Analisis Pertandingan Manchester City vs Borussia Dortmund: Pergantian Pemain Bukan Hanya Tentang Siapa, Tapi Juga Kapan

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Pertandingan Manchester City vs Borussia Dortmund: Pergantian Pemain Bukan Hanya Tentang Siapa, Tapi Juga Kapan

Publik Etihad Stadium pulang dengan senyum lebar setelah Manchester City berhasil mengalahkan Borussia Dortmund dengan skor 2-1. Hasil ini membawa anak asuh Pep Guardiola kokoh di puncak Grup G dengan 6 poin sementara tim tamu masih tertahan di peringkat kedua dengan total 3 poin.

Pep Guardiola menerapkan beberapa penyesuaian pemain, terutama di lini belakang. Ia memberi posisi baru untuk John Stones yang bermain sebagai bek kanan. Akanji dan Nathan Ake berpasangan sebagai duo bek tengah. Bernardo Silva yang sering menjadi pemain inti justru tidak masuk ke dalam sebelas pertama. Perannya dialihkan kepada Ilkay Gundogan yang memiliki pengalaman lebih banyak di Bundesliga. Di depan, Jack Grealish dan Riyad Mahrez dipasang untuk mendampingi Erling Haaland.

Di kubu tim tamu, Erdin Tezic hadir dengan komposisi pemain berbeda. Ia mengistirahatkan Julian Brandt dan menempatkan Giovanni Reyna dan Marco Reus untuk mendukung Anthony Modeste dari sayap. Emre Can bermain sejak menit pertama dengan tugas utama memecah alur serangan lawan dan memberi kenyamanan bagi Jude Bellingham dan Salih Ozcan agar fokus menyuplai bola ke depan. Mats Hummels hadir sebagai pemimpin untuk menjaga konsistensi unit pertahanan seperti yang telah dibahas dalam pratinjau pertandingan.


Gambar 1 - Susunan pemain Manchester City dan Borussia Dortmund

sumber : SofaScore

Laga baru “hidup” di babak kedua. Pada babak pertama, Manchester City yang lebih banyak memegang bola kesulitan menembus pertahanan Borussia Dortmund. Tapi di babak kedua, Dortmund lebih berani keluar menyerang meskipun tetap menerapkan garis pertahanan rendah atau sedang. Beberapa kali Marco Reus mendapatkan kesempatan serangan balik.

Pertandingan semakin memanas ketika tim tamu justru berhasil mencuri gol dari kepala Jude Bellingham. Sayangnya, keunggulan ini gagal dipertahankan oleh skuad Edin Terzic sehingga mereka gagal mencuri poin di Etihad Stadium.

Pep Guardiola patut merasa lega karena anak asuhnya berhasil membalikkan keadaan. Lecutan motivasi yang punggawanya tunjukkan setelah tertinggal, menjadi modal utama. Selain itu, ia memiliki penyerang tajam seperti Erling Haaland yang mampu memanfaatkan peluang tipis menjadi gol.

Walaupun demikian, keberhasilan Manchester City membalikkan keadaan tidak hanya datang dari mental, taktik, dan hal-hal teknis yang Pep terapkan. Tetapi juga dipermudah dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh kubu Borussia Dortmund.

Terlalu Cepat Menggantikan Modeste dengan Schlotterbeck

Borussia Dortmund berhasil mematahkan dominasi Manchester City pada menit ke-56. Gol yang dicetak Jude Bellingham yang berawal dari situasi set piece membawa punggawa Die Borussen kepada ambang kemenangan. Tim tamu sangat berpeluang untuk pulang dengan tiga angka andai Edin Terzic tidak menggantikan Anthony Modeste dengan Nico Schlotterbeck.

Menggantikan seorang penyerang dengan bek tengah memang lumrah dilakukan oleh seorang pelatih. Apalagi dalam situasi unggul. Tapi, Dortmund nampaknya lupa bahwa yang mereka hadapi adalah Manchester City. Pergantian dilakukan pada menit ke-78. Artinya, Pep Guardiola memiliki 12 menit untuk membalikkan keadaan. Dengan waktu sebanyak itu, Pep bisa menerapkan berbagai jenis rencana walaupun tim lawan dihuni oleh lebih banyak pemain bertahan.

Schlotterbeck bergabung dengan Hummels dan Sule sebagai bek tengah sehingga Dortmund memasang lima bek dalam 12 menit terakhir waktu normal. Secara tidak langsung, Edin Terzic tidak lagi menyisakan satu pemain di depan sebagai target serangan balik. Akibatnya, dua bek tengah Manchester City bisa leluasa membantu serangan. Nathan Ake, Akanji, dan John Stones yang semula tidak terlalu terlibat dalam serangan, kini leluasa bergerak ke area lawan. Sehingga tidak heran jika gol penyeimbang tuan rumah hadir dari kaki Stones yang melepaskan tembakan dari depan kotak penalti.

Cerita mungkin akan berbeda jika Edin Terzic sedikit lebih bersabar untuk melakukan pergantian ini di atas menit ke-85 jika memang tujuanya adalah all out defense. Dengan demikian, durasi taktik ini hanya diterapkan selama 5-10 menit (termasuk tambahan waktu). Durasi yang pendek tentu mengurangi beban fisik dan mental sehingga kemungkinan keberhasilannya semakin besar.

Menurunkan Intensitas dan Membiarkan Manchester City Mengembangkan Permainan

Poin ini berkaitan dengan poin pertama yang sebelumnya dibahas. Ketika Borussia Dortmund memutuskan untuk mengganti seorang penyerang dengan bek tengah mengindikasikan bahwa sang pelatih ingin mengurangi intensitas tekanan kepada lawan. Padahal, salah satu keberhasilan mereka meredam tuan rumah adalah dengan terus menekan dan membuat Manchester City tidak nyaman saat menguasai bola.

Ketika intensitas berkurang, peluang Manchester City untuk mengembangkan permainan lebih besar. Hal ini terlihat jika bercermin pada selisih tembakan yang dilepaskan Manchester City sebelum menit ke-78 dan setelahnya. Sebelum terjadi pergantian antara Meyer dan Schlotterbeck, Manchester City tidak pernah melepaskan tembakan ke gawang. Tapi setelah itu, anak asuh Pep Guardiola berhasil melepaskan tiga tembakan tepat sasaran yang dua diantaranya berbuah gol. Hal ini menunjukkan bahwa cara yang paling efektif melawan Manchester City adalah dengan terus menekan. Sekali diberi keleluasaan, mereka mampu mencetak gol dari situasi apapun dengan peluang sekecil apapun.

Komentar