Ketika Statistik Bukan Segalanya, Eye Test Versus Statistik

Taktik

by Andreas Marbun

Andreas Marbun

Founder - CEO panditfootball.com

Ketika Statistik Bukan Segalanya, Eye Test Versus Statistik

Membaca permainan sepakbola itu luas. Mata menjadi salah satu panca indera yang diandalkan dalam menyaksikan sepakbola. Terkadang, rekaman mata tidak bisa tertanam lama di benak seperti canggihnya teknologi dalam merekam sebuah pertandingan yang bisa diputar berulang kali.

Rekaman melalui teknologi itu bisa diterjemahkan dalam sebuah performance analysis dan juga dibalut angka statistik pertandingan selama waktu normal. Jumlah penguasaan bola, jumlah operan, jumlah tendangan, tekel, dribble, save, gol, assist dan masih banyak lagi. Laporan dari data statistik tersebut kemudian menjadi bahan evaluasi dan analisis sebuah tim. Kemudian, dibalut dengan performance analysis dan menjadi keputusan sebuah taktik yang akan dipakai oleh tim.

Kebutuhan statistik itu biasanya luas, bisa untuk kepentingan evaluasi tim, kepentingan media untuk menyajikan informasi analisis pertandingan berbasis data, untuk penikmat sepakbola dalam bermain sebuah game fantasy football dan bahkan untuk menyajikan sebuah statistik yang cukup menghibur fans.

"Pasti ada yang terlewat oleh pandangan mata, pasti ada yang terlewat oleh statistik. Keduanya saling melengkapi"

Statistik

Jika berbicara soal statistik, tentu akan berhubungan dengan angka. Tanpa adanya angka dan statistik, tolak ukur baik atau buruknya pemain di atas lapangan tidak dapat disimpulkan secara objektif. Maka dari itu, kerja dari statistik yaitu untuk menilai pemain berdasarkan perspektif angka.

Seringkali, data statistik membutakan penerimanya ketika data yang disajikan begitu mewah tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Misal, jumlah operan pemain memiliki kuantitas yang banyak dengan persentase operan akurat tinggi. Tetapi, operan tersebut tidak berorientasi pada skema taktik maupun serangan, atau tidak terkonversi menjadi key passes, chances created, assist, bahkan keunggulan. Tentu, itu tidak efektif karena sepakbola itu soal gol dan keunggulan.

Statistik dalam sepakbola dapat dinikmati secara umum. Jika pembaca pernah melihat situs web penyedia data seperti Opta, Whoscored, Sofascore, The Analyst, dan lainnya, itu bisa diakses dengan bebas oleh pengguna internet. Dengan kata lain, kini, kelemahan dan kelebihan sebuah tim bisa dilihat oleh mata kepala khalayak luas melalui sebuah angka.

Statistik itu bisa dibagi menjadi beberapa lapisan. Lapisan pertama biasanya berbicara soal gol, assist, dan clean sheets. Di lapisan kedua, dikenal beberapa istilah seperti, key passes (operan sebelum assist terjadi), chances created, passes successful, crosses, shots (Shots on target), block, clearance, intercept, save, dan masih banyak lagi.

Gol, assist, dan clean sheets adalah sebuah statistik yang utama. Ketiga unsur tersebut yang diincar dalam sebuah pertandingan sepakbola. Konteks assist di sini adalah satu langkah sebuah proses sebelum gol. Clean sheets tentu saja diincar oleh sebuah tim karena dalam sepakbola, bukan hanya mengincar gol, namun mempertahankan gawang dari kebobolan.

Kemudian, ada istilah key passes, chances created, shots, shots on target, save, block, clearance, intercept, dan lain-lain. Istilah statistik tersebut akan merujuk pada kemungkinan-kemungkinan mencetak gol (menyerang) atau clean sheets (bertahan). Maka ada istilah expected goal (xG) dan expected assist (xA).

xG merupakan kemungkinan atau peluang sebuah tendangan menjadi gol. xG dapat diukur dari kualitas sebuah tendangan atau peluang tendangan yang mengarah ke mulut gawang. Besar kecilnya angka xG diukur dari jarak, hingga sudut tendangan atau sundulan yang menghadap ke mulut gawang.

Baca Selengkapnya tentang xG: Mengupas Statistik Expected Goals (xG)

xA merupakan peluang seorang pemain dalam melepaskan assist yang kemudian menjadi sebuah gol. xA diukur dari sebuah bola yang kemungkinan nyaman untuk diterima oleh pemain sasaran untuk mencetak gol.

