Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Curacao

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Curacao

Indonesia akan menghadapi Curacao di FIFA Matchday September 2022. Pertandingan pertama akan digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 24 September, dan pertandingan kedua yang semula akan digelar di Jakarta International Stadium (JIS), dipindah ke Stadion Pakansari atau Patriot Candrabhaga pada 27 September.

Ini menjadi kali pertama Indonesia menghadapi Curacao, sekaligus menjadi pertandingan ketujuh Indonesia menghadapi negara CONCACAF.

Baca Juga: Peta Kekuatan Curacao: Kedalaman Skuad, Gaya Bermain, Hingga Kelemahannya

Dari ranking FIFA yang diperbarui pada 25 Agustus 2022, Curacao berada di peringkat 84. Di peringkat 85 dan 86 ada Bahrain dan Jordania yang tak menutup kemungkinan berada dalam satu grup di Piala Asia nanti. Paling tidak, ukuran peringkat ini sedikit menjadi tolok ukur level permainan Curacao.

Curacao menelan dua kali kekalahan dalam tiga pertandingan awal CONCACAF National League 2022. La Familia Azul takluk dari Honduras, tim yang pernah berlaga di Piala Dunia 2010 itu dengan skor 0-1 (4/6) dan berhasil merengkuh kemenangan pada pertemuan kedua (7/6) dengan skoir 2-1, serta dikalahkan Kanada dengan skor telak 0-4 (10/6).

Indonesia terakhir kali bermain pada Kualifikasi Piala Asia di Kuwait, dengan berhasil mengemas dua kemenangan (melawan Kuwait dan Nepal) serta sekali kalah (melawan Jordania). Hasil itu mengantarkan Indonesia lolos ke Piala Asia 2023.

Dari 23 pemain yang dipanggil pelatih Curacao Remko Bicentini, hanya ada dua pemain yang bermain di Liga Curacao, yakni Rowendy Sumter dan Bryan Anastatia. Sisanya banyak yang bermain di Belanda seperti Vurnon Anita dan Kevin Felida (RKC Walwiijk), Michael Maria dan Jarchinio Antonio (NAC Breda - Divisi Dua), Quilindschy Hartman (Feyenoord), Tyrick Bodak dan Jeremy Antonisse (JONG PSV - Divisi Dua), Nathangelo Markelo (Excelsior Rotterdam), dan Justin Ogenia (FC Eindhoven - Divisi Dua).

Selain itu, ada juga yang bermain di tim-tim Eropa lain, seperti Kenji Gorre (Boavista - Portugal), Juninho Bacuna (Birmingham City - EFL), dan Rangelo Janga (CFR Cluj - Rumania).

Roly Bonevacia dan Elson Hooi (Al-Tadamon SC - Kuwait), dan Darryl Lachman (Perth Glory - Australia), merupakan tiga pemain yang bermain di Asia.

Leandro Bacuna, seorang gelandang, pernah bermain untuk Reading dan Aston Villa. Vurnon Anita pernah membela Ajax, Newcastle dan pernah membela Timnas Belanda. .

Pada 2017, Curacao menjuarai Karibia Cup setelah mengalahkan Jamaika di partai final dengan skor 1-2. Itu merupakan kali pertama Curacao menjuarai turnamen bagi negara-negara di Kepulauan Karibia itu. Selain itu, pada 2019, Curacao juga mengikuti King’s Cup di Thailand dan berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan Vietnam di babak final.

Para pemain Curacao adalah pemain yang kebanyakan merasakan atmosfer akademi dan kompetisi Eropa.

Sekilas Sejarah Sepakbola Curacao

Negara dengan luas 444 km2 (sekitar sepertiga luas kabupaten Banyumas) itu terletak di Kepulauan Karibia dan merupakan salah satu dari empat negara Kerajaan Belanda. Bahasa yang digunakan oleh penduduk Curacao adalah Papiamentu, Inggris, dan Belanda. Populasi Curacao sekitar 150.000

Persamaan Indonesia dan Curacao adalah sama-sama mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan Belanda. Pada abad 16-18, Belanda menjadikan Curacao sebagai salah satu pelabuhan strategis bagi Dutch West India Companie. Pada 1660-an, Curacao telah menjadi salah satu sentral perdagangan manufaktur Eropa dan budak-budak.

