Peta Kekuatan Timnas Curacao: Kedalaman Skuad, Gaya Bermain, Hingga Kelemahannya

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Peta Kekuatan Timnas Curacao: Kedalaman Skuad, Gaya Bermain, Hingga Kelemahannya

Jadwal FIFA Matchday bulan September 2022 mempertemukan timnas Indonesia dengan timnas Curacao. Pertandingan pertama akan dihelat pada tanggal 24 September 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, lalu dilanjutkan pada tanggal 27 September 2022 di Stadion Pakansari atau Patriot Candrabhaga. Laga ini penting bagi kedua tim untuk menambah poin ranking FIFA.

Pertandingan ini merupakan pengalaman pertama Indonesia menghadapi Curacao. Belum banyak informasi yang bisa digunakan sebagai dasar persiapan pertandingan. Terlebih, Indonesia baru enam kali berhadapan dengan negara CONCACAF. Selain itu, jika meninjau dari peringkat FIFA, Indonesia yang bertengger di peringkat ke-155 FIFA masih tertinggal jauh dari Curacao yang berada di peringkat ke-84.

Remko Bicentini membawa 23 pemain dengan kombinasi pemain muda dan senior. Vurnon Anita dan Leandro Bacuna merupakan salah dua pemain senior yang paling berpengalaman. Mereka pernah mencicipi kerasnya Liga Inggris meskipun tidak bertahan lama. Sayangnya, Quilidnschy Hartman yang mengincar debutnya bersama tim nasional Curacao gagal berangkat akibat kebijakan Feyenoord yang menginginkan sang pemain untuk fokus pulih dari cedera.

Prestasi terakhir Curacao adalah menjuarai King’s Cup di Thailand pada tahun 2019. Sebelumnya, La Familia Azul berhasil keluar sebagai juara Karibia Cup tahun 2017 setelah mengalahkan Jamaika dengan skor tipis 1-2. Dengan demikian, Indonesia tidak boleh menganggap remeh walaupun tampil di depan pendukung sendiri.

Bertamu ke Indonesia, Curacao tentu mengincar kemenangan. Jika hanya bercermin dari selisih peringkat FIFA, tentu mereka diunggulkan. Tapi, informasi tersebut tentu tidak cukup untuk meningkatkan kewaspadaan anak asuh Shin Tae-yong. Perlu tinjauan lebih lanjut peta kekuatan Curacao dan menemukan kelemahannya.

Kedalaman Skuad

Curacao datang ke Indonesia membawa 23 pemain dengan latar belakang yang beragam. Remko Bicentini membawa pemain senior dan junior. Mayoritas dari mereka pernah mencicipi akademi atau bahkan kompetisi di Benua Eropa. Selain Eropa, beberapa pemain berkarir di Benua Asia, yaitu Roly Bonevacia, Elson Hooi, dan Darryl Lachman. Tercatat hanya Bryan Anastatia dan Rowendy Sumter yang bermain di Liga Curacao.

Tapi, Curacao datang tanpa penjaga gawang andalan, Eloy Room. Sang pemain berhalangan hadir karena harus membela Columbus Crew dalam kompetisi Major League Soccer.

Komposisi pemain yang dibawa Remko Bicentini cukup terdistribusi di semua posisi. Setidaknya ada dua pemain di setiap posisi dalam skema 4-2-3-1 yang biasa mereka terapkan. Satu-satunya posisi yang diisi oleh lebih dari dua pemain adalah penjaga gawang. Beberapa pemain versatile melengkapi komposisi skuad Caracao seperti Vurnon Anita dan Juninho Bacuna.

Gambar 1 - Kedalaman skuad Curacao yang akan menghadapi Indonesia

Meninjau dari komposisi di atas, Curacao cukup leluasa untuk menerapkan berbagai skema permainan. Biasanya Remko Bicentini bermain dengan formasi dasar 4-2-3-1. Tapi, Curacao juga pernah menggunakan 4-4-2 dan 3-4-1-2 kala bertemu Panama dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia tahun lalu. Hal ini bisa menjadi petimbangan Bicentini untuk menemukan pola baru.

Dalam skuad Remko Bicentini terdapat pemain yang tahun ini mengalami perubahan posisi yang ekstrem. Ia adalah Leandro Bacuna. Mantan pemain Aston Villa ini nyaman bermain sebagai gelandang serang. Tapi, pada saat Curacao menghadapi Kanada dalam ajang Liga Negara CONCACAF, ia bermain sebagai bek tengah. Maka tidak heran jika pada laga nanti, Bacuna kembali bermain sebagai bek tengah.


Gambar 2 - Posisi Leandro Bacuna saat bertemu Panama (13/6/2021) dan Kanada (10/6/2022)

Gaya Bermain

Pada tulisan sebelumnya, menjelaskan bahwa Curacao memiliki hubungan historis dengan Belanda. Bahkan, beberapa pemain timnas Curacao lahir di negeri kincir angin tersebut. Sehingga, darah Belanda mengalir dalam tubuh pemain-pemain Curacao.