Baca Selengkapnya tentang xA: Mengupas Statistik Expected Assist (xA)

Statistik-statistik tersebut hadir, lagi-lagi, sebagai modal pendukung sebuah tim, pemain, media, atau pun penikmat sepakbola untuk melihat sudut objektif sepakbola di atas lapangan melalui angka. Meskipun perhitungannya amat sangat rumit, statistik menjanjikan kemenangan dengan skala yang kecil.

Sebuah tim yang dominan dalam menguasai bola tidak menjamin mendatangkan kemenangan. Sebuah tim dengan jumlah shots yang banyak tidak menjamin pula kemenangan. Pemain dengan shots yang banyak, tidak menjamin top scorers. Pemain dengan passes successful, key passes, chances created yang mentereng, tidak menjamin mencetak assist. Dan seorang penjaga gawang yang memiliki banyak save, tidak menjamin mendapat top clean sheets.

Namun, dari data statistik tersebut, sah-sah saja jika menjadi bahan acuan untuk prediksi performa pemain di atas lapangan. Bahkan dalam analisis performa, statistik bisa jadi “secuil” bahan untuk menentukan taktik. Bagaimanapun, statistik bukanlah segalanya.

Eye Test

Seseorang menjelaskan kriteria pemain yang bagus, yakni berlari dengan kencang, pandai menggocek, dan memiliki tendangan yang kencan. Sedangkan temannya membantah karena pemain tersebut hanya bisa lari, gocek dan menendang kencang saja tanpa mencetak satu gol pun dan menyimpulkan penampilan pemain tersebut buruk.

Dalam eye test, perdebatan mengenai suatu pertandingan dan menilai baik dan buruknya sebuah tim dan pemain akan menghabiskan waktu semalaman. Akan ada sebuah perspektif yang berbeda dalam sebuah penilaian berdasarkan eye test.

Eye test dan statistik itu saling melengkapi. Jika eye test dibantu dengan statistik, maka perdebatan itu tidak akan terjadi hingga malam hari. Misal, salah satu orang berpendapat jika Erling Haaland itu pemain yang bagus, disertai data perolehan gol selama bermain di Dortmund, yakni 86 gol dari 89 pertandingan. Dengan penjabaran data tersebut, teman orang tersebut akan meng-iya-kan atau sulit membantah karena didukung dengan data yang valid.

Sayangnya, ada kalanya dalam eye test ini sulit dijabarkan dengan data pendukung dari statistik. Contoh paling fenomenal adalah ketika gelaran partai puncak Piala Dunia tahun 2014 yang mempertemukan Jerman melawan Argentina.



Dalam cuplikan ini, terlihat jika Thomas Muller bergerak mundur dan menarik pemain bertahan Argentina, Demichelis, sehingga Mario Goetze masuk ke kotak penalti dan menyambut operan silang dari Andre Schurrle dengan leluasa dan mencetak gol.

Dalam perspektif statistik, Goetze tercatat sebagai pencetak gol, dan Schurrle sebagai pencetak assist. Namun, peran Muller tidak kalah penting dari langkah-langkah Schurrle dan Goetze dalam mencetak gol.

Kemampuan membuka ruang pun menjadi sulit dijelaskan dengan angka atau statistik. Membuka ruang hanya bisa dilihat oleh pandangan mata dan insting seorang yang menonton sepakbola. Dalam eye test, banyak sekali yang tidak bisa dikuantifikasikan dalam angka.

Indra penglihatan dan insting perlu digunakan dalam melakukan eye test. Penonton yang memiliki insting akan paham bagaimana seorang melakukan pergerakan dasar sepakbola, seperti operan, kontrol bola, penempatan posisi, mencari ruang kosong, tendangan, tekel, timing duel udara, dan banyak lagi. Ini jadi penting untuk penilaian pribadinya mengenai seorang pemain yang potensial.

Eye Test vs Stats dalam konteks Fantasy Premier League (FPL)

Jika ditarik ke ranah gim seperti FPL, statistik hanya dihitung dari poin utama dari lapisan pertama, yaitu gol, assist, dan clean sheets. Dengan kata lain, para pemain FPL akan mencari pemain dengan potensi mencetak gol, assist, hingga clean sheets yang banyak.