Wim Klooster dalam esai berjudul Curacao as a Transit Center to the Spanish Main and the French West Indie menulis sebuah laporan pemerintah Belanda pada abad 18 tentang Curacao, yaitu satu-satunya pelabuhan aman yang dimiliki negara di Hindia Barat yang dapat melindungi 300 kapal berukuran besar dari angin dan ombak.

Belanda begitu diuntungkan dengan menguasai Curacao, karena daerah itu merupakan jalur lalu lintas perdagangan serta di tempat itulah barang-barang dari Amerika Selatan diangkut ke Eropa.

Pada 1845 Curacao masuk ke dalam salah satu enam daerah yang dinaungi Kerajaan Belanda. Daerah-daerah itu diberi nama Antillen Belanda, yang pada 1954 diberi otonomi khusus. Pada 2010, Antillen Belanda resmi dibubarkan, sehingga Curacao, Sint Maarten dan Aruba menjadi wilayah tersendiri - meski masih dalam naungan Kerajaan Belanda.

Pada 1909, klub sepakbola pertama di Curacao didirikan. Ketika itu, penduduk Curacao hanya berjumlah 25.000 dan, yang menarik, pertandingan pertama antara CVV Republik melawan Dutch Marines digelar di sebuah taman sebuah gereja bernama Santa Famia karena di Curacao belum ada lapangan sepakbola.

Para biarawan mempunyai andil besar dalam perkembangan sepakbola di Curacao. Para biarawan itu, yang juga berprofesi sebagai guru sekolah, menginisiasi pembangunan lapangan sepakbola di Curacao.



Karena berada di bawah naungan Belanda, Federasi Sepakbola Curacao yang berdiri pada 1921 pun menggunakan nama dalam Bahasa Belanda, yaitu Curacao Voetbal Bond (CVB) - Voetbal dalam bahasa Belanda berarti sepakbola dan bond berarti persatuan. Pada 1932, CVB bergabung dengan FIFA. Sebelum bergabung dengan FIFA, pada 1926, tim seleksi nasional Curacao pergi ke Haiti untuk menghadapi Haiti, Jamaika, dan Republik Dominika. Curacao berhasil mengalahkan Haiti dan Republik Dominika.

Curacao juga berpartisipasi dalam turnamen CONCACAF Championship yang pertama pada 1941 di Kosta Rika, yang diikuti oleh Kosta Rika, Curacao, Nikaragua, El Salvador dan Panama. Di turnamen yang digelar dengan sistem setengah kompetisi tersebut, Curacao menempati posisi ketiga.

Dilansir dari situs resmi Federasi Sepakbola Curacao, pada 1946 mereka menggelar turnamen internasional di Curacao untuk memperingati 25 tahun berdirinya CVB. Turnamen itu diikuti Aruba, Suriname, Atletico Junior (Kolombia), dan Feyenoord Rotterdam.

Membicarakan sejarah sepakbola Curacao, rasanya harus menyebut satu nama: Mordy Maduro. Mordi terpilih menjadi Presiden CVB pada 1951, dan menjadi Presiden NAVU dari 1958 hingga 1971. NAVU, atau Netherlands Antilles Football Union, merupakan asosiasi sepakbola gabungan negara-negara Antillen Belanda yang berdiri pada 1958.

Maduro juga menjadi Vice-Presiden FIFA pada 1960, dan terpilih lagi pada 1968. Semasa menjabat sebagai Presiden CVB, ia banyak membawa tim-tim asing ke Curacao. Pada 1977, mereka mengubah nama CVB menggunakan Bahasa Papiamentu, yakni Federashon Futbol Korsou (FFK).

Hubungan historis panjang dengan Belandalah yang menyebabkan banyak pemain timnas Curacao lahir di Belanda atau pemain timnas Belanda lahir di Curacao. Salah satu di antaranya adalah Vurnon Anita. Ia lahir di Curacao tapi tumbuh di Belanda. Ia pernah tiga kali bermain untuk timnas Belanda pada 2010 sebelum memutuskan membela timnas Curacao pada 2021.

Beberapa pemain timnas Belanda pun memiliki garis keturunan Curacao, seperti Gregory van der Wiel dan Leroy Fer. Ayah kedua pemain itu berasal dari Curacao, namun mereka besar di Belanda dan bermain untuk timnas Belanda.

Di Curacao, baseball merupakan olahraga yang paling populer. 15 pemain Curacao bermain di Major League Baseball (MLB) Amerika. Perkembangan itu dipicu oleh salah satu pemain bernama Hensley Meulens yang menandatangani kontrak bersama klub MLB, New York Yankees pada 1989.