Saat ini, Curacao dilatih oleh Remko Bicentini yang kembali ditunjuk sejak Agustus 2022. Sebelumnya, ia sempat melatih tim nasional Curacao pada tahun 2020. Sebelum kembali ke Curacao, Bicentini sempat menjabat sebagai asisten pelatih di NEC Nijmegen dan asisten pelatih tim nasional Kanada pada tahun 2021. Ia juga tergolong sebagai pelatih yang pernah menjadi pemain yang juga sempat membela NEC Nijmegen.

Jika berkaca pada uraian di atas, ikatan antara Curacao dan Belanda cukup kuat baik dari sisi pelatih maupun sejarah. Sebelum Remko Bicentini menjabat, Guus Hiddink dan Patrick Kluivert sempat duduk sebagai pelatih tim nasional Curacao. Pelatih sebelumnya, Art Langeler, juga berkebangsaan Belanda, Tapi, apakah gaya bermain La Familia Azul menyerupai gaya permainan Belanda? bisa iya, bisa tidak.

Perlu diingat bahwa sang pelatih baru ditunjuk bulan lalu. Sehingga kemungkinan besar masih dalam fase penyesuaian. Terdapat pemain-pemain baru pilihan Bicentini yang jarang dipilih oleh Art Langeler. Tapi, pemain kunci seperti Vurnon Anita tetap jadi pilihan utama.

Komposisi pemain yang dibawa ke Indonesia memungkinkan Curacao untuk bermain dominan dalam penguasaan bola. Mereka unggul di semua aspek. Mulai dari fisik, kapabilitas pemain, pengalaman pemain, dan sebagainya. Sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk bersikap “mengalah”.

Baca Juga: Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Curacao

Ketika menyerang, Curacao memanfaatkan akselerasi di area sayap. Juninho Bacuna merupakan salah satu pemain yang patut diwaspadai. Ia cukup lihai dalam mendeteksi celah di sepertiga akhir lawan dengan mengirimkan umpan terobosan, umpan silang, bahkan melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Tapi, mengingat keunggulan fisik yang mereka miliki, kemungkinan besar Curacao akan banyak memanfaatkan duel-duel udara.

Keunggulan Curacao hadir dari lini tengah yang dikomandoi oleh Vurnon Anita. Pemain yang masih aktif bermain di Eredivisie ini bermain di posisi gelandang bertahan. Perannya sangat penting bagi Curacao. Pada saat situasi menyerang, ia menjadi pemain pertama yang mengalirkan bola dari belakang ke depan. Pada saat situasi bertahan, ia tidak jarang turun hingga sejajar dengan bek tengah untuk mengantisipasi serangan lawan. Ia juga bertugas memutus serangan balik lawan pada situasi transisi dari menyerang ke bertahan.

Curacao memiliki potensi untuk menerapkan taktik bertahan dengan pressing tinggi di area pertahanan lawan. Tujuannya adalah merebut bola secepat mungkin atau setidaknya memberikan ketidaknyamanan kepada lawan untuk menguasai bola dan membangun serangan. Karena, jika lawan melepaskan bola udara untuk lepas dari tekanan, mereka lebih unggul karena memiliki fisik yang cenderung lebih tinggi. Dengan demikian, mereka berhasil menggagalkan serangan lawan dan kembali menguasai bola.

Saat transisi, Curacao berpotensi melakukan serangan balik cepat dibanding memberikan bola ke pemain belakang untuk melakukan reorganisasi. Rangelo Janga kerap menjadi target serangan balik disusul dengan akselerasi dari sisi sayap.

Kelemahan

Saat ini, Curacao sedang berjuang untuk lolos dari Grup C Liga Negara CONCACAF. Mereka bersaing dengan Kanada dan Honduras. Dari tiga pertandingan yang telah digelar, Curacao baru menang satu kali kala berhadapan dengan Honduras. Sisanya, Curacao takluk 4 gol tanpa balas dari Kanada dan satu kekalahan pada leg pertama melawan Honduras. Catatan negatif ini bisa menjadi alasan Curacao mengganti Art Langeler dengan Remko Bicentini.

Jika meninjau dari kekalahan pada kompetisi di atas, Curacao memiliki kelemahan yang kemungkinan besar belum terselesaikan di tangan Remko Bicentini. Salah satunya adalah kecepatan. Empat gol yang Kanada ceploskan ke gawang Curacao berasal dari akselerasi di sisi sayap dengan mengirimkan umpan panjang dan memaksa bek sayap Curacao mengadu kecepatan.

Selain itu, Curacao memang unggul secara individu namun untuk soal kolektivitas, mereka cukup rapuh, terutama dalam organisasi bertahan. Pendekatan bertahan dengan pressing tinggi memaksa mereka menerapkan garis pertahanan yang tinggi. Hal ini yang sering dimanfaatkan lawan untuk mengirim bola ke belakang garis pertahanan mereka. Pada situasi ini, organisasi pertahanan Curacao seketika tidak teratur sehingga lawan cukup mudah menemukan ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan untuk mencetak gol.

Remko Bicentini menolak stigma bahwa tim nasional Curacao merupakan tim nasional Belanda versi mini.

“Kami bukan tim nasional Belanda, kami adalah Curacao. Kami hanya ingin melakukan pekerjaan yang baik. Saya selalu berharap seperti itu (tentang melakukan pekerjaan yang baik). Ini bukan tentang Remko Bicentin atau Guus Hiddink, ini tentang Curacao” ujar Remko Bicentini yang dikutip dari Goal.

Komentar