Baca Juga : Cara Bermain Fantasy Premier League Musim 2022/23

Sistem FPL pun cerdik. Pemain yang memiliki potensi tersebut akan dibanderol dengan harga yang tinggi. Dengan demikian, para pemain gim yang jarang menonton pertandingan akan menonton untuk mencari data lapisan kedua untuk menimbang pemain dengan dalih (berpotensi) agar mencukupi anggaran yang disediakan, yaitu 100 juta paun.

Dari sistem operasi FPL pun melibatkan data statistik dalam penentuan harga pemain. Perhitungan tersebut diambil dari penampilan pemain tersebut di musim-musim sebelumnya.

Situs penyedia data statistik memudahkan pemain gim yang jarang menonton untuk mengambil keputusan dan menerka-nerka pemain pilihannya. Mereka menghitung statistik lapisan kedua, bahkan melibatkan perhitungan xG dan xA.

Statistik lapisan kedua tersebut hanya bagian kecil dari andil dalam pemilihan pemain oleh manajer FPL. Contohnya ketika pekan pertama Premier League 2022/23, N`golo Kante menjadi man of the match di laga melawan Everton yang berakhir kemenangan untuk Chelsea 0-1. Kante terus berlari sepanjang pertandingan dan bergerak dinamis naik membantu serangan dan turun membantu pertahanan. Sebagai pemain gelandang bertahan, Kante menjadi penyambung antara lini bertahan ke lini depan.

Jorginho sebagai pencetak gol penalti menjadi pengemas poin terbanyak di Chelsea dengan 11 poin, dan Kante hanya memperoleh tiga poin. Inilah mengapa para pemain gelandang bertahan maupun gelandang sentral memiliki harga yang lebih murah dibanding seorang gelandang serang atau sayap.

Unsur eye test dalam konteks pergerakan tanpa bola, mencari ruang, timing tekel, gaya bertahan, penempatan posisi penjaga gawang dan lainnya justru menjadi pertimbangan yang lebih besar dibanding statistik. Eye test adalah bukti nyata bagaimana seorang pemain menunjukkan penampilannya di atas lapangan.

Jika mengambil contoh di liga luar Inggris, ambillah ketika seorang Filippo Inzaghi mencetak gol. Statistik akan mencatat satu gol dari Inzaghi, namun tidak dengan bagaimana dia menempatkan diri dan mencari ruang di mana bola akan diarahkan.

Pada intinya, jika ditarik dalam konteks gim FPL ini, gol, assist dan clean sheets lagi-lagi jadi orientasi. Siapa yang mencetak tiga poin tersebut, maka dia lah yang mendapat poin banyak. Eye test maupun statistik menjadi penting untuk para pemain manajer FPL.

Statistik lapisan satu maupun dua bisa jadi data pendukung yang membuat para manajer yakin akan kapabilitas pemain tersebut. Tentu, data tersebut didukung pula oleh pandangan mata dan insting seorang manajer dalam melihat potensi pemain di atas lapangan.

Untuk konteks tim, statistik dan eye test menjadi pendukung untuk evaluasi tim. Eye test untuk melihat potensi efektifitas timnya dalam pertandingan di lini mana atau siapa pemain yang berperan besar. Selain itu, juga untuk mendeteksi kelemahan lawan, seperti daerah mana saja yang rawan untuk dieksploitasi, hingga pemain yang perlu diwaspadai berdasarkan statistik.

Untuk sebuah media, eye test dan statistik ini berfungsi untuk saling mendukung dalam menyajikan informasi yang akurat dan objektif mengenai suatu pertandingan sepakbola. Ini penting pula untuk para pembaca yang melewatkan pertandingan tim kesayangannya, atau bahkan menjadi bekal debat melawan fans rival.

Pada tingkat yang paling mendasar, statistik hanyalah eye test. Lebih tepatnya: mereka adalah tes mata yang sistematis, di mana perusahaan penyedia jasa layanan performance analisis berusaha membangun definisi semua jenis tindakan untuk menghasilkan notasi numerik yang relatif konsisten. Notasi ini kemudian dapat diamati berulang-ulang untuk menghasilkan hubungan logis antara pengamatan awal.

Alih-alih menghasilkan analisis konvensional, proses memahami eye test yang sistematis itu mungkin melibatkan analisis statistik, visualisasi data, atau pembentukan metrik (data peristiwa yang digabungkan dan dimanipulasi untuk menghasilkan analisis yang lebih berwawasan). Jadi, Pasti ada yang terlewat oleh pandangan mata, pasti ada yang terlewat oleh statistik. keduanya saling melengkapi.

Komentar