FFK mencoba terus mengangkat prestasi sepakbola Curacao dengan memanggil pemain-pemain berdarah Curacao untuk memperkuat timnas. Mereka pernah menunjuk Guus Hiddink dan Patrick Kluivert sebagai pelatih.

Perubahan signifikan sepakbola Curacao mulai terlihat di awal 2000-an. NAVU membangun pusat latihan dan pengembangan yang didanai FIFA melalui proyek FIFA Goal pada 2003. Pusat pelatihan itu dinamai Mordy Maduro - sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa Maduro. Di tahun yang sama, kompetisi sepakbola perempuan pun dihelat.

Sampai 2003, pemain timnas Curacao hanya diisi pemain yang hidup di Curacao dan Bonaire. Gebrakan dilakukan untuk meningkatkan level timnas, salah satunya dengan mendatangkan Pim Verbeek, pelatih asal Belanda yang juga pernah menukangi Korea Selatan dan Australia. Perekrutan pemain yang bermain di Liga Belanda dimulai sejak itu.

FFK terus mengembangkan diri dengan bekerjasama dengan FIFA dan KNVB dalam program pendidikan wasit, pelatih, manajemen dan sepakbola perempuan. Pada 2010, ketika Curacao dan negara Antillen Belanda lain menjadi negara yang mempunyai otonom sendiri, NAVU dibubarkan.

Dengan negara sekecil itu, Curacao mempunyai tiga kasta liga sepakbola, yakni Prome Division, Segundo Division, dan Terser Division. Liga berlangsung di tiga tempat, yakni Ergilio Hato Stadium, Rignaal Jean Fransisca Stadium, dan Antoin Maduro Stadium. Dengan luas negara, jumlah penduduk dan fasilitas yang ada, rasa-rasanya sulit bagi Curacao untuk membangun sepakbola mereka kalau tidak mengandalkan pemain-pemain berdarah Curacao yang bermain di luar negeri.

Rekor Timnas Indonesia Menghadapi Negara-Negara CONCACAF

Berikut rekor pertemuan Indonesia menghadapi negara CONCACAF.

Indonesia

2

-

2

USA

President’s Cup, Korea Selatan 1983

Indonesia

0

-

4

Kanada

Merlion Cup, Singapura 1986

Indonesia

2

-

1

Jamaika

Friendly Match, 2007

Indonesia

0

-

1

Kuba

Friendly Match, 2014

Indonesia

0

-

0

Puerto Rico

Friendly Match, 2017

Indonesia

2

-

1

Guyana

Friendly Match, 2017

Daftar Skuad Curacao

Pelatih: Remko Bicentini

Pemain:

  1. Jean Marc Antersijn GK (Atlantic City FC)
  2. Tyrick Bodak GK (JONG PSV - Divisi 2 Liga Belanda)
  3. Vurnon Anita (RKC Waalwijk)
  4. Juninho Bacuna (Birmingham City - EFL)
  5. Leandro Bacuna (Last Club Cardiff City)
  6. Roly Bonevacia (Al-Tadamon SC - Kuwait)
  7. Shanon Carmelia (USV Hercules - Divisi 4 Liga Belanda)
  8. Kevin Felida (RKC Waalwijk)
  9. Kenji Gorre (Boavista Portugal)
  10. Quilindschy Hartman (Feyenoord) sedang pemulihan cedera dan kemungkinan digantikan Bradley Marthis (Ijjslemeervogels - Divisi 3 Liga Belanda)
  11. Elson Hooi (Al-Tadamon SC Kuwait)
  12. Rangelo Janga (CFR Cluj)
  13. Gino van Kessel (Last Club Gyirmot)
  14. Darryl Lachman (Perth Glory)
  15. Michael Maria (Last Club NAC Breda)
  16. Rhu Endly Martina (Last Club Go Ahead Eagles)
  17. Rowendy Sumter (Scherpenheuvel Curacao)
  18. Bryan Anastatia (Jong Holland Curacao)
  19. Jarchinio Antonia (NAC Breda - Divisi 2 Liga Belanda)
  20. Jeremy Antonisse (JONG PSV - Divisi 2 Liga Belanda)
  21. Gevaro Nepomuceno (Last Club Cherno More)
  22. Nathangelo Markelo (Excelsior Rotterdam)
  23. Justin Ogenia (FC Eindhoven - Divisi 2 Liga Belanda)

Komentar