy, atau Kambuaya, berhasil merebut bola dan langsung mengancam gawang Curacao.

Selain itu, Indonesia mampu menerapkan taktik bertahan ini hampir sepanjang pertandingan. Meskipun ada beberapa momen taktik ini justru menemui petaka. Dua gol yang bersarang di gawang Nadeo berawal dari kejelian kesebelasan tamu dalam memanfaatkan garis pertahanan tinggi yang diterapkan Shin. Namun bukan berarti taktik Shin gagal karena tidak ada satu pun taktik tanpa konsekuensi.

Bermain Lebih Sederhana

Sebelumnya, Indonesia bisa saja menciptakan banyak peluang dalam satu pertandingan. Tapi, hanya sedikit dari peluang tersebut berbuah gol akibat salah mengambil keputusan. Pada pertandingan ini, Shin berusaha menciptakan permainan yang lebih sederhana. Ketika menguasai bola, para pemain Indonesia cukup bijak untuk memutuskan mengirimkan umpan panjang ke depan atau mengembalikan ke belakang untuk melakukan reorganisasi dan menjaga tempo.

Keteraturan tempo hadir dari kaki Klok. Posisinya sebagai gelandang sentral memudahkannya untuk membaca situasi dan memutuskan arah aliran serangan. Kejeliannya dalam mendeteksi celah menjadi kunci penting keberhasilan Indonesia kuat dalam penguasaan bola dan menciptakan peluang. Peran Klok semakin nyaman berkat kehadiran Ricky Kambuaya dan Marselino Ferdinan yang menggantikannya di babak kedua.

Baik Kambuaya maupun Marselino memainkan peran yang sama. Pada situasi menguasai bola, mereka berdiri di sekitar Klok. Tujuannya adalah menciptakan opsi umpan bagi gelandang dari Persib Bandung itu jika belum menemukan celah di lini depan. Pada saat situasi bertahan, Kambuaya dan Marselino aktif dalam melancarkan pressing sehingga memberikan keleluasaan bagi Klok untuk membaca situasi

Ketika menyerang, hampir semua pemain terlibat. Posisi yang ditentukan oleh sang pelatih tidak membatasi pergerakan pemain yang sangat dinamis tapi tetap teratur. Keleluasaan yang didapatkan Klok pun membuatnya beberapa kali masuk ke dalam kotak penalti bahkan mencetak gol. Selain itu, Irianto yang berposisi sebagai bek tengah tidak jarang berani melakukan penetrasi dan kombinasi di depan kotak penalti lawan. Bahkan pada beberapa momen ia berhasil masuk ke dalam kotak penalti lawan dan mengancam gawang Tyrick Bodak.

Selain berburu poin FIFA, pertandingan ini menjadi salah satu persiapan Shin untuk mengincar gelar juara Piala AFF 2022. Pemain yang ia panggil dan dimainkan pada laga ini berpeluang besar menjadi skuad Indonesia dalam ajang tersebut. Tapi, dari sisi taktikal mungkin Shin masih menyiapkan berbagai opsi.

Skuad Garuda berpotensi semakin kuat apabila Shayne, Jordi, dan Shandy telah menyelesaikan prosedur naturalisasi. Bercermin dari pengalaman, posisi, dan kualitas individu, tiga pemain ini kemungkinan besar akan masuk ke dalam skuad Piala AFF 2022. Jika demikian, Indonesia kemungkinan besar mampu menciptakan alternatif lain. Tidak selalu bermain dengan pola dasar 3-4-3. Terlebih, 3 pemain naturalisasi ini cocok bermain dengan skema Shin Tae-yong yang saat ini dikembangkan atau bahkan jika bergeser ke skema 4-3-3.

Beberapa pemain di bawah 20 tahun memperkuat tim nasional Indonesia. Marselino dan Sananta dipercaya mendapatkan menit bermain untuk menambah jam terbang mereka di level yang lebih tinggi. Tujuannya adalah menyiapkan mental untuk menyambut Piala Asia U-20 yang akan diselenggarakan tahun depan. Terlebih, skuad Indonesia U-20 berpotensi diperkuat beberapa pemain baru hasil naturalisasi.




Komentar